Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Si Doel The Movie 2" Lanjutan Romantis Historis (Seorang) Anak Betawi

4 Juni 2019   22:15 Diperbarui: 4 Juni 2019   22:30 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Pilihan ada di tanganmu Doel. Ambil keputusanmu dengan adil. Tetapi Loe jangan poligami yee,"  demikian pesan Mak Nyak (Aminah Cendrakasih)  kepada Abdullah (Rano Karno) sambil berbaring dalam salah satu adegan dalam film "Si Doel The Movie 2" yang mulai tayang 4 Juni ini.  

Bagaimana Doel memilih antara Sarah (Cornelia Agatha) yang sudah meninggalkannya ke Negeri Belanda, namun ternyata sudah memberikannya anak berusia 14 tahun atau Zaenab (Maudy Koesnaedi) yang dinikahinya secara siri, namun setia menjaga Mak Nyak Yang buta dan lumpuh dengan ikhlas adalah nyawa dari film sekuel "Si Doel The Movie".  

Kedua film layar lebar ini sekaligus juga puncak dari sinetron populer yang sudah tayang beberapa musim pada 1990-an dan menurut Rano Karno yang bertindak produser maupun sebagai sutradara dalam sebuah konferensi pers beberapa waktu lalu, jawabannya pada "Si Doel The Movie 3".

Sekalipun "Si Doel The Movie 2" menurut saya mengulang resep sinetronnya yaitu berputar-putar pada cinta segitiga Doel,Sarah dan Zaenab. Meskipun demikian film ini menghadirkan beberapa kejutan yang tidak saya sangka sebagai penonton yang akan memperkuat betapa sulitnya Doel mengambil keputusan. Ini merupakan kelanjutan kisah romantis historis anak Betawi bernama Abdullah.

Opening scene kepulangan Doel dan Mandra dari negeri Belanda, didahului pengantar bagaimana pertemuan Doel dengan Sarah penyambung yang manis. Bagaimana galau Zaenab ketika Doel menolak tasnya diangkat oleh dia. Tas itu berisi surat permintaan cerai dari Sarah.

Cerita bergulir Sang Anak Dul (Rey Bong) hendak berlibur ke Jakarta dan menginap di tempat ayahnya. Kedatangan Abdullah muda ini akhirnya juga mendorong Sarah untuk ikut ke tanah air walaupun keputusan untuk pulang tidak dilakukan tahun ini.  Kegaduhan yang ditimbulkan datangnya Sarah dan Abdullah muda merupakan bagian inti film ini.  Namun bukan kejutannya.

Adegan dalam Si Doel The Movie 2-Foto: The Jakarta Post
Adegan dalam Si Doel The Movie 2-Foto: The Jakarta Post
Review

"Si Doel The Movie 2" mempertahankan elemen komedinya yang hampir seratus persen dimainkan dengan baik oleh Mandra bak sebuah lenong yang dipindahkan dalam film.  Seenaknya saja Mandra  ngoceh pada Atun bahwa sebaiknya Doel memilih Sarah yang badannya makmur agar Arun juga makmur.  

Adegan ini buat ketawa, tetapi juga miris karena Sarah adalah simbol perempuan mandiri dengan budaya global dihadapkan dengan Zaenab, perempuan kampung  yang terikat dengan adat timur, seperti tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin suami, mengabdi pada suami dengan tulus, melakukan pekerjaan domestik.  

Bagi saya Sarah dan Zaenab ini mencerminkan dua tipikal perempuan Indonesia terutama di kalangan urban sejak berapa dekade lalu hingga sekarang.   Perempuan seperti Zaenab walaupun dia bisa bekerja, tetapi hanya di sektor domestik seperti jadi TKW seperti tercetus dalam percakapan dengan Munaroh (Maryati Tohir).

"Si Doel The Movie 2" juga cerminan betapa semakin marjinal (sebagian) orang Betawi di tanahnya sendiri seperti Mandra. Opletnya sudah tidak zaman lagi sebagai angkutan umum, namun untuk mencari makan harus tetap jalan. Betapa tidak mudahnya adaptasi sebagai menjadi tukang ojek daring (online) lewat percakapan dengan beberapa kawannya di terminal.

Zaman boleh berubah. Anak Betawi seperti Doel, Mandra, Atun, Zaenab  juga sudah menggegam ponsel cerdas. Tetapi nasib tetap tidak banyak berubah dibanding era 1990-an dan tentunya juga pada era sebelumnya.  

Bahkan Mandra tidak tahu dampak yang bisa ditimbulkan dengan mengirim gambar via WhatApps, misalnya mengirim gambar dia berpelukan dengan anaknya ke Atun. Sementara Abdullah (doel) adalah anak Betawi yang tetap keep fighting dan tidak pasrah dengan keadaan.

"Makan gabah saja (bergaya) pakai handphone," cetus Doel dengan kesal ketika tahu bahwa Mandra serampangan mengambil gambarnya tanpa izinnya.  

Gagap budaya yang dihadapi Mandra dalam obrolannya dengan Zaenab yang meledek bahwa masih kampungan hanya bisa buat arem-arem, tidak bisa buat makanan Belanda juga menarik menurut saya.  Padahal tidak ada yang salah menjadi orang kampung. Definisi kampungan juga sebetulnya harus digugat.

Catatan Tambahan

Sayangnya sepengetahuan saya tidak ada sebuah film atau sinetron yang begitu kuat menghadirkan kehidupan orang Betawi sebagai pop art.  Mungkin hanya bisa ditandingi oleh Lenong Rumpi era 1990-an. Sisanya hanya menjadi pengekor.  

Seharusnya ada gerakan yang bisa membuat musik Betawi itu seperti Tanjidor, Gambang Kromong seperti Angklung Saung Udjo dan harusnya ada semacam studi Betawi di perguruan tinggi seperti Sastra Sunda di beberapa universitas di Bandung.  Jumlah budayawan Betawi bisa dihitung dengan jari, seperti Ridwan Saidi dan ahli sejarah Betawi setahu saya hanya JJ Rizal.  Tetapi siapa tahu ada yang luput dari catatan saya.

Secara keseluruhan kehadiran "Si Doel The Movie 2" harus disambut baik agar semangat menjadikan budaya Betawi tetap hidup dan juga agar menjadi salah satu contoh sineas atau pelaku industri hiburan agar kalau membuat sebuah produksi memang butuh berpikir dengan keras dan bukan hanya instan mengejar keuntungan.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun