Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Museum Sejarah Bandung dan Bandung Planning Gallery, Miniatur Masa Silam dan Masa Depan

22 November 2018   19:23 Diperbarui: 22 November 2018   21:53 1877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian interior Museum Sejarah Bandung. (dok. pribadi)

Bagi warga Jawa Barat Dewi Sartika (1884-1947) tokoh perintis pendidikan sekaligus tokoh emansipasi untuk kaum perempuan, seperti halnya Kartini. 

Pada 16 Januari 1904 dia membuka Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung.  Sekolah Isteri kemudian berkembang menjadi Sekolah Keoetamaan Isteri di Jalan Ciguriang pada 1910, selanjutnya menjadi smebilan sekolah menyebar ke seluruh Jawa Barat.

Patung Dewi Sartika  sebatas dada berdiri dengan anggun di depan bagian samping Museum Sejarah Bandung yang terletak di Jalan Aceh dan  baru diresmikan oleh Wali Kota Bandung Oded M Danial pada akhir Oktober lalu. Di sampingnya terletak patung Emma Poeradiredja (1902-1976), tokoh pergerakan perempuan Sunda dengan kiprahnya yang panjang, tidak saja masa Hindia Belanda tetapi juga masa Republik.

Saya dan rekan saya Widya Yustina mengunjungi museum itu pada Selasa, 6 November lalu. Museum ini menurut keterangan Wakil Ketua Tim Kerja Pendirian Museum Kota Bandung Nia Anthony berdiri di atas bangunan bekas kantor Dinas Pemuda dan Olahraga, yang direstorasi agar kembali seperti sejarah awal bangunan ini. 

Bagian muka Museum Sejarah Bandung. (dok. pribadi)
Bagian muka Museum Sejarah Bandung. (dok. pribadi)
Aslinya bangunan ini berfungsi sebagai Sekolah Taman Kanak-Kanak (Frabelschool) yang didirikan oleh Loge Sint Jan, kelompok Vrimerselarij (Freemasonry) Bandung berdiri pada 1920. Bangunan utamanya yang menjadi lobi utama museum itu dan selasarnya menyerupakai sekolah mengandung ciri Art Deco,menurut Sekretaris Pelesterian Budaya Bandung Koko Komara.

Nia Anthony dan Koko Komara  dihubungi oleh saya beberapa waktu lalu membenarkan kehadiran museum ini untuk memberikan gambaran perjalanan sejarah kota Bandung. Karena keterbatasan anggaran-itu pun sebagian didukung oleh swasta seperti Jarum Foundation, maka hanya baru dua ruangan yang berfungsi.

Ketika kami memasuki lobi tampak semua sisi dinding diisi perjalanan sejarah kota Bandung, namun masih dalam bentuk ilustrasi. Mulai dari  berdirinya kota Bandung pada 25 September 1810, sejak 7 Agustus 1864 ketika Bandung menjadi ibu kota Kresidenan Priangan, pembukaan jalur kereta api dari Cianjur dan berdirinya Stasiun Kereta Api Bandung pada 17 Mei 1884, hingga Konferensi Asia Afrika.

Sementara di dinding lain terpampang daftar wali kota Bandung mulai dari masa Hindia Belanda hingga Oded M Danial. Tidak terlalu memuaskan bagi saya, namun cukup memberikan referensi awal beginilah sejarah kota yang disebut sebagai Paris van Java itu. Ibarat buku, bagian depan museum ini sebagai kata pengantar.

"Nah, nantinya bagian belakang ada gedung tiga lantai tidak saja bekaitan dengan sejarah kota Bandung, tetapi juga fashion, industri, perkebunan, gaya hidup dan sebagainya. Sejumlah pihak etrkait seperti keluarga Emma Poeradiredja bersedia memberikan peninggalan almarhum berkaitan dengan kiprah perjuangannya, pemusik Rollies bersedia memberikan koleksi albumnya," tutur Nia Anthony.

Bagian interior Museum Sejarah Bandung. (dok. pribadi)
Bagian interior Museum Sejarah Bandung. (dok. pribadi)
Yang saya bayangkan dan saya harapkan  museum  ini tidak saja mengungkapkan sejarah Bandung tidak saja ilustrasinya, tetapi juga peninggalan-peninggalan secara fisik, seperti koran, pakaian, meja, kursi masa itu hingga perpustakaan. Melengkapinya dengan miniatur perkebunan, fashion, kuliner tentunya menjadikan museum ini bakal menjadi salah satu destinasi wisata di kota Bandung pada masa mendatang.

Saya juga berharap ada kafe yang harga menunya terjangkau di sekitar dan di dalam museum ini. Sebab pengunjung museum bakal didominasi wisatawan backpacker yang kantongnya pas-pasan.  Museum ini teirntegrasi dengan Bandung Planning Gallery yang berdiri berhadapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun