Pertemuan kedua memutuskan rencana kerja Pemba sebagai berikut;Â
- Penetapan harga (honorarium) dari band-band yang bergabung
- Permintaan main rutin setiap minggu
- Pengiriman band ke luar daerah Bandung
- Berusaha dengan segala macam cara untuk mengirimband Pemba ke luar negeri
- Mengadakan hiburan setiap minggu dan setiap bulan serta usaha lain bersifat komersil
Ada pun susunan pengurusnya antara lain:
Ketua I: Tubagus Drajat Martha
Ketua II: Jim Espehana dan Salomony (Bhineka Ria)
Sekretaris I: Eddy Karamoy
Sekretaris II: Ibnu
Sekretaris III: Bret Goger (Rhapsodia)
Bendahara: Abdurahman (Irama Baru)
Wakil Bendahara: Tan Houw Kwa (Irama Togasa)
Seorang penulis musik bernama Eddy HS bertajuk "Organisasi Pemba: Perlukah Pendidikan Musik" di Pikiran Rakjat pada 3 Oktober 1963 mengungkapkan musik bukan hanya manifestasi kesadaran manusia akan hiburan, tetapi juga mempunyai potensi rohani yang tidak murah. Musik yang baik terdapat pada semua genre dan bukan hanya seriosa (anggapan orang awam masa itu).
"Pembentukan Pemba menarik perhatian di tengah pesatnya perkembangan musik hiburan dan ada kesadaran di kalangan musisi hiburan harus ada kerja sama dan gotong royong," ujar Eddy.
Dia menuturkan kehidupan musisi pada waktu itu kurang mendapatkan penghargaan. Pembentukan organisasi ini membuka pintu pengaduan bagi musisi yang malang nasibnya, musisi yang selama ini tidak punya orangtua untuk menyatakan harapan dan suka-dukanya.
Eddy mengingat ada masalah lain yang diabaikan Pemba, bukan saja kurangnya sekolah pendidikan musik yang bisa menuntun ke arah penggunaan seni musik, tetapi juga didorong kenyataan musisi remaja terlalu berambisi memegang instrument yang cakap.
"Musik bukan hanya soal perasaan saja, tetapi juga kecakapan teknis," ungkap Eddy.
Untuk itu dia mengusulkan Pemba memberikan semacam kuliah resmi dan memberikan diktat tertulis bagaimana menyusan accord, harmoni, koor, aransemen, fungsi setiap instrumen, warna suara (timbre). Pemba tidak hanya menghimpun dan menyalurkan band di Kota Bandung, tetapi juga menghilangkan "petualang" di kalangan musisi hiburan.
Frekuensi pertunjukkan musik di Kota Bandung pada 1963 begitu tinggi di tengah kesulitan ekonomi dan berbagai permasalahan sosial. Hasil riset saya pertunjukkan hiburan di sejumlah tempat di kota kembang itu antara Agustus hingga Oktober 1963 menunjukkan dominasi band-band tertentu.
Di Grand Preanger Hotel digelar pertunjukkan musik setiap Sabtu dan Minggu malam sekitar 20 pertunjukkan didominasi oleh Band Priangan dipimpin Benny Pablo berkoloborasi dengan Rudy Maskun dan penyanyi remaja, pemenang bintang radio Theresa Zen yang waktu itu disebut sebagai Lady crooner.