Warga Bandung  memang haus hiburan. Sekalipun kehidupan ekonomi tertekan, bioskop juga diserbu, sekalipun harus membeli  tiket dari pencatut. Pada akhir Januari 1961 empat orang tukang catut dari 76 orang pencatut karcis yang sudah terdata pihak keamanan dijatuhi hukuman empat bulan penjara.
Film-film yang diputar pada Januari-Februari 1961 merupakan film populer di dunia, seperti Hannibal, yang dibintangi Victor Mature, di bioskop Nusantara, Fajar, Parahjangan dan Nirmala, Have Rocket Will Travel di Puspita dan Pelangi, Â A Hole in The Heal dibintangi Frank Sinatra di bioskop Dewi dan Majestic, film Jepang Rikito Karateuchi juga di Nusantara, Parahjangan, Fajar dan Nirmala.
Perkembangan  Jasa Akomodasi dan Kuliner
Selain dunia hiburan tetap eksis, sekalipun ekonomi masih menjadi tanda tanya, Bandung tetap kokoh sebagai kota wisata dan kuliner dengan dibuka sejumlah hotel dan rumah makan baru.  Penginapan Sayuli di Jalan Sethiabudi 160 dibuka pada 1 Maret 1961. Hotel Garniputra di Jalan Bengawan 5-7  menyebut dalam iklan bahwa  di dalam hotel ini terdapat sebuah toko lukisan Bali.
Penginapan yang juga gencar berpromosi adalah Tirtha Nirmala yang terletak di  Jalan Cipaganti 96. Begitu juga  Penginapan CV Dewi Putra dan Rumah Makan Gembira di Jalan Cihampelas 127 selain menawarkan kamar dengan kamar mandi dalam, juga sarana olahraga bulu tangkis dan pingpong bagi para tamunya.  Â
Rumah Makan Podjok Braga Pasar Kembang di Jalan Braga menawarkan masakan Pasundan dan Jawa Timur. Â Ada juga Warung Djadjan berlokasi di Jalan Bahureksa/72 menjual pecel, gado-gado, rujak slada, nasi soto, gule kambing, nasi rames dan cendol. Setiap Rabu dan Minggu rumah makan ini menyajikan lontong ayam, Senin-Kamis Nasi Kuning. Inovasi bisnis kuliner ini ialah menawarkan menu Soto Mi Babat setiap Selasa- Jumat. Â Menu ini menarik karena biasanya Soto Mi menggunakan daging atau kikil. Â Soto Mi lebih banyak ditemukan di Bogor daripada Bandung.
Rumah Makan Palace milik Liong Gin Kie di Jalan Karang Setra/25. Rumah Makan Minang di Jalan Lombok IIB di depan Stadion Siliwangi. Nasi Tim Ayam Yongkie di Jalan Gardujati 55. Â Selain restoran yang sudah ada seperti Ambasador di Jalan Dalem Kaum 52. Â
Tempat shopping masih didominasi Toko Kota Tujuh di kawasan Asia Afrika, Au Bon Marche di Jalan Braga nomor 3, Lilian Store, Hanssarm di Pasar Baru, Maison Metro di Jalan Braga 63. Â Ketika di Bandung terjadi kenaikan "krisis tekstil"pada Februari dan Maret , sebagian besar toko-toko ini termasuk di antara 66 toko yang ditunjuk untuk menjual tekstil injeksi dari pemerintah.
Bandung menjadi salah satu tempat favorit wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Â Pada Maret 1961 sebanyak 27 turis asal Swedia berkeliling Bandung sebelum melanjutkan perjalanan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di luar kota, sebuah tempat pemancingan di Situ Citereup dibuka oleh Usaha Lembaga Sosial Dajeuhkolot pada 15 Januari 1961.
Bandung juga merintis kerjasama kota-kota lain di Eropa  setidaknya merupakan bangunan awal 'sister city' era Ridwan Kamil. Pada 13 Januari 1961 di ruang kerja Wali Kota Bandung Prijatna Kusumah diadakan pertemuan "partnership" antara Kotapraja Bandung dan Braunsweg.Â