Nggak Capek? Tidak, kata ibu saya. Hawanya masih sejuk. Apalagi pagi hari. Karena beramai-ramai jadi tidak terasa. Â Hiburan? Mereka hanya menonton dan pernah menonjon pertunjukan Lutung Kasarung yang diselenggarakan perhimpunan apoteker. Umumnya bersahaja. Pulang kalau ada uang naik becak.
Namun gaya hidup mewah membuat orang bersahaja, sekalipun terpelajar sekalipun berbuat nekad. Pikiran Rakjat 5  November 1964 memberitakan  seorang mahasiswa bernama Hri (25 tahun) dijatuhi hukuman enam bulan penjara dengan perintah sgeera masuk karena terbukti telah mencuri satu peti buku-buku tentang arsitektur milik ITB.
Dalam sidang Pengadilan Negeri Bandung , Rabu 4 November terdakwa  mengakui mencuri buku-buku tersebut dan menjualnya Rp200 ribu . Uangnya habis digunakan berfoya-foya dengan wanita cantik
Pada awal November 1964 diberitakan pihak berwajib mengusut  penyaluran bemo yang diduga telah disalurkan di luar ketentuan berlaku. Dari jatah yang 200 itu, yang sudah diterima kotapraja dan disalurkan menurut ketentuan yang berlaku baru 125 buah,  Jumlah bemo yang dijadikan angkutan umum seharusnya 125, tetapi  ternyata jumlah bemo yang disalurkan lebih.  Jumlah bemo yang tidak resmi dijalankan berjumlah 40 buah. Akhirnya 21 bemo ditahan.
Jelang Tahun BaruÂ
Seolah tidak bergiming terhadap situasi ekonomi, pada November hingga menyambut tahun baru sejumlah acara hiburan tetap digelar di Kota Bandung.Â
Misalnya saja, BPU Jabar menggelar bebagai pertunjukan band  di Grand Hotel Preanger pada dua pekan terakhir Desember 1964. Band Ratna Mutiara pimpinan Abraham mengawali pertunjukan pada 19 Desember, diikuti Band Tole Ale pimpinan Manurip pada 25 Desember.
Sementara pada 26 Desember giliran Band Eka Djaja Combo pimpinan Rudy Rosady mengisi acara. Pada malam tahun baru Band Gita Remaja, Band Rhapsodia yang merupakan band papan atas kota Bandung tampil.
Selain terkait dengan malam tahun baru, berbagai pertunjukan diselenggarakan selama Desember. Pada 18 dan 19 Desember ada pertunjukan Drama Isra-Miradj di Sporthall Gelora yang dipentaskan Keluarga Himpunan Seni Budaya Islam pimpinan JH Nasution. Â
Pertunjukan juga diselingi Badn Nada Kentjana dan Orkes Gambus Nursjawab hingga Upit Sarimanah dan juara bintang Radio se-Indonesa Aji Satrianah.
Pada akhir tahun itu juga warga Bandung menyaksikan perunjukan drama  Ciung Wanara hingga pertunjukan Reog untuk mendukung kebijakan Dwikora. Pada Oktober 1964 juga digelar Musical Show Dwikora di Gelora Saparua.Â