Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1963, Tahun Baru Senyap Pasca Tahun Kemenangan

9 Januari 2019   18:28 Diperbarui: 9 Januari 2019   18:28 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukarno menyebut  1962 sebagai Tahun Kemenangan dalam pidato menyambut Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1962.  Panglima Kodam Siliwangi Ibrahim Adjie dalam pidato radionya juga mengulanginya dalam pidato radionya 2 Januari 1963 menyambut tahun baru.

"Juga  Tahun Kemenangan bagi  Jawa Barat dengan pulihnya keamanan. Betul-betul sebagai  kemenangan persatuan,   kemenangan  saling mengerti, kemenangan saling membantu," ucap Adjie berapi-api

Pikiran Rakjat edisi 3 Januari 1963 mengumumkan Celengan cendrawasih untuk membangun  irian Barat sumbangan dari pembaca  surat kabar itu mencapai Rp1,38 juta.    Jumlah yang luar biasa di tengah kehidupan yang sulit dan begitu gegap gempitanya semangat nasionalisme.

 Pikiran  Rakjat edisi 2 Januari 1963 membuat headline "Sang Merah Putih Berkibar di Samping  bendera PBB di Bumi Irian Barat".  Disebutkan Kepala pemerintah UNTEA Dr Jalal Anduh (diplomat  dari Pakistan) resmi mengumumkan sejak 31 Desember 1962 jam 12.30 waktu setempat merah putih berkibar.

Di Kotabaru upacara penaikan bendera  merah putih dilakukan di kediaman Perwakilan RI dalam sebuah upacara sederhana disaksikan Menteri Panglima Angkatan Darat Mayjen Ahmad Yani, serta sejumlah perwira seperti Komodor UdaraLeo Watimena, Komodor Laut Sudomo, Panglima Mandala Brigjen Suharto hongga Komandan Pasukan PBB Brigjen Sjafrudin Khan dan kepala Perwakilan Belanda Goedhart.

Tahun kemenangan berlalu.  Namun perayaan tahun baru 1963 tidak segegap gempita tahun-tahun sebelumnya.  Perayaan yang melibatkan pejabat hanya sebuah upacara penyerahan celengan Cendrawasih di Bumi Sangkuriang, Ciumbuleuit  menjelang tengah malam kepada Gubernur Jabar Mashudi  dan ucapan selamat tahun baru hanya  setengah jam.  Tahun baru jatuh pada Hari Selasa 1 Januari 1963.  Warga Bandung seolah mengikuti seruan Wali Kota Bandung Priyatna Kusumah untuk sederhana dan tidak berlebihan.

Justru kemudian kabar buruk bermunculan di surat  kabar kota. Pikiran Rakjat edisi 10Januari 1962 memuat  pernyataan  Kepala Dinas kesehatan Jabar Dr Samedi Adibrata  yang mengumumkan selama 1962  jumlah penduduk Jabar yang tewas akibat wabah cacar mencapai 556 orang dan  yang  diserang 9139 orang.  Pencacaran ternyata harus diulang.

Belum lagi masalah wabah  cacar tuntas, banjir menghanta  kawasan Subang dan merendam 3250 rumahdan 300  hektar sawah pada pertengahan Januari  1963.  Jumlah kerusakan semakin besar pada 22 Januari  1963  diuukan tanggul-tanggul  bobol di 4 kecamatan wilayah Pruwakarta menyebabkan sawah banjir tanggul yang bobol  panjangnya mencapai 11  km di Cimalaya.  

Pikiran Rakjat membuka sumbangan untuk korban banjir. Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie bertindak cepat mengirimkan  para serdadu membantu warga,  ketika  pamong praja kebingungan harus berbuat apa.   Warga Bandung di Jalan Padasuka seperti Indra Permana dalam surat pembacanya memberikan apresiasi.    "Panglima menunjukan kepeduliannya kepada korban banjir," ucap Indra.

Bagi  warga Kota Bandung  memasuki Januari  1963  tak kalah buruknya.  Jumlah perceraian di Kotapraja Bandung selama 1962 menembus 5697  dibandingkan 9490  pernikahan. Yang rujuk hanya 409 orang.  Penyebab pereraian  85 % masalah ekonomi.  Para suami dituding tidak pernah member nafkah.

Razia gelandangan dan juga pelacuran  terus dilakukan pamong praja. Pada januari 1963  sebanyak 145  gelandangan  dikumpulkan, tetapi ternyata panitya kebingunang karena kekurangan tempat penampungan. Tempat  yang ada seperti Panti Karya  Marga Mulya  di Lembang kewalanhan.

Infrastruktur telekomunikasi juga mengalami kerusakan besar.  Sebanyak 2807  pesawat  telepon diisolir pada 2 Januari  1963.  Dari jumlah itu 2012 pesawat telepon di kawasan selatan, sisanya di utara dan timur.   Yang  bertugas menguukan  Komandan  Kodim  Bandung  Mayor Jukandi  pada hari-hari terakhir jabatannya.

"Tindakan ini untuk menyelamatkan sentral otomasi dari kehancuran dan untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat dari kemungkinan  kerusakan lebih  besar. Penggunaan  peswat telepon sudah melebihi  kapasitas,"  ujar Jukandi.

Pajak Anjing 

Kotapraja Bandung kekurangan uang.  Beberapa jenis pajak  diperketat, di antaranya Pajak Anjing (pajak memiliki anjing.  Wakil Wali Kota Bandung Saridjan menyerukan para kepala rumah tangga yang memelihara  anjing dalam wilayah Kotapraja Bandung diperingatkanebayar kewajibannya buat  setengah tahun pertama 1963. Selambat-lambatnya 15 Januari  1963.

Anjing pertama dikenakan tarif Rp15 dan anjing berikutnya Rp20. Jadi mereka yang memelihara tiga   ekor anjing saja harus merogoh kocek di atas Rp50.

Aturan baru Kotapraja Bandung juga mewajibkan pemilikanjingmengembalikan pening-pening  yang telah  lalu. Jika tidak akan ditabah dengan biaya  penggantian tanda pajak.  Jika pajak tidakdibayarkan pada waktunya akan  didenda  25  persen dari kewjibannya.

Pajak kendaraan pun diperluas.  Sepeda dikenakan pajak Rp4becak Rp10, delman Rp10  bahkan gerobak antara Rp14  hingga Rp20.

Pemerintah juga mengeluarkan aturan yang  populisuntuk rakyat kecil yaitu, mewajibkan Tunjangan Hari Raya yang  harus dibayarkan perusahaan  swasta  minimal Rp500 per orang.   Sementara  kehidupan dunia usaha  tidak terlalu  bagus. 

Damri Jawa Barat mengalami kesulitan besar dan hanya mampu menyediakan 40 buah bus untuk melayani seluruh Jawa Barat.  Sebanyak 85 buah bus digantung karenakekurangan ban. Di Kota Bandung busd Damri yang melayani warga 9  hingga 10 buah.   

Perusahaan angkutan umum  Suburban yang melayani Jakarta-Bandung mulai menjual mobilnya agar perusahaan tetap bertahan.  Perusahaan suburban berharap tarif angkutan umum bisa dinaikan hingga Rp700 dari tarif resmi Rp200.  Organisasi Angkutan Darat Priangan Timur juga ingin kenaikan 200 persen atau  dua kali lipat. Hal yang tidak mudah bagi pemerintah karena berdampak pada ekonomi dan sosial.

Dunia Hiburan  

 Dunia hiburan masih jalan.  Karang Setra masih  menggelar pertunjukan band Rhapsodia dan Band Renata pada Januari 1963. Taman lalu lintas menggelar   seni tari  Tjahja Putra dan Irama Nada Ria pimpinan Ferdy Liem.  Pada 13 Januari 1963 tampil  Orkes  Sunda pimpinansuwrsa dengan biduan ratna Suminar,Euis widanijah dan Mimin Kamsini. Bgeitu jug dengan Grand Preanger Hotel.

Peggelaran Malam Aneka Bing Slamet dan idris Sardi  juga dilangsungkan di Sport Hall Gelora Saparua, 20 Januari 1963. Selain Bing Slamet, Idris Sardi tampil  pelawakMang topo, Atmonadi dan Us-us, serta musisi Eddy Karamoy.  Karcis dibandrol  Rp2500.

Pertunjukkan yang hampir serupa yaitu Malam  Aneka Bing Slamet dan Idris Sardi pada 3 Februari 1963   di tempat yang sama.  Di luar kedua bintang itu tampil Bagjo, Iskak dan Atmonadi  yang waktu itu maish debutan karena baru terbentuk  pada 1961.   Penyanyi Dedy Damhudi juga tampil mengisi acara.

Isu Pembentukan Malaysia

Bagaimana dengan pusat?  Setelah Irian Barat mendekati penyelesaian muncul masalah luar negeri baru, yaitu Pembentukan Malaysia yang dituding Neo Imperealisme dan Neo Kolonialisme, hingga Pendirian Kalimantan Utara.  Entah siapa yang mendeklarasikan dna mengelar, ribuan warga Bandung di Tegalega menggelar rapat raksasa kesetiakawanan untuk revolusi Kemerdekaan Rakyat  Kalimantan Utara pada pertengahan Januari 1963.

Tanda-tanda akan ketegangan Indonesia-Malaya sudah terasa ketika PM Persekutuan tanah Melayu Tengku Abdul Rahman membantah tudingan Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio bahwa mereka mengirimkan pasukan ke Brunei. "Kami tidak punya pesawat terbang tempur dan kapal perang. Kami hanya mengirimkan polisi memulihkan keamanan di Brunei," kata Tengku Abdul Rahman.

Pernyatan  Subandrio  pada Minggu, 20 Januari 1963 antara lain menyebut kaki tangan dari pada neo kapitalisme dan neo imprealisme diangga[ Tengku Abdul Rachman bahwa Indonesua menjalankan politik konfrontasi terhadap  Malaysia. 

Ketegangan baru luar negeri Indonesia baru dimulai: Konfrontasi Malaysia.

Irvan Sjafari

Sumber Primer

Pikiran Rakjat, 2 Januari 1963, 3 Januari 1963, 8 Januari 1963, 10 Januari 1963, 14 Januari 1963, 17 Januari 1963, 21 Januari 1963,  22 Januari 1963,  23  Januari 1963

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun