Namun sehabis sidang terjadi perkelahian massal antara sekelompok pemuda Tionghoa dengan pemuda pelajar pribumi. Â Seperti bola salju membesar dengan kemarahan massa merusak rumah dan toko milik orang Tionghoa di Cirebon. Kerusuhan baru bisa dipadamkan setelah berlangsung dua hari oleh aparat keamanan.
Sebetulnya bukan hanya Jawa barat yang mengalami kerusuhan. Pada 6 Mei 1963 pecah kerusuhan di Tegal yang menyebabkan 177 buah sepeda motor dan mobil dibakar. Â Kerusuhan menjalar ke Slawi, Banjaran dan Pagongan. Â
Berbeda dengan di Jawa Barat kerusuhan di Tegal tidak dipelopori oleh pelajar tetapi benar-benar gerakan rakyat jelata, mulanya hanya ditujukan kepada para pedagang Tionghoa, tetapi kemudian juga ditujukan  kepada mereka yang semua dianggap orang kaya.  Lumbung padi dibakar hingga penyimpnan amunisi milik tentara juga diserbu.
Pola kerusuhan 6 Mei 1963 mendekati revolusi sosial Tiga Daerah pada awal kemerdekaan. Namun tidak sampai ke sana tentara bertindak keras dengan menembak massa yang tak terkendali. Sebanyak 4 orang tewas dan 25 luka-luka.
Rosihan Anwar (1980: 362) dalam bukunya juga mengungkapkan bahwa di Universitas Diponegoro Semarang pernah terjadi bentrokan antara mahasiswa penunggang sepeda dengan penunggang sepeda motor dan sepeda kumbang. Â Pada suatu ketika sepeda motor milik orang Tionghoa itu dirusak. Â Rosihan melihat bahwa rakyat yang sulitnya hidupnya gampang diajak untuk ikut serta dalam kerusuhan anti Tionghoa.
Keresahan di Kalangan Mahasiswa  Bandung
Kesenjangan antara mahasiswa pribumi dan mahasiswa keturunan Tionghoa di ITB Â menimbulkan ketegangan yang sudah berlangsung lama. Â Mahasiswa Tionghoa dipandang selalu berkelompok dan memisahkan diri, serta memamerkan keunggulan materi secara menyolok.
Seperti yang pernah saya ulas dalam beberapa tulisan sebelumnya, sejumlah perguruan tinggi berdiri di Bandung pada era 1950-an, mulai dari IKIP (1954), Universitas Padjadjaran (1957), Universitas Parahyangan (1957), diikuti Universitas Pasundan, Universitas Islam Bandung, Â melengkapi Sekolah Tinggi Telkom (STT), Sekolah Tinggi Pariwisata. Semua perguruan tinggi negeri dan swasta yang didirikan pada era kini menjadi perguruan tinggi yang terkemuka.
Munculnya perguruan tinggi menimbulkan suatu golongan sosial baru gelombang kedua yang saya namakan "neo menak". Â Jumlah mahasiswa pada waktu itu untuk ITB sekitar 4000 hingga 5000 setiap kali diumumkan dalam kegiatan Dies Natalis. Jumlah mahsiswa Universitas Padjadjaran sekitar itu. Belum lagi jumlah universitas lain juga ribuan.
Saya prediksi jumlah mahasiswa di Bandung pada 1960-an  antara 15 -20 ribu atau 2 persen dari populasi kota Bandung  pada waktu itu sekitar 800 ribu jiwa.  Sehingga  Kota Bandung menjadi kota pendidikan.  Para mahasiswa pribumi ini rata-rata berada dalam tingkat ekonomi menengah ke bawah melihat gaya hidup mahasiswa Tionghoa berbeda dengan para pribumi.
Ulf Sundahaussen menyebutkan sel-sel PSI bawah anti Soekarno mengadakan kontak erat dengan mahasiswa Bandung terutama Gemsos (Gerakan Mahasiswa Sosialis) dan beberapa tokoh mahasiswa Muslim, Â Katanya dalam bukunya sebelum kerusuhan itu sejumlah perwira Siliwangi kerap mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh mahasiswa.