"Kalau teteh bisa, aku juga bisa," katanya. "Cerita teteh mirip cerita Ambu aku, yang katanya cerita nenek tentang asal muasal kita."
"Manusia gua itu aslinya seperti itu, kamu tidak seperti itu. Karena penyakit. Kamu bisa pulih," kataku.
Guru Minda terdiam. Â Keponakanku yang masih remaja, Â Nanda Kumala datang membawakan minuman teh. Dia terpekik melihat Guru Minda. Namun ketika mataku melotot dia terdiam. Guru Minda tidak tersinggung, tampaknya sudah biasa.
"Aku juga sering bermimpi seorang perempuan cantik yang pakaiannya mirip seperti Ambu Dayang Sumbi dalam berita viral, pakaian Bumi," ucapnya. "Deskripsinya rambutnya panjang, matanya indah dan menyejukan."
Kok bisa? Bagaimana dia tahu itu perempuan bumi dan referensinya dari mana? Jangan-jangan dia jatuh hati padaku atau Ira? Ah tidak mungkin? Dia lihat di perpustakaan Preanger. Mungkin.
"Mungkin kamu lihat di buku, lalu terekam di memorimu?"
"Nggak. Mungkin Ambu nggak percaya. Seperti makan buah itu ada yang berbisik padaku. Pada pertama bermimpi ada mahluk hijau mengenalkan aku pada dia bahwa ini calon istriku."
Hiyang? Dia ingin Guru Minda ke Bumi. Â Ada apa? Anak ini diminta ke Bumi?
"Nama kamu Guru Minda, sesuai nama pesawat angkasa kita? Kamu harus kuat" cetus aku mencoba menghiburnya.
"Iya, Buyut aku salah satu yang membuat pesawat. Katanya Guru Minda itu nama tokoh dongeng yang punya kekuatan, yang dibaca nenek moyang kita dulu."
Aku menatap tubuh anak yang ditumbuhi rambut lebat disekujur tubuhnya dan hanya menyisakan bagian mata dan hidung. Mungkin reaksi tubuh manusia karena menyantap buah itu yang cukup banyak dikonsumsinya.