Pada 1990-an kampus Unpad di Jatinnagor sudah eksis, mahasiswa bolak balik Bandung ke Jatinangor dengan sebuah bus dari Dipati Ukur, tempat sebagian mahasiswa Unpad masih kuliah. Pidi bernyanyi menghibur kawannya, negitu menyentuh sekaligus mengundang senyum.
Sudah jangan ke Jatinangor/Ia sudah ada yang punya/Lebih baik diam di sini/Temani aa bernyanyi di sini
Tentunya juga ada lagu terkait politik masa itu: Teman teman sedang aksi turun ke jalan/Tuan tuan sedang asik mencuci tangan/Reformasi gerakan layu sebelum berkembang/Demonstrasi nyanyian katak di musim penghujanÂ
Bagi saya Koboy Kampus melengkapi Dilan 1990 dan Dilan 1991 (yang diangkat dari novel ditulis Pidi Baiq) menggambarkan Bandung ketika udaranya masih nyaman dan sejuk.
Komunikasi lewat telepon koin, naik delman hingga suasana Ospek yang harus dilakukan sembunyi-sembunyi digambarkan dengan baik. Pada waktu itu ospek diawasi oleh pihak kampus.
Tentunya sulit menggambarkan sudut-sudut Kota Bandung lebih luas, karena banyak yang mengalami perubahan. Saya salut tim film ini menemukan buku-buku favorit mahasiswa era itu dalam keadaan sampul bagus dan tidak terlihat lecek (karena film ini dibuat sekarang).
Bagian Sejarah Kota Bandung
Koboy Kampus menjadi referensi yang baik bagi saya yang sedang mendalami sejarah Kota Bandung. The Panasdalam adalah salah satu band indie yang berdiri pada 1995 yang juga bersejarah. Lagu-lagu yang bertebaran di film ini semuanya menjadi kumpulan mozaik yang mengungkapkan apa terjadi masa itu.
Saya beruntung bisa mewawancarai Erwin, salah seorang personelnya yang hadir dalam Press Screening di Epicentrum beberapa waktu lalu.
Menurut dia sejumlah band indie memang lahir di kampus, ketika para personelnya masih menjadi mahasiswa menjadi kekuatan sendiri untuk perkembangan musik Kota Bandung.
Ketika saya tanya genre The Panasdalam jenis folk dan ballad seperti halnya lagu-lagu Iwan Fals, dia menjawab sebagian iya, tetapi ada juga lagu The Pansdalam bergenre rock n roll.