Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1963, Lebaran Suram, Ketegangan dengan Malaysia

12 Januari 2019   17:37 Diperbarui: 12 Januari 2019   20:48 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tim Audiovisual Perpsutakaan Nasional

Seharusnya para buruh sudah menerima pembagian beras pada 20 Januari 1963.  Namun menjelang berakhirnya Januari beras belum diterima. 

Minyak Tanah dan Tekstil

Minyak tanah pun datang terlambat  ke Kota Bandung, menyebabkan terjadi penyelundupan minyak tanah. Pikiran Rakjat edisi 4 Februari 1963 melaporkan penyelundup minyak tanah dari Jakarta ke kota Bandung  karena harganya melonjak tinggi menjadi Rp30 per liter. 

Hal ini diungkapkan kepala Kantor Perdagangan Dalam Negeri Priangan Salam Hardjadilaga. Menurut dia dari  truk  tangki,minyak tanah yang diselundupkan  disebarkan melalui tukang pikul. Dirinya mengadakan pembicaran dengan Stanvac tentang penyaluran alokasi ekstra minyak tanah. Stanvac diminta memberikan 150 ton minyak tanah.

Menurut Ketua  IPM  Tubagus Draja Martha  Kota Bandung kekuarangan 320 ton minyak tanah.

Selain minyak tanah, pembuatan tekstil untuk lebaran pada 1963 mengalami kegagalan. Benang tenun untuk bahan tekstil juga terlambat diterima dan itu juga terlalu sedikit jumlahnya. Awal Februari 1963 Kepala Biro Penyaluran OPS Alat Tenun  Mesin Jabar M Makmur mengakui hanya 6,7 persen dari semau perusahaan tenun di Jabar yang menggunakan alat tenun yang berjalan penuh.  Selain itu hanya 3972 bal benang  yang diterima sejak 6,5 bulan terakhir.  Sedangkan benang yang  dibutuhkan sebanyak 9 ribu bal.  

Padahal  Menteri Perindustrian Rakyat Aziz  Saleh diberi target produksi tekstil pada 1963 sebanyak 456 juta meter. Dari jumlah itu 40 juta meter  untuk angkatan bersenjata. Dari jumlah itu, 251 juta meter harus diproduksi di Jabar.  

Pada pertengahan Februari  1963  sejumlah organisasi buruh  KBKI,KBSI, SOBSI Cabang Bandung, Gasbindo serta Sabarmusi  di wilayah Jawa Barat membuat pernyataan kepada Presiden Sukarno agar yang berwenang tidak lagi menaikan harga dan tarif-tarif.   Distribusi bahan pokok diminta lancar.

Foto: Tim Audiovisual Perpsutakaan Nasional
Foto: Tim Audiovisual Perpsutakaan Nasional
Rosihan Anwar dalam catatan hariannya yang dibukukan berjudul Sebelum Prahara:  Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965, Jakarta, Sinar Harapan, 1980 tertanggal29 Januari 1963  mengungkapkan keadaan  di sebuah rumah  yatim piatu di Bandung, berganti giliran sengaja tidak makan, agar teman-temannya mendapat bagian agak banyak.  Semua ini akibat pengurus rumah yatim sudah mendapatkan  beras.

Situasi di kota lain juga tak kalah getir. Bupati Kepala DaerahTasikmalaya menginstruksikan kepada segenap  jawatan  di bawahnya agar berhemat dengan pemakaian kertas. Setiap carik kertas dan amlop yang masih bisa dipergunakan, jangan  dibuang dan harus  dipergukanakn kembali.

Banyak anggota DPRD Tasikmalaya  tidak dapat  menghadiri sidang, karena kebanyakan tinggal di luar kota. Setiap anggota yang  menghadiri sidang paling sedikitengeluarkanongkos Rp200  sementara uang sidangnya  hanya Rp100.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun