Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1964, Aktivis 10 Mei 1963 dan Aktivis Pers Mahasiswa

28 Juni 2019   20:53 Diperbarui: 28 Juni 2019   20:55 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa ITb tahun 1960-an-Foto: Seaabd ITB

Pada  Pikiran Rakjat, edisi 21 Juli 1964 Alex Rumondor menulis "Ingin Djadi Mahasiswa? Pikirkan Djurusan Jang Dipilih"  Semakin boomingnya perguruan tinggi dan semakin banyaknya jurusan, Alex mengingatkan agar lulusan SMA mempertimbangkan bakat dan minatnya, kemauan membaja tentunya juga kesehatan hingga sosial ekonomi.

Dia juga mengingatkan untuk masuk semua jurusan di ITB-kecuali seni rupa- memerlukan lulsan SMA Bagian B (IPA)  dengan intelegensi yang tajam untuk matematika, fisika, kima dan fak eksakta lainnya.  Selain menulis kemahasiswaan Alex juga menulis artikel berkisar soal lingkungan hidup seperti "Banjir dan Kemarau" pada Pikiran Rakjat 7 Juli 1964.

Pers Mahasiswa Perempuan

IPMI juga melahirkan sejumlah penulis perempuan.  Pikiran Rakjat edisi 23 Juni 1964 memuat tulian Toeti Permana bertajuk "Perlukah Biro Keputrian? Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia.  Penulis penyebutkan IPMI Cabang Bandung kegiatan Pekan Kader yang digelar 19 April lalu mengejutkan IPMI se-Indonesia, pasalnya diperkenalkan Biro Keputrian bertepatan dengan peringatan Hari Kartini.

Penulis menjawab pertanyaan apakah biro keputrian diperlukan  karena perjuangan emansipasi tidak merupakan soal lagi?

Toeti mengatakan, masih banyak persoalan wanita (tidak menggunakan kata perempuan)  yang harus diselesaikan, seperti wanita dalam perkawinan, posisi wanita dalam politik, ekonomi dan sosial, hingga bidang ilmiah dan teknologi.  

Selain itu Biro Keputrian ini memberikan kesempatan bagi mahasiswi untuk terjun ke dunia pers dan jurnalistik, baik koran, radio maupun TVRI.  Menurut Toeti lagi Biro Keputrian mengikutsertakan mahasiswa putri dalam kancah perjuangan bangsa yang sedang berevolusi, di dalam usaha mencapai masyarakat adil dan makmur, di dalam mengemban amanat penderitaan rakyat dan dalam usaha mengganyang musuh revolusi seperti  proyek neo kolonialisme Malaysia.

Kita tidak menghendaki wanita-wanita seperti sebagian bintang Hollywood, kita menghendaki wanita-wanita seperti Ibu Kartini, Dewi Sartika, Rohana Kudus dan Walandow di Indonesia, wanita-wanita seperti  Madame Curie, Laksmi Pandit, Helen Keller....

Anggota IPMI Bandung lainnya Retno Dee Moertono menimpali dalam tulisannya bertajuk "Sekali Lagi Keputrian" dalam Pikiran Rakjat 30 Juni 1964, pembentukan Biro Keputrian menanggapi perubahan minat kaum wnaita di dunia pers. Kalau pada 1950-an masih sedikit, maka pada 1960-an pada coatching IPMI terjadi perubahan. Sayangnya Retno tidak menyebut berapa mahasiwi yang terlibat dalam pelatihan.  Namun ia hanya menuturkan Biro Keputriaan menyalurkan minat mahasiswi menulis.

Pada Pikiran Rakjat 4 Agustus 1964 Retno Dee Moertono juga menulis "Mahasiswi Tentang Wanita dalam Pembinaan Bangsa" intinya mengungkapkan peran positif mahasiswi seperti civic mission ke desa dan bergotong royong dengan penduduk, memperkuat home front agar tidak mudah tergoyahkan oleh musuh dan konfrontasi kebudayaan di New York World Fair di Amerika Serikat (7).

Pandangan Retno ini senada dengan laporan Pikiran Rakjat, edisi Minggu 5 Juli 1964 mengungkapkan selama berlangsungnya New York Affair sekitar 30 ribu pengunjung datang setiap hari.  Pertunjukan tari dari berbagai daerah bergantian seperti dari Jawa Barat, Sumatera, Jawa Tengah, Bali hingga sajian kuliner berbagai daerah.  Konduktor angklung dari Jawa Barat Daeng Soetigna juga diberikan kesempatan untuk tampil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun