Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Danur, Kronik Indigo Risa Saraswati Dicampur Insidious dan Sadako

4 April 2017   19:56 Diperbarui: 6 April 2017   04:30 6702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shareefa Daanish dalam Danur (kredit foto www.beritagar.com)

Abdi téh ayeuna/gaduh hiji boneka/teu kinten saé na/sareng lucu na/ku abdi di erokan/erokna saé pisan/cing mangga tingali/boneka abdi.

Risa remaja  (Prilly Latuconsina) memainkan piano sambil meneteskan air mata sambil menyanyikan lagu “Boneka Abdi”. Lagu yang dipercaya bisa memanggil kembali “kawan-kawan” kecilnya. 

Namaku Risa, Aku bisa melihat apa yang kalian namakan Hantu. Narasi dari  Risa.

Opening scene – yang menjanjikan dari film Danur, satu di antara dua film horor film Indonesia yang sudah saya tunggu-tunggu.

Cerita melompat ke masa lalu. Risa kecil (Asha Kenyeri Bermudez) kesepian. Ayahnya bekerja di luar negeri. Sang Ibu (Kinaryosih) seorang pegawai negeri sipil harus membagi waktu menjaga neneknya yang berada di rumah sakit.  Risa kerap ditinggal bersama pengurus rumahnya.  Pada ulang tahunnya ke delapan Risa meniup lilin di kuenya: Aku ingin punya teman.

Permintaannya dikabulkan. Risa bertemu Peter, William dan Jhansen yang sedang bermain petak umpet.  Sejak itu Sang Ibu mendapatkan Risa berbicara sendiri, menemukan coret-coretan di lantai, bermain congklak dengan siapa.  Risa digambarkan bermain petak umpet, hingga berlarian. Dalam satu adegan ketiga temannya meminta Risa tidak datang ke pohon terlarang, berupa pohon beringin yang menjadi kunci cerita film ini.

Eli, Ibu Risa yang sedang hamil lima bulan memanggil psikologi bernama Sinta (Aline Aditya) dan menemukan bahwa itu bukan urusan psikologi. Seorang “pintar” bernama Asep  (Jose Rizal Manua) menemukan bakat lain dari Risa bisa melihat hantu.

Asep menyadarkan Risa tentang Danur yang berhubungan dengan mayat dan memperlihatkan rupa sebenarnya ketiga hantu anak Belanda itu.  Sejak itu Risa tidak bertemu lagi dengan ketiga kawannya. Ia ikut keluarganya pindah meninggalkan rumah neneknya.

Ketika remaja, Risa remaja kembali ke rumah itu. Kali ini ia ditemani Riri (Sandrina Michelle), adiknya yang masih kecil.  Dia bertugas menjaga neneknya (Inggris Widjanarko) yang lumpuh dan lebih banyak berbaring di tempat tidur. Secara berkala sepupunya Adri (Indra Brotolaras) berkunjung.  Risa remaja diceritakan gemar membuat tulisan di blog tentang hantu.  Sementara adiknya sering bermain sendiri. Sang Ibu sibuk dengan pekerjaannya.  Untuk itu ada perawat (nanny) untuk mengurus nenek dan sang adik.

Riri lepas dari pegawasan dan pergi ke pohon terlarang tempat dulu Risa kecil dilarang berkunjung oleh kawannya.

Cerita bergulir, Riri memperkenalkan Asih (Shareefa Daanish) kepada Risa.  Mulanya Risa mengira Asih adalah perawat yang ditunggu.  Belakangan dia menyadari bahwa ada hal yang aneh dari kedatangan Asih.  Teror mulai datang di rumah itu, sang nenek yang berteriak histeris. Mulanya Risa menganggap wajar, tetapi kemudian  ada kemungkinan lain bukan saja Risa yang punya bakat indigo, tetapi juga  adiknya Riri. Jadi Asih adalah “sosok” dari dimensi lain? 

Dalam situasi mencekam, Risa meminta bantuan kawan-kawan kecilnya, ketika Asih membawa Riri ke “dunianya.”

Adegan dalam
Adegan dalam
Plus dan Minus

Sesuai ekspetasi saya Danur: I Can See The Ghost  adalah film horor yang tidak menawarkan adegan mesum (yang kerap dipaksakan kebanyakan film horor Indonesia) terpenuhi. Karena diangkat dari novel Risa Sarasvati dengan judul  Gerbang Danur, maka ceritanya orisinil, membumi.   Dalam novel itu musisi indie asal Bandung itu menceritakan pengalaman dirinya sebagai anak indigo (punya indera keenam) berteman dengan hantu anak-anak Belanda yang meninggal pada masa pendudukan Jepang. Itu daya tarik pertama saya datang ke layar bioskop dan terpuaskan.

