Satu-satunya kekurangan pada bagian plot ini justru terletak pada tokoh bernama Rudi. Apa dan siapa dia tidak jelas. Â Mengapa orang seperti dia bisa leluasa melakukan aktivitasnya? Begitu kayakah dia? Lalu siapa yang menjadi pelindungnya? Dengan bertebarannya LSM yang bergerak membina anak jalanan, orang seperti Rudi bisa leluasa tanpa ada backing. Â
Bisa sih? Tetapi saya tidak yakin bisa akan lama. Â Ini menjadi catatan saya yang kedua.
Selain itu perbedaan waktu lima belas tahun tidak terlalu tergambar dengan jelas. Kalau Angel dewasa 2017 maka lima belas tahun lalu itu 2002 dan Transjakarta belum ada atau tidak seramai sekarang. Â Perbedaan waktu kerap dilewati sutradara. Walau ada ponsel jadul dari Asep di salah satu adegan, tetapi saya tidak yakin apa ponsel berkamer sudah ada lima belas tahun lalu. Â Catatan ketiga.
Dari departemen akting saya paling terkesan pada Lukman Sardi yang makin matang. Saya sampai tidak tahu itu Lukman Sardi atau memang sosok bajingan tengik bernama Rudi. Yang lain bermain standar dan cukup baik. Â Catatan baik saya berikan buat Teuku Rifku Wikana dan Aura Kasih.
Sutradara Fajar Bustomi bisa mengarahkan pemain-pemainnya, termasuk Maudy Koesnaedi orangtua angkat Angel, pemain cilik pemeran Anton dan Angel serta anak-anak jalanan lainnya. Â Tentu saja penampilan khusus Aris Merdeka Sirait, Â aktivis Hak Anak-anak. Â
Soundtrack film ini digarap Purwacaraka dan tim penyanyi anak-anaknya membuat film ini kian menyentuh.  Tentu saja anak-anak harus didampingi orangtua, karena banyak hal harus dijelaskan kepada mereka.  Secara keseluruhan Surat Kecil Untuk Tuhan adalah film yang bagus untuk diputar pada libur lebaran ini.
Irvan Sjafari
Kredit Foto:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H