Rekan saya itu membagi musisi Bandung sebagai “Kiri” (maksudnya benar-benar indie) “Tengah” kompromi dan “Kanan” didukung label dan kerap tampil di acara Dahsyat. Yang termasuk “kiri” itu contohnya Keroncong 7 Putri. Yura Yunita ditempatkannya di tengah. Namun dia melihat kelompok kiri sebetulnya bisa ada dua motif memang kiri atau tidak kebagian label.
Sementara analisis saya melihat musisi Bandung sebagai sebuah pohon dengan aneka cabang. Satu cabang kelompok Ujungberung, seperti Burgerkill, umumnya Underground. Cabang lain Mocca, kemudian Rice Cereal and Almond The Choco dilihat dari warna lagunya kelompok swing. Yura Yunita ada di cabang Sarasvati, kelompok musik yang digagas Risa Sarasvati. Selain Yura Yunita sebetulnya ada Sendy Nurulita yang pernah tampil di Kampoeng Jazz tetapi tampaknya alumni Teknik Industri, Telkom University ini memilih pekerjaan kantoran.
Masing-masing musisi dari satu cabang dengan mudah bisa koloborasi dengan cabang lain karena sifat guyub musisi Bandung. Dalam obrolan di resto cepat saji, Yura membenarkan bahwa anak-anak Indie di Bandung kompak dan saling mendukung. Dia mengaku banyak terbantu oleh rekan-rekannya sesama indie.
Yura Yunita sudah menjadi lima penyanyi debutan yang masuk papan atas bersama Raisa Adriana, Isyana Sarasvati, Fatin Shidqia Lubis dan Maudy Ayunda seperti yang juga ditulis seorang kompasianer. Pesan saya pada penyanyi favorit saya itu tetap mempertahankan gaya rendah hatinya, tetap belajar lagi, jangan lupa pada akarnya di Bandung. Satu lagi: Jangan susah dong kalau mau diwawancarai.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H