Sekalipun segmen Risa kecil berteman dengan ketiga temannya cukup singkat, bisa saya maklumi karena film genre horor untuk penonton Indonesia durasinya tidak bisa terlalu lama. Saya hampir tidak bisa membedakan mana yang Peter, mana yang William dan mana yang Jhansen.  Kalau saja karakter ketiga hantu ini bisa ditampilkan lebih lama, memberikan lebih rasa “Risa” dalam film ini. Bagi saya tetap akan nikmat karena memberikan gizi yang lebih. 

Catatan kedua, kerinduan saya melihat akting Shareefa Daanish sebagai “Hantu Jahat” terobati sudah.  Danur adalah film kedua setelah Rumah Dara yang menampilkan Daanish sebagai ikon film horor. Keduanya beda. Dalam Danur, Daanish begitu dingin, kerap tampak kejam, hanya lewat tatapan mata, gestur tubuh dan ekspresi pucat wajahnya.  Tanpa perlu banyak kata yang terlontar, Daanish berhasil menjadi Asih yang meneriakan kemarahannya ketika mati pada masa lalu.  Sekalipun tidak terlalu jelas  pada masa apa Asih meninggal. Saya benar-benar melihat Asih bukan Daanish dalam film ini.

Memilih Prilly Latuconsina sebagai Risa keputusan tepat.  Prilly bukan artis kelas sinteron dalam Danur, tetapi berhasil menghidupkan Risa. Saya bisa merasakan keputusasaan Risa ketika harus memanggil ketiga temannya dengan piano. Begitu juga dengan  Asha Kenyeri Bermudez sebagai Risa kecil cukup nyambung dengan Risa remaja, termasuk dalam berapa adegan bahwa Risa punya bakat musik lewat  Risa kecil mengutak-ngatik syair “Boneka Abdi” dan permainan piano Risa remaja.

Tentu saja akting Inggris Wijanarko sebagai nenek yang tak berdaya juga patut diacungi jempol. Tidak mudah memerankan orang lumpuh tak berdaya, apalagi menyadari ada sosok hantu.

Dari cara bertutur, tidak bisa dipungkuri Alwi Suryadi, sang sutradara sepertinya mendapatkan pengaruh dari film horor Amerika Insidius atau film horor Jepang The Ring, dengan ikon Sadako.  Memang sulit menciptakan adegan seram dan pengembaraan di dimensi lain, hingga sosok hantu kalau tidak dapat, tetap menggunakan referensi film horor lain.  Untungnya Alwi masih mampu mengadaptasinya.

Adanya dialog dengan kosa kata Sunda lumayan bahwa ini latar belakang sosial budaya Risa Sasravati. Begitu juga pernak-pernik di rumah memberikan kesan peninggalan Kolonial Belanda. Saya ingin menggambarkan menonton Danur ibarat meneguk minuman cocktail cerita Risa yang diblender dengan bahan dari Horor Amerika dan Jepang.

Soundtrack-nya Risa Sarasvati mengaransemen lagi  “Story of Peter”, lagu yang mempopulerkannya sebagai penyanyi indie cukup brilian dan memberikan nilai lebih dari film ini, juga dari segi marketing.

Dari segi marketing, permintaan Risa untuk mengosongkan lima bangku di setiap bioskop,  membuat rasa penasaran.  Hasilnya dalam empat hari penayangan, angka di atas 600 ribu penonton sudah dicapai. Bukan tidak mungkin dalam seminggu angka satu juta bisa ditembus suatu pencapaian yang baik bagi film horor Indonesia, yang rata-rata anjlok dalam lima tahun terakhir ini. Sebagai catatan Film bergenre horor  Jelangkung dirilis awal 2001 membukukan penonton sekitar 1,3 juta. Apakah Danur mampu melampauinya?  Juga bukan hal yang tidak mungkin.   

Mudah-mudahan Danur adalah awal baik dari Film Horor Indonesia.

Shareefa Daanish dalam Danur (kredit foto www.beritagar.com)
Shareefa Daanish dalam Danur (kredit foto www.beritagar.com)
Judul  Film :  Danur

Sutradara            :  Alwi Suryadi
Bintang                 :   Prilli Latuconsina, Sandrina Michelle, Shareefa Daanish, Indra Brotolaras, Asha Kenyeri Bermudez, Wesley Andrew, Kevin Bzezovski Taroreh, Gamaharitz, Kinaryosih, Inggris Wijanarko, Jose Rizal Manua, Aline Aditya
Rated:   ** (lumayan)

Irvan Sjafari

Kredit Foto: id.bookmyshow.com

Beritagar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun