Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

(Bandung 1964) Perempuan: Emansipasi, Dunia Kriminal, dan Mode The Beatles

11 Juli 2019   16:18 Diperbarui: 14 Juli 2019   17:56 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan era 1960-an-Foto: Byron Muse.

Pada Juli 1964  Pengadilan Negeri Bandung menjatuhkan vonis tiga tahun penjara pada Nyi Up (42 tahun) yang menjual kehormatan anak pungutnya  yang masih di bawah umur. Dalam sidang terungkap pada Maret 1964 Nyi Up sehari-hari bekerja sebagai  germo  di Tegallega. 

Dia telah menawarkan kepada "tetangganya" seorang gadis Nyi O usia 14 tahun dan Nyi Ad usia 16 tahun, kepada seorang Tionghoa  OAE (54 tahun) setelah berapa hari dibeli juga Rp10 ribu untuk iseng,,  O diangkat anak waktu umur 9 tahun dan ketika umur 13 tahun menyerahkan kehormatan pada OAE.  

Nyi O mendapat Rp30 ribu dari OAE, namun dia hanya dapat Rp1000.  Diserahkan pada UD Rp10 ribu.  Tragisnya motif nya bukan karena terdesak ekonomi.  Nyi Up mengaku menjual anak angkatnya  hanya untuk hidup senang (8).

Nyi Up tidak sendirian.  Sejumlah pelacur yang tertangkap dalam razia pada Agustus 1964  mengaku ingin hidup mewah.   Ajun Inspektur Satu Sobana, Kepala Bagian Susila Kotabesar Bandung  menuturkan Triwulan pertama tahun 1964 tercatat 1,338 wanita pelacur dan 396 germo, 210 calo, triwulan kedua 1,470 wanita pelacur, 406 germo dan 240 calo.  Mereka berasal dari Kabupaten Cirebon, Cikadang, Panyosongan (9)

Kepolisian Kota Besar Bandung  juga kesulitan mengungkap berapa data sebetulnya.  Pada Maret 1964 Sobana menyebut hanya 405 orang.  Itu menurun dibandingkan Februari 1964 sebanyak 464 orang. 

Wanita pelacur itu tidak mau melapor bila datang dan pergi dari kota Bandung (10).

Di sisi lain salah satu sebab semakin bertambahnya pelacuran yang terjadi di daerah Kotapraja Bandung  kurangnya hiburan segar dan murah bagi masyarakat.  Fasilitas untuk melakukan pelacuran terlalu besar dan tempatnya mudah dicari.  Dengan demikian akses ke tempat pelacuran begitu mudah (11).

Yang menyedihkan tidak jarang di tempat pelacuran tinggal anak kecil.  Tumbuh dan berkembang di kawasan ini membawa dampak buruk bagi anak-anak. 

Untuk  mengurangi larinya orang mencari hiburan ke tempat pelacuran, sebagian penduduk Tegallega pada pertengahan September 1964 berencana mengadakan hiburan murah, pertunjukan kesenian terbuka, malam hari. 

Kekhawatiran dampak pelacuran terbukti pada awal Oktober 1964 ketika kerusuhan di Tempat Pelacuran Kalipah Apo, Astanaanyar, antara sekelompok pengunjung dari kalangan (oknum) tentara dengan dua orang pemuda karena hal yang sepele, saling lihat.  Kerusuhan  menyebabkan seorang hansip dan seorang pemuda terluka. Pihak Polisi Militer menangkap delapan orang perusuh (12).

Tingkat kriminalitas yang tinggi  yang juga melibatkan perempuan,  bisa  jadi membuat warga Bandung menjadi "paranoid".  Pada pertengahan September 1964, seorang gadis berumur 12 tahun meringkuk di kantor polisi dituduh mencoba menculik seorang gadis 5 tahun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun