Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1961 | Booming Kampus dan Mahasiswa

23 Juli 2018   16:54 Diperbarui: 23 Juli 2018   17:30 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal September 1961 Universitas Katolik  Parahyangan akhirnya mempunyai gedung baru di Jalan Merdeka nomor 32.  Pembukaan gedung bertingkat tiga itu dapat menampung 2500 mahasiswa itu dilakukan Menteri PTIP Iwa Kusumasumantri dan dihadiri oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia.  

Sejak berdirinya pada 1957 Unpar menempati Gedung Panti Budaya.  Unpar sudah mempunyai tiga fakultas waktu itu, yaitu Fakultas Ilmu Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik.

Perkembangan pesat Universitas Parahyangan ini seolah mengimbangi Universitas Padjadjaran bertepatan dengan dies Natalisnya yang ke 4 pada 23 September 1961, sekaligus  membuka Fakultas Pendidikan Djasmani secara resmi dengan Ketua sementaranya Djusar Kartasubrata dan merupakan Fakultas ke 13 sejak Unpad dibuka pada 1957. Pada September 1961 itu juga Drs Barli Sasmitawinata ditunjuk menjadi Ketua Jurusan Seni Rupa FKIP Unpad yang baru didirikan.

FKIP Unpad  ini sebenarnya berasal dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang berdiri pada 1954, kemudian diintegrasikan ke Unpad pada 1958 dan kelak pada Mei 1963 berdiri sendiri.   

Dalam empat tahun jumlah mahasiswa Unpad tumbuh dari 2.650 (dengan 4 fakultas), menjadi sekitar 10.600  mahasiswa. "Dari ribuan lulusan SLTA yang mendaftar, hanya 20-30% tertampung," kata Presiden unpad Soeria Soemantri seperti dikutip Pikiran Rakjat, 25 September 1961.  

Bila ditambah dengan ITB sekitar lima ribu mahasiswa, serta universitas lainnya seperti, Universitas Ganecha, Universitas Pasundan, Perguruan Tinggi Islam Bandung (cikal bakal Universitas Islam Bandung), Universitas Nathadul Ulama (kemudian menjadi Universitas Islam Nusantara), Univeritas Parahyangan, Universitas Sawunggaling, Universitas Setyabudhi,  serta  STT (Telkom), Sekolah Pariwisata, berbagai macam akademi  maka pada 1961 Bandung saya taksir dihuni lebih 20 ribu mahasiswa dari  lebih dari sepuluh kampus.

Universitas Pasundan sudah mempunyai Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sospol, serta Fakultas Teknologi dengan jurusan food and Production.  Kampus Unpas terletak di Jalan lengkong Besar.   

Pada 1961, Bandung juga mempunyai universitas baru, yaitu  Universitas Ganecha yang mempunyai empat Fakultas, yaitu Fakultas Pengetahuan Rohani, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi.  Kampus ini mempunyai tempat kuliah di Jalan Asia Afrika dan Jalan Merdeka.  Pimpinan universitas ini antara lain Mr GHP Puspokusumo, yang menjadi Dekan Fakultas Hukum dan Kemasyarakatan sekaligus Fakultas Ekonomi.

Lainnya adalah Universitas Setyabudhi mempunyai empat Fakultas, ketika mereka mengumumkan penerimaan mahasiswa baru, yaitu, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Teknologi bagian Mesin, Elektro dan Kimia.  Universitas menggelar perkuliah di Gedung Jalan Padjajaran dan Jalan Mandilangsa.

Universitas Sawunggaling  dengan pimpinannya Nurudin Sjahadat menawarkan Fakultas Farmakologi, Fakultas teknik (jurusan Teknik Kimia dan Geologi), serta Fakultas Ekonomi. Universitas ini juga mempunyai cabang di Kota Garut menawarkan Fakultas Hukum dan Fakultas Pertanian.

Show  of force jumlah mahasiswa (termasuk juga pelajar SMA) di Kota Bandung tampak pada acara pawai yang diselenggarakan Universitas Padjadjaran 24 September 1961 dengan rute Jalan Hasanudin-Dago-Merdeka-Gereja-Suniaraja-Braga-Asia Afrika-Oto Iskandar Di Nata-Stasiun Timur kembali ke Jalan Gereja-Wastukencana-Purnawarman-Ranggading-Sawunggaling-Tamansari-Ganeca-Dago-Jalan Hasuddin  dan berakhir di Unpad.

Jumlah mahasiswa Unpad  yang ikut terbagi dalam 13 barisan dan 23 barisan lagi adalah mahasiswa dari perguruan tinggi swasta dan para pelajar SMA. Pikiran Rakjat edisi Senin 25 September 1961 melukiskannya:

Barisan paling muka sudah sampai di Gubernuran, tetapi ekornya masih di Viaduct. Sedangkan badannya di Jalan Braga dan Asia Afrika, serta Oto Iskandar Di Nata. 

Populasi kota Bandung pada waktu itu berkisar antara 750 ribu hingga 800 ribu jiwa. Jika jumlah mahasiswa di Bandung lebih dari 20 ribu, maka jumlah itu berarti lebih dari dua persen dari populasi berstatus mahasiswa hingga lulusan perguruan tinggi.  Mereka saya sebut sebagai kaum "neo menak" gelombang ketiga, cikal bakal yang menjadikan Bandung sebagai kota kreatif, kota musik dan kota UKM.

Jumlah sarjana yang diwisuda pada 1961 berjumlah ratusan hanya dari Unpad dan ITB. Tidak didapat data berapa jumlah sarjana yang dihasilkan Unpar yang berdiri satu zaman dengan Unpad atau dari universitas swasta lainnya.  Namun ITB saja setiap tahun sejak 1950-an melahirkan 100-an sarjana. Sebagian mungkin pendatang, tetapi juga ada warga Bandung.  

Pada Dies Natalis ke 4, Universitas Padjajaran melantik 89 sarjana. Dari jumlah itu sebanyak 15 sarjana  dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, hanya satu perempuan bernama Lily Saptarian dengan skripsi menarik berjudul "Beberapa Catatan di Sektor Masalah Kedudukan Wanita dalam Hukum Adat"  (Pikiran Rakjat, 23 September 1961).

Sementara Fakultas Ekonomi melahirkan 10 orang sarjana dan hanya satu perempuan bernama Neneng Muljamah.   Sisanya sarjana dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan hanya beberapa orang yang perempuan.

Pada pertengahan Oktober 1961 Institut Teknologi Bandung melantik 195 sarjana. Bila diteliti dari nama-nama yang diumumkan Pikiran Rakjat edisi 14 Oktober 1961, dari jumlah itu hanya 6 orang yang perempuan dari jurusan kimia (misalnya nama Pratiwi Amin Singgih) dan farmasi (misalnya Anifah Aziz). Jumlah sarjana yang paling banyak dilantik datang dari jurusan Mesin, Sipil, Kimia Teknik dan Elektro seratus persen laki-laki. Padahal jumlah mahasiswa perempuan sejak awal 1950-an cukup signifikan, namun rupanya tidak terlalu banyak yang bisa mencapai sarjana.

Pertumbuhan jumlah mahasiswa di Bandung dan berkembangnya kampus-kampus berbanding cukup dengan keadaan di akar rumput.  Pada September 1961 Kotapraja Bandung dihadapkan dengan jumlah anak-anak yang harus ditampung di Sekolah Rakyat. 

Tercatat sekitar 131 ribu anak usia 6 hingga 7 tahun mmeperebutkan SR Negeri maupun swasta yang total hanya mampu menampung 107 ribu anak.  Itu berarti 14 ribu tidak tertampung dan program wajib belajar menjadi terhambat.

Pada Agustus 1961 sebanyak 8 pelajar SMA di Jawa Barat mendapat kesempatan mengikuti program pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Lima di antara mereka adalah pelajar di Kota Bandung, yaitu PA Pangemanan (SMA V/C), Achmad Sjafari Djuazma (SMA B/Yayasan 17 Agustus), Rachmad Badrudin (SMA IV/B), Surjati Solichin (SMA V/C),  serta Ong Kui Nio.

Kehidupan Akademik 

Manipol dan Usdek kemudian dijadikan mata kuliah di Kampus Unpad dan diumumkan resmi oleh Presiden Unpad Suria Sumantri pada akhir Agustus 1961 dengan membentuk sebuah panitya menyusun kurikulumnya. Kata Suria Sumantri mata kuliah manipol paling tidak diberikan di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sosial dan Politik (Pikiran Rakjat, 21 September 1961).

Pada Juli 1961 Himpunan Mahasiswa Elektronik ITB mengadakan kuliah kerja di obyek kelistrikan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada 3 hingga 12 Juli 1961.  Kegiatan yang diikuti 50 mahasiswa dipimpin Ketua Bagian Elektronik TM Soelaiman. 

Ikut serta tiga guru besar (yang semua tenaga asing), Profesor Hammond pengajar Teknik Listrik, Profesor Stevenson pengajar teknik komunikasi (teknik telekomunikasi?), serta Profesor Barnet bagian Kimia.  Tujuannya agar mahasiswa bisa melihat dari dekat macam-macam listrik, serta jadi bagian pembangunan semesta berencana.

Wakil Gubernur Jawa Barat Astrawinata  di depan 2000 mahasiswa Unpad pada Jumat 22 September 1961 mengatakan, mahasiswa harus mengerahkan semua kekuatannya dan harus disatupadukan untuk merealisasikan tujuan dari pada revolusi nasional dan mengakui mahasiswa adalah investasi manusia yang berharga dan menjadi pelopor.

Penerapan Studi Terpimpin kembali digaungkan Rektor Unpad Bidang Pendidikan dan Pengajaran Prof Dr Moestopo, yang disebutnya dosen-dosen sebagai membimbing mahasiswa dibantu asisten dosen seperti gembala. Sementara mahasiswa diminta membentuk grup-grup. "Studi Terpimpin adalah sistem yang baik, terutama dalam iklim pembangunan sekarang," katanya seperti dikutip Pikiran Rakjat, 27 Oktober 1961.

Aktivitas Mahasiswa: Dari Malam Gembira ke Malam Gembira

Pada 1961 sejumlah Dewan Mahasiswa di universitas-universitas baru sudah terbentuk. Dewan Mahasiswa Universitas Pasundan dipimpin Sulaiman Haris dengan Sekretarisnya A Rasyid Pannasary dan Bendahara Kennedy Rachman.  Tidak terlalu banyak yang bisa saya temukan aktivitas mahasiswa Unpas, kecuali  DM Unpas mengadakan pertemuan para pengurusnya pada hari Minggu, di Jalan Lengkong Besar nomor 76 pada 2 Juli 1961.

Pada 5-9 Juli 1961 diadakan duel meet antara Unpad dan UI di Kota Bandung.  Pada pertandingan basket, Unpad mengalahkan UI 85-65, Bola Voli Putri menang 3-1, tetapi putra kalah 1-3. Pada cabang sepak bola Unpad mengalahkan UI 4-0 dan tim hockey bermain sama kuat-kuat 0-0.  Secara keseluruhan tuan rumah unggul dalam duel meet ini.

Pada awal Oktober 1961, Fakultas Publitistik dan Jurnalistik Unpad menyelenggarakan masa perkenalan, yang meluluskan 64 mahasiswa dan 4 lagi diminta untuk mengikuti masa perkenalan pada 1962.

Intensitas aktivitas mahasiswa baru tampak pada September dan Oktober 1961, yang menonjol adalah pergelaran   malam gembira para mahasiswa yang biasanya diisi dengan cara hiburan termasuk berdansa.  Sabtu malam 23 September 1961,  Universitas Pasundan menggelar acara malam gembira ini di Gedung Jalan Bangka nomor 6.   

Pertengahan September 1961 Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran terbentuk. Terpilih sebagai Ketua Prawoto, Sekretaris Sulaiman Musa, Bendahara Setya Hurip. Aktivitas pertama mereka apalagi kalau bukan mengadakan malam gembira pada 1 Oktober 1961 di Panti Karya, Jalan Merdeka. 

Pada malam yang sama di Aula Unpad diadakan malam kesenian untuk para undangan diisi dengan Tari Pergaulan, serta Komedi satu babak.Minggu malam 15 Oktober 1961 kembali  Dewan Mahasiswa  Unpad menyelenggarakan malam gembira  yang juga diisi dengan cara dansa.

Tidak ditemukan aktivitas yang menonjol selain acara yang berkaitan dengan dansa.  Pada 21 hingga 23 September disebut ada pameran lukisan di aula Unpad setiap sore.

Irvan Sjafari

Sumber:

Pikiran Rakjat, 1 Juli 1961,  5 Juli 1961, 10 Juli 1961, 31 Juli 1961,  7 Agustus 1961,  1 September 1961,  4 September 1961, 12 September 1961, 21 September 1961, 23 September 1961, 25 September 1961,  27 September 1961, 13 Okober 1961, 14 Oktober 1961, 27 Oktober 1961

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun