Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dari Segitiga Bermuda hingga Wabah, Film Paling Horor (bagi Saya)

11 November 2018   16:44 Diperbarui: 11 November 2018   17:13 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Bermuda Triangle (1978)-Foto: Everymovie1970s-.blogspot.com

Sepanjang sejarah menonton film horor, ada beberapa film yang membuat nyali saya ciut.  Film horor yang saya tonton bukanlah old school horor, seperti Exorcist (1973), atau horor model Jepang seperti The Ring, perempuan panjang yang keluar dari televisi, tetapi datang dari hal yang tidak berwujud apa yang disebut hantu, mahluk jejadian atau iblis, sebagainya.  

Film pertama yang paling menakutkan bagi saya adalah  Bermuda Triangle film produksi sineas Italia Rene Cardona jr (1978).  Film ini saya tonton ketika saya masih kanak-kanak di Drive In Ancol (bersama orangtua) sekitar 1979, ampun saya nggak berani melihatnya, ngumpet di belakang jok mobil sejak pertengahan film. Segitiga Bermuda memang areal yang masih misteri hingga sekarang, apa penyebab hilangnya sejumlah kapal terbang dan kapal laut selama berabad-abad.

Ceritanya satu kapal pesiar membawa sejumlah penumpang melewati perairan Karibia yang disebut Segitiga Bermuda.  Mereka menghadapi kejadian yang aneh, seperti pilot pesawat kapal terbang kecil yang  berteriak minta tolong, suara-suara memanggil dari dalam laut, empat pesawat pembom dari era Perang Dunia ke II AS  yang hilang hingga menemukan boneka perempuan dengan busana kuno, mata hitam (lihat boneka saja seram, dari manakah gerangan?). Kemudian boneka itu mengikat serang perempuan secara gaib. 

Yang ada dalam benak saya, bagaimana seandainya berada di laut luas, tersesat, hilang dari radar, menghadapi hal-hal yang aneh dan tak berdaya.  Adegan sederhana yang cukup seram ialah anak kecil membawa boneka di geladak kapal diserbu burung-burung di tengah malam, beberapa penumpang kapal di sekoci kemudian terjun satu demi satu ke laut dan sekoci itu kosong.  Saya baru berani menonton film itu utuh di Youtube beberapa tahun lalu.

Ending film ini (saya baru berani memunculkan kepala mengintip) omongan petugas pelabuhan ketika menerima isyarat tanda bahaya: "Loh, kapal itu kan sudah hilang bertahun-tahun yang lalu?" Kira-kira begitu.  Nggak kebayang kalau ada di kapal, itu mati nggak, hidup nggak.

28 Day Later

Film 28 Day Later (2002) karya sutradara Inggris, Danny Boyle. Saya tonton utuh sih, tetapi berapa kali tutup mata dan berharap kejadian yang dialami tokoh utamanya Jim (Cillian Murphy) cepat berlalu.  Bayangkan, kalau saya jadi Jim karena kecelakaan koma tidak sadarkan diri di Rumah Sakit, tiba-tiba mendapatkan dirinya  sendirian di Kota London.   

Tentu saja, saya akan seperti Jim, berteriak: "Hallo!" Penuh tanda tanya dan itu saja sudah menakutkan. Apalagi mendapatkan diri bahwa sebagian besar penduduk London, sudah menjadi zombie.  Hi..hi..mending tidur lagi, seperti nasehat ayah Jim melalui suratnya: Jangan pernah bangun, ya?  Ceritanya ada wabah yang disebabkan gigitan kera awalnya menggigit, seorang aktivis penyayang binatang dan kemudian menular ke orang lain.

Film ini sangat menegangkan dari awal sampai akhir.  Ketika Jim buat keteledoran menyalakan lampu mengundang para zombie untuk berkunjung hingga Jim dan sisa survivor harus bertarung dan lari merupakan yang paling seram.  Namun yang paling seram ialah runtuhnya norma dan otoritas, ketika manusia sehat ternyata tidak lebih sehat daripada zombie.

Adegan dalam 28 Day Later-Foto: IFC Center.
Adegan dalam 28 Day Later-Foto: IFC Center.
Sumpah, beberapa hari setelah nonton film ini, saya nggak bisa tidur dan hingga sekarang terbawa mimpi.  Salah satu film horor yang idenya brilian.

Black Death dan Twelve Monkeys

Film ketiga yang cukup seram ialah Black Death (2010) karya Christopher Smith tentang wabah sampar (jenis bubonic) di Inggris abad pertengahan. Pada waktu itu penduduk Inggris tidak tahu apa yang dihadapi mereka.  Penyebab penyakit ini baru ditemukan pada 1894 oleh ahli bakteri Alexander Yersin dan Kitasato di Hongkong, yaitu basil yang ada dalam tubuh tikus, yang ditularkan melalui kutu.

Dalam Black Death diceritakan petualangan seorang ksatria dan pendeta muda menyelidiki desa terpencil yang dikabarkan penduduknya tidak terjangkit dan kebal. Diduga berhubungan dengan ilmu sihir.  Film ini jadi menakutkan bagi saya (genre resminya action dan adventure), bayangkan kalau hidup di masa itu tidak tahu berhadapan dengan apa, tahu-tahu orang mati dengan cepat.  Penyakit itu sendiri sangat menakutkan. Bacanya saja sudah ngeri.

Adegan dalam Black Death-Foto: Yellmagzine.
Adegan dalam Black Death-Foto: Yellmagzine.
Sebetulnya ada satu film lagi yang membuat saya kerap bermimpi buruk yaitu Twelve Monkeys (1995), karya sineas InggrisTerry Gilliams,  tentang dunia kiamat karena virus dan hanya sejumlah kecil yang selamat.  Tokoh utamanya James Cole (Bruce Willis dikirim ke masa lalu dari masa depan oleh sjeumlah ilmuwan untuk mencegah malapetaka itu. 

Alih-alih mencegah, ternyata malapetaka itu berhubungan dengan pengiriman Cole ke masa lalu. "Future is history".  Film ini diadaptasi dari film  pendek Prancis La Jette (1962)  tentang pencegahan kiamat.  Kengerian di sini ialah horor atau malapetaka disebabkan oleh manusia sendiri.  

Sebenarnya film horor bagi saya berkaitan dengan eksistensi manusia.  Sebagai spesies yang paling tertinggi manusia menghadapi sesuatu yang ternyata lebih kuat dari dia. Mengapa ada takut pada hantu, mahluk gaib entah jenis genderuwo, pocong, leak atau tukang sihir? Karena mereka merasa tak berdaya  tak bisa melawan bahkan nalar pun tidak sampai.

Manusia pada dasarnya mahluk sosial, seindividualis apa pun. Ketika ia sendirian, orang yang tadinya tidak peduli dengan orang lain, akan merasakan ketakutan. Mungkin satu hari hingga beberapa bulan bisa cuek, tetapi kalau itu berlangsung dalam waktu yang tidak bisa tebak, menakutkan?

Coba kawan kompasianer bayangkan mana yang lebih menakutkan ketika bangun tidur mendapatkan diri sendirian di rumah (misalnya di Jakarta),  lalu ke luar rumah tidak ada orang,  infrastruktur komunikasi mati, televisi tidak ada siaran, radio juga, sekalipun listrik masih ada, atau berada di tengah laut sendirian sejauh mana memandang hanya air, sekalipun cukup makanan atau berada dalam situasi seperti dalam film horor dengan aneka penampakan yang menyeramkan, tetapi masih bersama teman-teman?

Irvan Sjafari  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun