"Tugas kita membantu rakyat Kalimantan Utara yang sedang berjuang mencapai kemerdekaan mereka, berjuang  mengusir kolonialisme. Namun seperti yang dikatakan Presiden Sukarno,  Indonesia tidak akan membantu perjuangan dengan cara fisik, tetapi melalui bidang politik, ekonomi," ujar Nasution.
Disebutkan bahwa Indonesia bersedia membantu melatih pejuang-pejuang Kalimantan Utarasecara militer. Â Jika mereka minta diberikan alat-alat militer, Â juga akan diberikan.
Isu lain ialah akan datangnya kontingen Kontingen Perdamaian atau Peace Corps dari AS ke Indonesia. Tergugah akan  kebijakan asistensi Uni Soviet  di sejumlah  negara miskin  pada era 1950-an akhir dan 1960-an, awal,  Senator John F Kennedy berambisi membuat program serupa untuk negerinya.
Dalam pidatonya di University of Michigan, 14 Oktober 1960, Kennedy menantang para mahasiswa untuk menyumbangkan tenaga demi membantu jutaan orang miskin di seluruh dunia.  Para mahasiswa mendukung program  menjadi relawan di dunia ketiga ini. Program  ini kemudian Peace Corps.
Salah satu  yang direnanakan akan dikunjungi  Peace Corps ialah  FTIP Universitas Padjadjaran. Pembantu Menteri PTIP Mayjen Mustopo.  Dekan  Fakultas Publitistik  ini mengatakan kedatangan Peace Corps  tidak usaha  dikhawatirkan, karena sudah disetujui oleh Bung Karno. "Mereka tidak akan ditunggangi pengaruh apa pun," ucap Mustopo.Â
Mustopo juga  harus menghadapi protes CGMI  diadakannya pelajaran agama di kampus sebagai bertentangan dengan manipol.  Badan Kerja Sama  FKIP seluruh Indonesia memberikan reaksi lebih dahulu penyesalannya terhadap CGMI.  Mustopo menyatakan, "pelajaran agama di perguruan tinggi negeri justru untuk mewujudkan mansa Pancasila," kata dia seperti dikutip Pikiran Rakjat 26 Maret 1963.
 Irvan Sjafari
 Sumber Primer:
Pikiran Rakjat, 1 Maret 1963, 3 Maret 1963, 4 Maret 1963, 9 Maret 1963, 11 Maret 1963, 13 Maret 1963, 26 Maret 1963Â
Sumber Sekunder:
Rahadian Runjan, "Jejak Relawan Peace Corps di Indonesia", Historia 19 Juli 2017 Â (online).