Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1963, Impor Mobil Mewah, Korban Bencana Banjir

20 Januari 2019   21:41 Diperbarui: 20 Januari 2019   21:53 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dirusak oleh bencana banjir, sawah di Priangan Utara juga menghadapi bencana lain. Pikiran Rakjat 9 Maret 1963 melaporkan sebanyak 85 hektare sawah di Cirebon hancur akibat hama tikus.  Pada edisi 13 Maret 1963, di Sumedang program pembasmian nyamuk malaria berdampak pada matinya 32 ribu ekor ulat sutera. 

Sementara pada 7 Maret 1963 dilaporkan 117 dari 185 desa dalam wilayah  Indramayu dilanda wabah cacar.  Sebanyak dua ribu orang menderita, sementara rumah sakit penuh. Pihak berwenang menduga merebaknya penyakit ini kembali karena laporan yang telat dan rakyat masih percaya bahwa wabah ini didatangkan oleh setan.     

Di tengah masalah ekonomi kian suram,  impor barang mewah, terutama mobil bermerk, seperti Impala, VW, Opel, Mercedez,  berdatangan.  Ketua Management Support Kongres Ekonomi Indonesia (Kensi, cikal bakal Kadin)  Jawa  Barat  Drs Chalik Ali mengecam kebijakan ini.

"Selama dasar-dasar industri dan pertanian belum memungkinkan kita berada pada taraf konsumsi   tinggi, sebaiknya kita menjalankan politik impor yang prihatin dan menghentikan politik impor barang mewah,"  ujar tulis dia di Pikiran Rakjat, 4 Maret 1963.

Chalik terkesan saat ini hanya sekelompok orang tertentu yang punya uang lebih dari cukup untuk membeli barang-barang kebutuhan produksi.  Harusnya  barang mewah yang mereka inginkan terlebih dahulu dikenakan bea yang tinggi.

Dia juga meminta pemerintah agar lebih mengutamakan kendaraan dan mesin untuk memperlancar kebutuhan rakyat, seperti truk, bus, gerbong kereta api, kapal laut dan pesawat udara. Apa yang diungkapkan Chalik adalah hal yang nyata. 

Sebagai contoh, Pikiran Rakjat, edisi 1 Maret 1963 menyebutkan ratusan ton kulit  kina tidak bisa dibawa ke tempat pemasakan karena sulitnya mendapatkan pengangkutan.

Padahal  menurut Direktur  PT Bhineka Kina Farma  Mayor Subagio setiap tahun diperpelukan 200 ton kulit kina. Pada  1962 BKF memproduksi 260 ton obat-obatan, dari jumlah itu 75 ton kina diekspor ke Inggris, Jerman Barat, Jepang , Birma dan sebagainya.  Pihak Pertani jugakesulitan mengangkut pupuk untuk petani Cirebon karena pengangkutan truk karena  kekurangan ban.

Secara nasional  merosotnya ekonomi sudah diungkapkan  Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 1961, BPS mengukur pertumbuhan ekonomi sebesar 5,74 persen. Setahun berikutnya masih sama, ekonomi Indonesia tumbuh 5,74 persen. Lalu, pada 1963, pertumbuhannya minus 2,24 persen.

Politik Konfrontasi Malaysia Berlanjut dan  Rencana Kedatangan Peace Corps

Di tengah kondisi  rakyat bawah  di Kota Bandung dan korban banjir di Indramayu, pemerintah masih gegap gempita dengan politik konfrontasi. Pernyataan  Wanpa/Kasab Dr AH Nasution  di muka peserta coatching indoktrinasi Pancasila dan Manipol di Unpad, Kamis 28 Februari 1963 mengisyaratkan tensi ketegangan makin meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun