Namun tampaknya film ini  awal  dari penampilan The Sacred Riana menjadi "pop art" baru dan Bava Gogh adalah satu paket. Walau pun ada unsur horor gotik, tetapi Billy juga menampilkan hantu suster ngesot dan anak laki-laki  kecil  khas horor Indonesia, walau sepintas.  Kekuatannya memang bukan lagi menyeramkan, tetapi artistiknya.
Ketiga, sayangnya sejumlah adegan masih juga terpengaruh Insidious dan Conjuring.  Tidak bisa disangkal kedua horor Hollywood ini  masih punya pesona kuat, seperti halnya Ringu (The Ring) dari Jepang yang  juga mempengaruhi horor  Hollywood . Ketiganya juga  menjadi referensi sineas horor Indonesia.  Â
Yang  membedakan bagaimana  cara sutradara  mengemasnya agar  tetap menjadi Indonesia. Dari segi  cerita ada akar  sejarah Indonesia akhir abad ke 19 seperti yang diungkapkan Billy Christian.     Â
The Sacred Riana: Beginning ibarat sebuah  minuman racikan berbagai unsur dengan  Billy sebagai bartendernya.  Sebagai sebuah film perkenalan, harus disambut  dengan baik, apalagi Riana sudah "go international".  Meskipun untuk itu porsi Riana tidak  terlalu dominan karena harus berbagi  dengan karakter lain.Â
Riana  masih sempat memperlihatkan kesaktian telekinesisnya dalam  berapa adegan, menyelamatkan  nyawa gurunya dan  dirinya sendiri  dalam pertarungan melawan puluhan sosok serupa dirinya mengepung  dirinya  dalam sebuah adegan pamungkas.  Adegan yang agak sebangun dengan sebuah pertunjukkannya di  Asia Got Talent ketika dia dikepung zombie.
Pertanyaannya:  Apakah di sekuel film berikutnya Riana  lebih mempersona? (Irvan Sjafari)    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H