Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Danur 3: Sunyaruri", Teror di Tengah Hujan

28 September 2019   23:40 Diperbarui: 29 September 2019   00:04 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Uzone/Md Pictures.

Dibandingkan dengan "Danur: I Can Seee The Ghost" dan "Danur 2 Maddah", sekuel ketiga secara sinematografi jauh lebih mencekam, karena Risa sendiri secara langsung berhadapan sosok jahat. Kalau pada sekuel pertama, adiknya yang diincar, sekuel kedua Sang Paman, maka dalam "Danur 3: Sunyaruri" ini dia sendiri bahkan kelima sahabatnya yang dalam bahaya.

Awi  Suryadi memang berhasil menjadikan turunnya hujan menjadi elemen horor yang agak berbeda dengan film horor lainnya.   Hantu itu menunjukan jejak air hujan di karpet, sofa sebagai tanda kemunculannya.

Dari segi kasting, Prilly praktis menunjukan kemampuan aktingnya sebagai Risa.  Sayangnya seolah hanya dia yang bermain dalam film ini,  sebagai korban, sebagai pejuang. Ketidakberdayaaanya, lari ke hal yang religius, membuatnya jadi manusiawi. 

Sayangnya sosok Sang Pacar danteman-temannya, adiknya Risa hingga tokoh antagonis hanya jadi pelengkap saja. 

Tidak terlalu jelas latar belakang hantu yang selalu begitu kuat ketika hujan deras.  Baru di akhir cerita yang di luar dugaan, barulah bisa diketahui mengapa hantu itu begitu ngotot mencelakan Risa dan juga mengincar sahabat-sahabatnya.  

Akhir cerita begitu menggantung, apakah Sunyaruri merupakan sekuel terakhir difilmkan, kemudian digantikan sejumlah spin off atau tetap berlanjut.  Bagi saya formula cerita sekuel ketiga,seperti tidak serupa dengan dua sekuel lainnya.

Seorang penonton yang menyaksikan film ini di jam pertunjukan terakhir di sebuah bioskop di Depok, Kamis lalu menyebutnya: anti klimaks.  Saya mulanya ingin mengiyakan, karena motif penteroran agak mengejutkan, membuat untuk pertama kali Risa berhadapan dengan sosok yang berniat jahat terhadap dirinya.  

Untungnya keberadaan dalang teror itu juga membumi, seperti cerita Risa umumnya, bahkan berhubungan dengan tradisi budaya lokal. Hingga tetap saya beri bintang, walau tidak sebagus dua sekuel sebelumnya dan spin off   "Asih".  Secara keseluruhan, film ini diselamatkan oleh aktingnya Prilly Latuconsina yang luar biasa.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun