Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1963, Tahun Baru Senyap Pasca Tahun Kemenangan

9 Januari 2019   18:28 Diperbarui: 9 Januari 2019   18:28 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dunia hiburan masih jalan.  Karang Setra masih  menggelar pertunjukan band Rhapsodia dan Band Renata pada Januari 1963. Taman lalu lintas menggelar   seni tari  Tjahja Putra dan Irama Nada Ria pimpinan Ferdy Liem.  Pada 13 Januari 1963 tampil  Orkes  Sunda pimpinansuwrsa dengan biduan ratna Suminar,Euis widanijah dan Mimin Kamsini. Bgeitu jug dengan Grand Preanger Hotel.

Peggelaran Malam Aneka Bing Slamet dan idris Sardi  juga dilangsungkan di Sport Hall Gelora Saparua, 20 Januari 1963. Selain Bing Slamet, Idris Sardi tampil  pelawakMang topo, Atmonadi dan Us-us, serta musisi Eddy Karamoy.  Karcis dibandrol  Rp2500.

Pertunjukkan yang hampir serupa yaitu Malam  Aneka Bing Slamet dan Idris Sardi pada 3 Februari 1963   di tempat yang sama.  Di luar kedua bintang itu tampil Bagjo, Iskak dan Atmonadi  yang waktu itu maish debutan karena baru terbentuk  pada 1961.   Penyanyi Dedy Damhudi juga tampil mengisi acara.

Isu Pembentukan Malaysia

Bagaimana dengan pusat?  Setelah Irian Barat mendekati penyelesaian muncul masalah luar negeri baru, yaitu Pembentukan Malaysia yang dituding Neo Imperealisme dan Neo Kolonialisme, hingga Pendirian Kalimantan Utara.  Entah siapa yang mendeklarasikan dna mengelar, ribuan warga Bandung di Tegalega menggelar rapat raksasa kesetiakawanan untuk revolusi Kemerdekaan Rakyat  Kalimantan Utara pada pertengahan Januari 1963.

Tanda-tanda akan ketegangan Indonesia-Malaya sudah terasa ketika PM Persekutuan tanah Melayu Tengku Abdul Rahman membantah tudingan Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio bahwa mereka mengirimkan pasukan ke Brunei. "Kami tidak punya pesawat terbang tempur dan kapal perang. Kami hanya mengirimkan polisi memulihkan keamanan di Brunei," kata Tengku Abdul Rahman.

Pernyatan  Subandrio  pada Minggu, 20 Januari 1963 antara lain menyebut kaki tangan dari pada neo kapitalisme dan neo imprealisme diangga[ Tengku Abdul Rachman bahwa Indonesua menjalankan politik konfrontasi terhadap  Malaysia. 

Ketegangan baru luar negeri Indonesia baru dimulai: Konfrontasi Malaysia.

Irvan Sjafari

Sumber Primer

Pikiran Rakjat, 2 Januari 1963, 3 Januari 1963, 8 Januari 1963, 10 Januari 1963, 14 Januari 1963, 17 Januari 1963, 21 Januari 1963,  22 Januari 1963,  23  Januari 1963

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun