Seharusnya para buruh sudah menerima pembagian beras pada 20 Januari 1963. Â Namun menjelang berakhirnya Januari beras belum diterima.Â
Minyak Tanah dan Tekstil
Minyak tanah pun datang terlambat  ke Kota Bandung, menyebabkan terjadi penyelundupan minyak tanah. Pikiran Rakjat edisi 4 Februari 1963 melaporkan penyelundup minyak tanah dari Jakarta ke kota Bandung  karena harganya melonjak tinggi menjadi Rp30 per liter.Â
Hal ini diungkapkan kepala Kantor Perdagangan Dalam Negeri Priangan Salam Hardjadilaga. Menurut dia dari  truk  tangki,minyak tanah yang diselundupkan  disebarkan melalui tukang pikul. Dirinya mengadakan pembicaran dengan Stanvac tentang penyaluran alokasi ekstra minyak tanah. Stanvac diminta memberikan 150 ton minyak tanah.
Menurut Ketua  IPM  Tubagus Draja Martha  Kota Bandung kekuarangan 320 ton minyak tanah.
Selain minyak tanah, pembuatan tekstil untuk lebaran pada 1963 mengalami kegagalan. Benang tenun untuk bahan tekstil juga terlambat diterima dan itu juga terlalu sedikit jumlahnya. Awal Februari 1963 Kepala Biro Penyaluran OPS Alat Tenun  Mesin Jabar M Makmur mengakui hanya 6,7 persen dari semau perusahaan tenun di Jabar yang menggunakan alat tenun yang berjalan penuh.  Selain itu hanya 3972 bal benang  yang diterima sejak 6,5 bulan terakhir.  Sedangkan benang yang  dibutuhkan sebanyak 9 ribu bal. Â
Padahal  Menteri Perindustrian Rakyat Aziz  Saleh diberi target produksi tekstil pada 1963 sebanyak 456 juta meter. Dari jumlah itu 40 juta meter  untuk angkatan bersenjata. Dari jumlah itu, 251 juta meter harus diproduksi di Jabar. Â
Pada pertengahan Februari  1963  sejumlah organisasi buruh  KBKI,KBSI, SOBSI Cabang Bandung, Gasbindo serta Sabarmusi  di wilayah Jawa Barat membuat pernyataan kepada Presiden Sukarno agar yang berwenang tidak lagi menaikan harga dan tarif-tarif.  Distribusi bahan pokok diminta lancar.
Situasi di kota lain juga tak kalah getir. Bupati Kepala DaerahTasikmalaya menginstruksikan kepada segenap  jawatan di bawahnya agar berhemat dengan pemakaian kertas. Setiap carik kertas dan amlop yang masih bisa dipergunakan, jangan  dibuang dan harus  dipergukanakn kembali.
Banyak anggota DPRD Tasikmalaya  tidak dapat  menghadiri sidang, karena kebanyakan tinggal di luar kota. Setiap anggota yang  menghadiri sidang paling sedikitengeluarkanongkos Rp200  sementara uang sidangnya  hanya Rp100.