Untuk tembang lawas, saya menyukai lagu-lagu yang dinyanyikan duet kakak-beradik Franky dan Jane Sahilatua. Â Franky Hubert Sahilatua, laki-laki berdarah Maluku, kelahiran Surabaya 16 Agustus 1953, butuh perjuangan untuk masuk dapur rekaman.
Album perdananya pada 1975, berduet dengan Jeanne (Jane) Maureen Sahilatua berjudul "Senja Indah di Pantai".  Franky meninggal pada 20 April 2011 karena penyakit kanker sunsum tulang belakang. Dia sudah menghasilkan belasan album bersama Jane, belum terhitung  album solo dan yang dinyanyikan bersama Iwan Fals  untuk blantika musik Indonesia (1). Â
Sebetulnya keduanya  menjadi penyanyi favorit saya, agak terlambat dari kemunculan mereka,  yaitu sejak 2000, ketika bekerja menjadi jurnalis sebuah media online sekaligus juga  menggarap sebuah majalah wisata bulanan.
Setiap melakukan travelling, baik untuk keperluan pekerjaan maupun refreshing, di sela perjalanan rasanya mendengarkan lagu Franky & Jane memberikan sensasi sendiri. Â Pada waktu itu saya menggunakan walkman, hingga tidak menganggu kawan jurnalis lain atau penumpang lain (ketika sendiri).
Sejumlah lagu yang saya sukai dari duet bergenre balada (folk) ini bertema tentang kehidupan masyarakat desa, tentunya settingnya era 1970-an hingga 1980-an awal, ketika lagu ini diciptakan. Saya bukan saja menyukai aransemen musiknya, cara mereka bernyanyi, tetapi liriknya yang memberikan intepretasi yang menarik tentang citra orang desa.
Tema pertama yang menarik ialah suasana saat panen tiba, yang memberikan kegembiraan pada petani. Â Pada waktu itu saya terkesan kehidupan petani masih terasa berkecukupan. Â Lagu berjudul "Panen Telah Datang", misalnya memberikan suasana suka para petani.
Sekumpulan petani di sawah sedang memetik padi/ Kadang berdiri, kadang membungkuk/memakai topi lebar/ Keringat jatuh kaki berlumpur/
Lirik ini dinyanyikan dengan tempo agak lambat, lagu itu menyatakan kekagumannya pada kerje keras petani. Mereka memetik hasil jerih payahnya.
Bait berikutnya merupakan luapan kegembiraan penduduk desa, ketika panen berhasil.
Anak desa telanjang dada/ duduk di persimpangan petak sawah/sambil bermain harmonika. Kalau menyimak lagu ini, rakyat desa begitu bersahaja. Â Kegembiraan diungkapkan dengan bermain musik apa adanya, di antaranya harmonika.Â
Sudah ada perubahan. Â Masa sebelumnya petani di Jawa Barat bermain angklung atau calung untuk mengucapkan rasa syukurnya. Â Orang desa menggunakan musik untuk menyatakan suka ria.