Harum mencatat. Wajahnya serius.
“Hati-hati kalian. Om Willy dan kelompok politisi Jakarta punya barisan tukang pukul. Ada yang mantan tentara asing yang dijadikan warga negara kita dan yang lain orang terlatih. Namanya Luca. Mantan marinir Amerika, keturunan latin. Dia kerap kemari. Aku paling takut sama dia. Dia pernah mematahkan tangan karyawan hotel kami hanya karena tak sengaja menumpahkan minuman teh ke baju rekanan Om Willy.“Â
Alif menduga pastinya  perkara itu diselesaikan di "belakang". Biaya pengobatan karyawan hotel itu ditanggung dan dia dapat kompensasi tutup mulut. Padahal seharusnya penganiayaan harus diproses hukum. Orang-orang ini tidak terjamah hukum. Yang mengusik pikirannya komplotan itu mampu menaturalisasikan tentara asing untuk bisa jadi pengawal., seperti pemain sepak bola saja. Finansial mereka pasti sangat kuat. Â
Menjelang pukul lima sore, percakapan selesai. Â Alif dan Harum keluar dari coffe shop. Â Mereka tidak menyadari berapa pasang mata mengawasi mereka dengan tajam.
(BERSAMBUNG)
Irvan Sjafari