Film ketiga yang cukup seram ialah Black Death (2010) karya Christopher Smith tentang wabah sampar (jenis bubonic) di Inggris abad pertengahan. Pada waktu itu penduduk Inggris tidak tahu apa yang dihadapi mereka. Â Penyebab penyakit ini baru ditemukan pada 1894 oleh ahli bakteri Alexander Yersin dan Kitasato di Hongkong, yaitu basil yang ada dalam tubuh tikus, yang ditularkan melalui kutu.
Dalam Black Death diceritakan petualangan seorang ksatria dan pendeta muda menyelidiki desa terpencil yang dikabarkan penduduknya tidak terjangkit dan kebal. Diduga berhubungan dengan ilmu sihir. Â Film ini jadi menakutkan bagi saya (genre resminya action dan adventure), bayangkan kalau hidup di masa itu tidak tahu berhadapan dengan apa, tahu-tahu orang mati dengan cepat. Â Penyakit itu sendiri sangat menakutkan. Bacanya saja sudah ngeri.
Alih-alih mencegah, ternyata malapetaka itu berhubungan dengan pengiriman Cole ke masa lalu. "Future is history".  Film ini diadaptasi dari film  pendek Prancis La Jette (1962)  tentang pencegahan kiamat.  Kengerian di sini ialah horor atau malapetaka disebabkan oleh manusia sendiri. Â
Sebenarnya film horor bagi saya berkaitan dengan eksistensi manusia.  Sebagai spesies yang paling tertinggi manusia menghadapi sesuatu yang ternyata lebih kuat dari dia. Mengapa ada takut pada hantu, mahluk gaib entah jenis genderuwo, pocong, leak atau tukang sihir? Karena mereka merasa tak berdaya  tak bisa melawan bahkan nalar pun tidak sampai.
Manusia pada dasarnya mahluk sosial, seindividualis apa pun. Ketika ia sendirian, orang yang tadinya tidak peduli dengan orang lain, akan merasakan ketakutan. Mungkin satu hari hingga beberapa bulan bisa cuek, tetapi kalau itu berlangsung dalam waktu yang tidak bisa tebak, menakutkan?
Coba kawan kompasianer bayangkan mana yang lebih menakutkan ketika bangun tidur mendapatkan diri sendirian di rumah (misalnya di Jakarta), Â lalu ke luar rumah tidak ada orang, Â infrastruktur komunikasi mati, televisi tidak ada siaran, radio juga, sekalipun listrik masih ada, atau berada di tengah laut sendirian sejauh mana memandang hanya air, sekalipun cukup makanan atau berada dalam situasi seperti dalam film horor dengan aneka penampakan yang menyeramkan, tetapi masih bersama teman-teman?
Irvan Sjafari Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H