Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Habibie & Ainun 3", Kisah Romantis Ainun Muda

19 Desember 2019   20:55 Diperbarui: 25 Desember 2019   02:29 4631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Habibie & Ainun 3-foto: CNN/MD Pictures

Artikel tentang Ainun (ditulis Hainun)-Repro Irvan Sjafari.
Artikel tentang Ainun (ditulis Hainun)-Repro Irvan Sjafari.
Secara kebetulan saya mempunyai artikel yang ditulis M Notodidagdo di sebuah majalah perempuan di Jakarta terbitan 1957 bertajuk "Hainun: Ratu Mahasiswa Kedokteran". Dalam artikel itu disebutkan Ainun masih jalan dua puluh tahun dan sudah tingkat III. Pas dalam film ini Ainun lulus SMAK Dago pada 1955. 

Dalam artikel itu disebutkan Ainun (dalam artikel Hainun) digambarkan lembut, mempunyai ambisi untuk maju dan tidak menoleh dengan apa yang disebut cinta. Dia disebut ratu mahasiswa kedokteran dan dalam film disebutkan pembentukan Ainun Fans Club di Fakultas Hukum dan juga menjadi minoritas di FKUI, rasanya pas.

Hanya saja tidak disebutkan pacarnya. Kemungkinan setelah 1957 karena HUT Ainun ke 21 dirayakan dalam sebuah adegan (itu artinya 1958). Dalam film diceritakan Ainun datang ke kelas kuliah jam enam pagi, masuk jam tujuh pagi. 

Artikel juga menyebutkan Ainun berangkat dari rumah family-nya di Jalan Mendut (dekat Salemba) jam 7 pagi dan selesai kuliah jam satu siang, pulang untuk makan dan berangkat lagi untuk pratikum dari jam 3 hingga jam 6 sore. Ainun punya hobi olahraga renang dan kalau ada uang suka menonton.

Ainun disebutkan anak Raden Besari. Kepala Bagian Hidrolika di Sekolah Teknik Tinggi Bandung. Aniun lahir di Semarang dalam sebuah adegan film Ainun kecil pada 1944, ikut ibunya yang menjadi bidan menolong seorang ibu yang melahirkan di sebuah desa.

Sayang artikel itu tidak mengungkap lebih dalam karakter Ainun, kecuali ramah, suka tersenyum kalau bertemu orang, hingga suka membaca. Ainun digambarkan berwajah imut mirip siswi SMP.  

Yang menarik ialah peran Arsewendi Bening Swara yang memerankan Prof Husodo , sebagai gambaran dosen masa itu yang didikan Belanda. Dokter yang masih memegang idealisme. Dokter ini tidak jadi pulang dari rumah sakit ketika Ainun dan Ahmad membawa pasien seorang  anak yang kecelakaan di pasar malam. Dia juga menghibur Ainun ketika tak berhasil menyelamatkan anak itu. "Kita sebagai manusia berupaya  menyelamatkan hidup manusia. Bukan hanya dokter."

Sementara  Lukman Sardi (pemeran Raden Besari) dan Marcella Zalianty sebagai istrinya tidak terlalu tergali dalam, tetapi cukup baik, seperti halnya pemeran teman-teman Ainun. Yang mencuri perhatian justru yang menjadi cucu-cucu Habibie masa sekarang begitu spontan. 

Adegan meninggalnya BJ Habibie juga menjadi bagian film ini dan melengkapi Habibie dan Ainun sebagai penutup manis kisah pasangan ini yang kini berada di "dimensi berbeda". Applaus untuk film ini tiga dari empat bintang.

Irvan Sjafari 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun