Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1961 | Booming Kampus dan Mahasiswa

23 Juli 2018   16:54 Diperbarui: 23 Juli 2018   17:30 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah mahasiswa Unpad  yang ikut terbagi dalam 13 barisan dan 23 barisan lagi adalah mahasiswa dari perguruan tinggi swasta dan para pelajar SMA. Pikiran Rakjat edisi Senin 25 September 1961 melukiskannya:

Barisan paling muka sudah sampai di Gubernuran, tetapi ekornya masih di Viaduct. Sedangkan badannya di Jalan Braga dan Asia Afrika, serta Oto Iskandar Di Nata. 

Populasi kota Bandung pada waktu itu berkisar antara 750 ribu hingga 800 ribu jiwa. Jika jumlah mahasiswa di Bandung lebih dari 20 ribu, maka jumlah itu berarti lebih dari dua persen dari populasi berstatus mahasiswa hingga lulusan perguruan tinggi.  Mereka saya sebut sebagai kaum "neo menak" gelombang ketiga, cikal bakal yang menjadikan Bandung sebagai kota kreatif, kota musik dan kota UKM.

Jumlah sarjana yang diwisuda pada 1961 berjumlah ratusan hanya dari Unpad dan ITB. Tidak didapat data berapa jumlah sarjana yang dihasilkan Unpar yang berdiri satu zaman dengan Unpad atau dari universitas swasta lainnya.  Namun ITB saja setiap tahun sejak 1950-an melahirkan 100-an sarjana. Sebagian mungkin pendatang, tetapi juga ada warga Bandung.  

Pada Dies Natalis ke 4, Universitas Padjajaran melantik 89 sarjana. Dari jumlah itu sebanyak 15 sarjana  dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, hanya satu perempuan bernama Lily Saptarian dengan skripsi menarik berjudul "Beberapa Catatan di Sektor Masalah Kedudukan Wanita dalam Hukum Adat"  (Pikiran Rakjat, 23 September 1961).

Sementara Fakultas Ekonomi melahirkan 10 orang sarjana dan hanya satu perempuan bernama Neneng Muljamah.   Sisanya sarjana dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan hanya beberapa orang yang perempuan.

Pada pertengahan Oktober 1961 Institut Teknologi Bandung melantik 195 sarjana. Bila diteliti dari nama-nama yang diumumkan Pikiran Rakjat edisi 14 Oktober 1961, dari jumlah itu hanya 6 orang yang perempuan dari jurusan kimia (misalnya nama Pratiwi Amin Singgih) dan farmasi (misalnya Anifah Aziz). Jumlah sarjana yang paling banyak dilantik datang dari jurusan Mesin, Sipil, Kimia Teknik dan Elektro seratus persen laki-laki. Padahal jumlah mahasiswa perempuan sejak awal 1950-an cukup signifikan, namun rupanya tidak terlalu banyak yang bisa mencapai sarjana.

Pertumbuhan jumlah mahasiswa di Bandung dan berkembangnya kampus-kampus berbanding cukup dengan keadaan di akar rumput.  Pada September 1961 Kotapraja Bandung dihadapkan dengan jumlah anak-anak yang harus ditampung di Sekolah Rakyat. 

Tercatat sekitar 131 ribu anak usia 6 hingga 7 tahun mmeperebutkan SR Negeri maupun swasta yang total hanya mampu menampung 107 ribu anak.  Itu berarti 14 ribu tidak tertampung dan program wajib belajar menjadi terhambat.

Pada Agustus 1961 sebanyak 8 pelajar SMA di Jawa Barat mendapat kesempatan mengikuti program pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Lima di antara mereka adalah pelajar di Kota Bandung, yaitu PA Pangemanan (SMA V/C), Achmad Sjafari Djuazma (SMA B/Yayasan 17 Agustus), Rachmad Badrudin (SMA IV/B), Surjati Solichin (SMA V/C),  serta Ong Kui Nio.

Kehidupan Akademik 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun