Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Rasuk", Horor Klasik 1980-an Rasa Risa

30 Juni 2018   20:36 Diperbarui: 1 Juli 2018   15:56 3396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata di villa itu ada Abi. Linggar mengira cowok yang dekat dengan dia ingin membersi kejutan, tetapi ternyata justru Linggar mengumumkan bahwa ia dan Abi jadian.

Meledak kemarahan Linggar dan dia kabur dari villa itu malam itu juga. Tentu kawan-kawannya panik. Pelarian yang penuh kemarahan dilakukan Linggar menuai bencana, tidak saja bagi dirinya, tetapi juga bagi kawan-kawannya. Mereka berhadapan dengan suatu kekuatan jahat di hutan itu.

Dari segi cerita, Rasuk cukup kuat, seperti cerita Risa lainnya yang cenderung pada horor klasik dengan nuansa milenial dan berkaitan dengan dunia hantu (arwah). Rasuk lekat dengan budaya lokal, ada dukun penganut ilmu hitam, arwah perempuan yang bunuh diri karena diperkosa, bahkan sosok perempuan yang dipasung, yang semua menakutkan.

Begitu juga dengan kehadiran ustad yang menjadi penyelamat, semuanya sekali lagi mengingatkan pada film horor Indonesia 1980-an.

Bahkan ada adegan slasher penuh darah yang menambah keseraman. Sebagian besar film ini settingnya satu malam dengan areal villa dan sekitarnya. Sayangnya, penggarapannya "pas bandroll" lebih mirip sinetron atau FTV horor yang banyak mengagetkan penonton.

Pertarungan orang yang kerasukan memang menegangkan, sayangnya seperti halnya Maddah, cara mengakhiri film ini biasa saja. Walau ada pesan mendalam: "Apa yang Kita lihat bahwa orang lain lebih sempurna dari kita adalah hal yang belum tentu."

Dari segi casting pemerannya, tidak terlalu istimewa. Semua pemeran bermain standar saja. Memang Shandy Aulia lebih mengesankan dibanding film-film sebelumnya. Catatan yang cukup baik saya berikan justru pada pemeran Kumala Sari yang tampil dingin.

Kelebihan lain pada film Rasuk ialah lagu di akhir film, dilantunkan oleh Risa saraswati (yang katanya) dengan menggandeng salah seorang personel dari band Indie Burgerkill, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi film ini. Setidaknya ada yang bisa saya bawa pulang: Kalau bukan Risa...

Merengkuh lintasan waktu/bergulir meredup/Kian Terbelenggu Pilu/Hati Tak Berdeku. Pelan tapi menyayat.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun