Risa (Prilly Latuconsina) Â berada dalam ruangan penuh dengan topeng-topeng raksasa yang menyeramkan, dia menerobos puluhan kain-kain. Â Tahu-tahu dia berada di panggung teater dan lampu menyala. Â Risa terjebak di sebuah gedung pertunjukan di Bandung yang berhantu.Â
Bayang-bayang penari di layar membuat susana mencekam. Risa berlari keluar dikejar seorang penari yang wajahnya rusak, yang disebut Canting. Dia meraih ganggang pintu tetapi tidak bisa dibuka.Â
Risa "keluar" dari situasi ketika dikejutkan adiknya Riri  (Sandrinna Michelle) ketika ia menyelesaikan sebuah bab novelnya. Dia sudah berada di teras rumahnya berhadapan dengan laptopnya.  Adegan pembuka dari "Danur 3 Sunyaruri", yang berhubungan dengan salah satu sekuel sebelumnya, tetapi tidak berhubungan dengan cerita film ini.
Boleh jadi ada  kemungkinan Canting, hantu penghuni gedung pertunjukan akan dijadikan cerita sendiri, semacam Spin Off dari Danur Universe seperti halnya"Asih".Â
Risa kini punya pacar, seorang penyiar radio Arban, Kota Bandung bernama Dimas (Risky Nazar). Kepada pacarnya, Risa tidak pernah menceritakan persahabatannya dengan lima hantu Peter, Hans, Hendrick, William dan Jansen. Dia tidak ingin dianggap aneh oleh kekasihnya.
Itu sebabnya dia melarang kelima sahabatnya untuk menganggu acara ulang tahun Dimas di rumahnya bersama-sama temannya. Dialog antara Risa dengan Peter dan kawan-kawannya begitu menyentuh: "Hari ini aku dan teman-temanku," ucap Risa. Â Peter menjawab: "Kami kan Temanmu Risa".
Malam itu perayaan ulang tahun berlangsung. Â Mulanya terasa lancar, setelah usai, ketika membereskan gelas, Dimas terjatuh dan tangannya terluka. Malah di luar hujan deras. Risa berang, karena ia mengira Peter berbuat usil.
Sejak itu Risa ingin hidup normal menutup "gerbang danur"-nya. Â Seorang perempuan misterius bernama Kartika memberikan mantera yang serupa lagu dengan "Boneka Abdi" untuk ditiru oleh Risa. Dia melakukannya, karena sudah patah arang.
Memang Risa tidak bisa melihat Peter dan kawan-kawannya, tetapi dia tetap mencium bau danur. Â Selain itu hujan turun terus menerus membuatnya tidak bisa keluar. Â Sebelah matanya mendadak bengkak dan dari Riri serta pacarnya dia mengetahui bahwa hujan hanya turun di sekitar rumahnya. Bahkan ada sosok lain yang menteror dia.
Perlahan Risa menyadari  bahwa dia berhadapan dengan hantu lain dan menghilangnya kelima kawannya berhubungan dengan situasi yang dia hadapi. Ketika Risa tidak lagi melihat "kawan-kawannya" seperti manusia normal, justru sunyi dan kesepian yang dia rasakan.  "Inikah yang disebut sunyaruri," ucap Risa.
Review
Dibandingkan dengan "Danur: I Can Seee The Ghost" dan "Danur 2 Maddah", sekuel ketiga secara sinematografi jauh lebih mencekam, karena Risa sendiri secara langsung berhadapan sosok jahat. Kalau pada sekuel pertama, adiknya yang diincar, sekuel kedua Sang Paman, maka dalam "Danur 3: Sunyaruri" ini dia sendiri bahkan kelima sahabatnya yang dalam bahaya.
Awi  Suryadi memang berhasil menjadikan turunnya hujan menjadi elemen horor yang agak berbeda dengan film horor lainnya.  Hantu itu menunjukan jejak air hujan di karpet, sofa sebagai tanda kemunculannya.
Dari segi kasting, Prilly praktis menunjukan kemampuan aktingnya sebagai Risa. Â Sayangnya seolah hanya dia yang bermain dalam film ini, Â sebagai korban, sebagai pejuang. Ketidakberdayaaanya, lari ke hal yang religius, membuatnya jadi manusiawi.Â
Sayangnya sosok Sang Pacar danteman-temannya, adiknya Risa hingga tokoh antagonis hanya jadi pelengkap saja.Â
Tidak terlalu jelas latar belakang hantu yang selalu begitu kuat ketika hujan deras. Â Baru di akhir cerita yang di luar dugaan, barulah bisa diketahui mengapa hantu itu begitu ngotot mencelakan Risa dan juga mengincar sahabat-sahabatnya. Â
Akhir cerita begitu menggantung, apakah Sunyaruri merupakan sekuel terakhir difilmkan, kemudian digantikan sejumlah spin off atau tetap berlanjut. Â Bagi saya formula cerita sekuel ketiga,seperti tidak serupa dengan dua sekuel lainnya.
Seorang penonton yang menyaksikan film ini di jam pertunjukan terakhir di sebuah bioskop di Depok, Kamis lalu menyebutnya: anti klimaks. Â Saya mulanya ingin mengiyakan, karena motif penteroran agak mengejutkan, membuat untuk pertama kali Risa berhadapan dengan sosok yang berniat jahat terhadap dirinya. Â
Untungnya keberadaan dalang teror itu juga membumi, seperti cerita Risa umumnya, bahkan berhubungan dengan tradisi budaya lokal. Hingga tetap saya beri bintang, walau tidak sebagus dua sekuel sebelumnya dan spin off  "Asih".  Secara keseluruhan, film ini diselamatkan oleh aktingnya Prilly Latuconsina yang luar biasa.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H