Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Wiro Sableng 212, Silat Klasik dan Sherina Munaf

31 Agustus 2018   10:11 Diperbarui: 31 Agustus 2018   10:17 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua dari segi sinematografi, adegan perkelahian tampaknya dipersiapkan dengan baik. Vino G Bastian, Sherina Munaf mampu bertarung sama piawainya dengan aktor yang punya latar belakang atlet bela diri, seperti Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman(pencak silat), Aghniny Harque (taekwondo). Tentu saja adegan laga yang menarik terjadi di bagian akhir, ketika masing-masing tokoh protagonist mendapat lawannya.

Juga diselipkan bumbu humor dan komedi, khas Wiro Sableng. Namun yang menarik ditarik ke kontek situasi sosial politik Indonesia saat ini. Misalnya tindakan yang dilakukan Rara Murni mengajak putra mahkota berkeliling melihat keadaan rakyatnya dengan menyamar disebut sebagai blusukan.

Setting sejarahnya cukup baik, kira-kira masa peralihan Kerajaan Hindu-Buddha ke era Kerajaan Islam, hingga penggunaan pistol kocok dari orang Portugis atau Spanyol oleh seorang pendekar antagonis merupakan setting menarik dan beberapa cerita silat banyak mengambil setting era ini.

Sherina Munaf 

Saya memberikan catatan sendiri buat Sherina karena ini penampilannya yang kedua di layar lebar setelah Petualangan Sherina ketika dia masih menjadi artis cilik. Memang masih tampak Sherina-nya yang tatapan matanya itu khas, tajam, kadang terkesan agak sinis, mencibir.

Penonton di sebelah saya awalnya mencibir Sherina yang dianggapnya tidak pantas sebagai sosok pendekar. Tetapi karakter Anggini memang terkesan tengil, serta Sherina sendiri sebetulnya latihan wushu. Menurut saya gerakannya luwes dan cukup akrobatik.

 Adegan pertemuan pertamanya dengan Wiro sambil memegang gurunya yang mabuk karena tuak itu, "Sherina sekali" Ketika itu Wiro menyebut Anggini sebagai Syahrini dan penonton tergelak spontan. Ketika dijodohin, karena Dewa Tuak berhubungan baik dengan Sinto Gendeng, Anggini dengan santai mengomentari: "itu omongan tuak!" Adegan itu mengobati kerinduan saya pada akting Sherina.

Tetapi setelah pertengahan cerita, karakter Anggini itu menarik, terutama dalam adegan bersikap santai saja melihat kelakukan Wiro yang menggoda Rara Murni, disebutnya manis, itu artinya Anggini tidak? Tetapi dalam laga dia sudah menjadi karakter Anggini menurut saya. Sherina total memainkan adegan pertarungan laga.    

Film ini juga didukung aktor-aktor kelas atas lainnya seperti Lukman Sardi, hingga Marcella Zalianty yang sudah lama tidak saya lihat aktingnya. Secara keseluruhan "Wiro Sableng 212" layak tonton.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun