Alif tertidur hingga subuh bersama Zahra dan Lepidoptera ketika patroli koloni dari semut membangunkan mereka dan mengantarkan kembali ke pemukiman.
“Kak Alif hebat. Di antara kami tak ada yang lebih dari tiga menit menghadapi Kak Evan,” kaat seorang serdadu semut laki-laki dua puluh tahunan itu. Dia menyupir kendaraan semut.
“Jago sekali dia? Nama kamu siapa?”
“Adolf,” katanya. “Kak Evan selalu di lima besar keprajuritan semut. Dia hanya di bawah Kak Andro. Tetapi Kak Andro tidak pernah mau sparing dengan Kak Evan,” pemuda berkulit gelap itu. ”Saya sendiri di bawah Kak Evan.”
“Belum ada suaminya?”
“Nggakada yang berani mendekatinya, walau menurut kawan-kawan dia cantik,” sahut Adolf tertawa.
Di sebelah Adolf seorang serdadu semut perempuan yang juga menggunakan tutup kepala merah seperti Adolf, usianya hanya berapa tahun.
“Mungkin dia perlu didatangkan laki-laki dari langit seperti kakak dengan Zahra?” celetuk serdadu perempuan itu.”Oh, ya aku Dewi.”
“Iya, Suami ku kan? Zahra mencium pipinya.Tidak lagi ngambek. Mandi salat subuh.Lalu tidur lagi, ya Kak?”
Alif merasa masih banyak di pulau belum diketahuinya. Kedua anak ini tinggal di blok lain koloni. Mereka menggunakan kendaraan semut untuk bertandang antar blok atau bagian lain pulau.
EMPAT PULUH