"Banda: The Dark Forgotten Trail" jadi salah satu topik pembicaraan di Komunitas Truedee (pencinta novelis Dewi "Dee" Lestari), baik di grup WA maupun di reuni sehari sebelum saya menonton. Bagi kami film itu bergizi. Memang penonton yang mendominasi jam pertunjukkan saya usia mahasiswa hingga 50 tahunan.
Oh, ya ending film ini Reza membacakan puisi karya Chairil Anwar "Cerita Buat Dien Tamaela" petikannya begini: Beta Pattirajawane ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan/Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala/Beta api di pantai.
Dalam skenario "Aku" yang ditulis Sjuman Jaya yang jadi bacaan tokoh Rangga dalam "Ada Apa dengan Cinta?", Dien Tamaela digambarkan termangu kagum ketika Chairil membacakan puisi itu. Begitu juga dengan saya setelah Reza membacakan kalimat terakhir dari puisi itu: Beta Pattirajawane yang dijaga datu-datu. Cuma satu.
Saya pun termangu kagum. "Banda: The Dark Forgotten Trail" memberikan pesan dalam untuk dibawa pulang: Jangan lupakan sejarah dan jati diri Banda, karena saya bisa belajar ke-Indonesiaan dari Banda.
Hasilnya? (mudah-mudahan) saya menjadi lebih Indonesia.
Irvan Sjafari