Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ayat-ayat Cinta 2 dan Paradigma Baru Film Religi

8 Januari 2018   14:06 Diperbarui: 8 Januari 2018   14:16 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan falam Film Ayat-ayat Cinta 2 (kredit Foto: id.bookmyshow.com)

Kemudian muncul Sabina (Dewi Sandra) perempuan bercadar  yang ditolong Fahri ketika dituduh mengemis. Sabina kemudian dijadikan asisten rumah tangganya.  Dia juga perteman dengan Brenda (Nur Fazura), seorang pengacara asal Malaysia.

Sampai duapertiga cerita tampaknya Ayat-ayat Cinta 2 bakal sebangun dengan Ayat-ayat Cinta 1 Fahri akan kembali berpoligami seperti Aisyah dan Maria.  Ada Hulya yang jadi Aisyah baru, ada Keira yang bisa jadi Maria dan Sabina mungkin Noura dalam bentuk lebih baik.

Bagi saya setelah dua pertiga film disuguhi betapa mulianya seorang Fahri, kebaikannya begitu sempurna-seperti kebanyakan film religi dan sinetron Indonesia.Kalau terus berlangsung sampai akhir film, maka  Ayat-ayat Cinta 2 akan menjadi film yang menjadi pameran tokoh yang utopis.

Untung pada sepertiga terakhir film ini memberikan kejuatan yang tak terduga melalui sebuah kejadian yang tragis.  Kejadian itu mengungkapkan ada tokoh yang berkorban demi orang yang dicintainya.  Bagian ini membantah prediksi awal  saya di atas.  Walaupun ada tanda tanya kecil, bisa-bisanya tragedi itu terjadi.

Kelemahan film ini terletak pada karakter Fahri yang sulit ditemukan di kehidupan nyata, begitu utopis. Tokoh Fahri mengingatkan pada tokoh film (laki-laki) yang diangkat dari karya Kang Abik lainnya, Ketika Cinta Bertasbih yang tak kalah sempurnanya.  Mungkin Kang Abik ingin memberikan gambaran contoh laki-laki muslim yang baik.

Tentunya juga sejumlah lubang dalam plot cerita, misalnya begitu bodohnya para intelektual di Edinburgh terprovokasi bahwa setiap muslim itu teroris. Ah, masa mereka menerima Fahri mengajar tanpa melakukan penyelidikan?  Bukankah yang lebih dicurigai dan diberi stigma sebetulnya muslim yang berasal dari Timur Tengah dan bukan dari Asia Tenggara?

Kritik saya yang lain ialah mengapa dialog yang seharusnya Bahasa Inggris dilepas saja dalam Bahasa Inggris seperti dalam Bulan Terbelah di Langit Amerika yang nyaris seperti film Hollywood? Mungkin ingin lebih bersahabat dengan penonton?

Baiklah kalau tujuannya seperti itu.

Kelemahan lain pada departemen kasting, Fedi Nuril nyaris serupa ketika dia bermain dalam Surga yang Tak Dirindukan. Bukan akting yang terbaik dia, sekalipun tidak buruk juga.

Kelebihannya sinematografinya bagus. Guntur Soeharjanto yang sudah berpengalaman menyuguhkan panorama Eropa dalam 99 Cahaya di Langit Eropa menyajikan hal yang sama dalam Ayat-ayat Cinta 2, panorama kota di Skotlandia dan Inggris yang begitu apik.

Dari segi kasting Chelsea Islan dan belakangan Dewi Sandra tampil mengesankan. Dari sejumlah sumber Chelsea berupaya keras berlatih memainkan biola, namun emosinya sebagai bule yang Islamphobia dapat. Begitu juga pemeran  Jason.  Salut juga dengan pemain senior Dewi Irawan dan Dian Nitami yang tidak tampak Indonesianya.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun