Menyerahnya Adah Djaelani menyebabkan pihak Siliwangi bertambah yakin. Wakil Asisten II Kodam VI Siliwangi Letkol Supomo dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, memperkirakan akhir September 1962 pemberontakan Kartosuwiryo akan tamat riwayatnya.
Realitasnya memang gerombolan itu  hancur lebih cepat. Pikiran Rakjat edisi 5 Juni 1962 memasang headline "S.M Kartosuwiryo Sudah Berada di Tangan Siliwangi". Â
Harian itu menyebutkan, pemimpin gerombolan bersenjata itu sejak Senin 4 Juni 1962 bertepatan dengan 1 Muharram 1382 H jam 12.00 berada di tangan pasukan Siliwangi hidup-hidup.
Disebutkan, sekitar 20 pengikutnya ikut menyerah, termasuk seorang perwiranya Ateng kurnia. Â Ikut pula isterinya.
Kapendam Kodam Siliwangi Letkol M Nawawi Latif  dalam pembicaraan singkat dengan wartawan Pikiran Rakjat tengah malam, mengatakan yang menangkap adalah pasukan Bataliyon 328 Kujang II di Kecamatan Paseh, Distrik Cisalengka.
Esok harinya Pikiran Rakjat edisi 6 Juni 1962 menulis headline : "Terima Kasih Siliwangi kepada Segenap Rakjat". Â Kartosuwiryo digambarkan sedang beristirahat di tempat tidur dalam pos Kodam Siliwangi. Â
Ibrahim Adjie mengatakan, Â kembalinya SM kartosuwiryo beserta rombongannya belum berarti keamanan sudah pulih. Â Anak buah Kartosuwiryo masih ada yang belum kembali. Â Sekalipun Ateng Kurnia memberi perintah kepada anak buahnya untuk melapor, namun hal itu memerlukan waktu.
"Saya meminta saudara-saudara dari pers untuk datang ke Pos Kodam Siliwnagi untuk mebenarkan berita gembira ini. Saya juga meminta perentaraan suadara-saudara untuk menyampaikan kepada rakyat rasa terima kasih dari saya pribadi dan seluruh anggota Kodam Siliwangi atas segala bantuan moril yang diberikan kepada Kodam Siliwangi, sehingga menghasilkan kembalinya saudara SM Kartosuwiryo dalam keadaan sehat," ujar Ibrahim dengan rendah hati.
Selang tiga hari setelah Kartosuwiryo berada di tangan Siliwangi sebanyak 206 anak buahnya segera mengikuti turun. Â Rakyat Kampung Sukamanah di Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung disebutkan, merayakan peristiwa itu dengan suka cita dengan mengadakan kendurian pada 8 Juni 1962. Hadir dalam perayaan itu Bupati Bandung Mayor Memed Adiwilaga.
Gubernur Jawa Barat Mashudi dalam sebuah acara di Bandung  pada Senin 11 Juni 1962 mengatakan, dengan menyerahnya Kartosuwiryo Jawa Barat memasuki fase baru. Tiga belas tahun pemberontakan yang sangat melelahkan menyita waktu dan potensi yang harusnya digunakan untuk membangun.
Â