Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Yura Yunita: Dari Balada Sirkus ke Intuisi

12 Maret 2017   15:29 Diperbarui: 13 Maret 2017   18:00 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yura Yunita di Jazzy NIght 20 Desember 2014.

Intuisi Yura Yunita (tentunya juga didukung  tim-nya yang cerdas) ketika merilis “Intuisi” sebagai single barunya beberapa waktu lalu tepat.  Pada acara Dahsyat di RCTI pada 11 Maret lalu “Intuisi” meraih peringat kedua lagu yang popular.  Intuisi saya bahwa Yura Yunita  bakal melesat sekalipun kalah dalam fase Battle dalam The  Voice of Indonesia empat tahun yang silam  terbukti sudah.  “Intuisi” adalah fase berikutnya dalam karir penyanyi berusia 26 tahun ini.

Glenn Fredly  saya kira punya insting bahwa penyanyi  yang memainkan alat musik dan pandai menulis lagu ini  bakal menjadi penyanyi masa depan.  Untuk itu penyanyi senior itu membantunya untuk meirlis album perdana bertajuk  “Yura”.  Modal Yura tentunya bertambah besar di lingkungan musik dan beruntung berada di Bandung yang sosio- kultur musiknya begitu kuat.   Berawal dari seorang pemain keyboard dari kelompok musik  Sarasvati, lalu dia  memulai debut solo pada semester kedua 2013 dan kemudian tampil  di acara Kampoeng Jazz di almamaternya sendiri Universitas Padjadjaran, kemudian  menapak membuat konser tunggal “Balada Sirkus”. 

Hanya dalam empat tahun alumni Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini  sudah malang melintang di perhelatan jazz  yang bergengsi seperti Java Jazz pada 2015, 2016 dan 2017. Dia juga tampil dalam Prambanan Festival Jazz pada  Agustus  2016 dan membawa lagu lawas “Aksi Kucing”  dengan aransemen jazz membuktikan bahwa wawasan lagunya  luas, bukan hanya lagu Barat. Lagu “Aksi Kucing” itu lagu era 1950-an.   Itu kelebihan genre yang dipilih Yura,  Jazz yang  bisa menyanyikan lagu dari beragama budaya. 

Yura Yunita adalah hibrida antara sosio kultur Sunda, metropolis, juga global.  Lagu “Kataji” –yang menjadi lagu favorit saya- adalah pembuktian bahw lagu dengan lirik Sunda bisa dibawakan dengan broadway  dan menjadi embrio bahwa lagu Sunda suatu ketika bisa menjadi Sunda Pop yang bisa bersaing dengan K-Pop atau J-Pop.   Hanya saja masih ditunggu apakah Yura mampu menciptakan lagu kedua berbahasa Sunda-nya dengan cita rasa global.

Lagu-lagu yang dinyanyikan Yura, yang merupakan lagu ciptaannya rasanya sulit dinyanyikan penyanyi lain –sebetulnya sama dengan Andien Aisyah, penyanyi favorit saya yang lain.  “Balada Sirkus”, “Super Lunar”, “Berawal dari Tatap”, “Get Along With You” sukar dinyanyikan penyanyi lain. Kecuali mungkin “Cinta dan Rahasia” pernah saya dengar dinyanyikan penyanyi lain, karena sifatnya duet.

Lagu ciptaan Yura tampaknya berangkat dari lingkungannya hingga dapat feel-nya.  Lagu “Intuisi” dengan video klipnya menampilkan Reza Rahadian pas benar dengan ruh lagu itu, bukan saja  rasa anak muda tetapi lagu ini seperti halnya lagu “Kataji”  rasa perempuan sekali yang kepincut laki-laki yang sebetulnya memainkan hati. Jadi agak aneh kalau kedua lagu ini dinyanyikan oleh penyanyi laki-laki.   

Kekuatan Yura Yunita seperti halnya Iga Mawarni dan Andien Aisyah dan umumnya penyanyi jazz ialah  mempunyai sentuhan intelektual.  Ketiga penyanyi ini membuktikan bahwa pendidikan itu penting bagi penyanyi.  Yura  (dan timnya) selalu mempunyai inovasi baru setiap tampil. “Get Along With You” yang dibawakan  di Java Jazz 2017 berbeda dengan yang dibawakannya pada Java Jazz sebelumnya.

                                                                                                                                                                        ****

Saya  bertemu Yura di Resto Cepat Saji pada 17 April 2014 benar-benar mahasiswi biasa, penampilan bersahaja.  Dia melahap ayam dan kentang goreng dengan santai. Ciri khas-nya selalu ceria dan rendah hati ditampilkan sama ketika di panggung.   Waktu itu saya menulis artikel untuk tabloid komunikasi. setelah itu  saya   hadir di Konser Balada Sirkus dan tidak melewatkan dua penampilannya di  Kampoeng Jazz pada  2014 dan 2015.  Review-nya sudah saya tulis

Pertemuan kedua (secara fisik) di Cilandak Town Square pada Desember 2014  hanya untuk  berfoto bersama. Namun saya meyaksikan pertunjukkan yang disebut Jazzy Nite itu.  Waktu itu Yura menyanyikan  sekitar sepuluh lagu yang semuanya pernah dibawakannya. Acara itu direkam dan disiarkan  Kompas TV.   Yura mempunyai tim lebih dari lima orang datang dengan dua mobil dari Bandung.   

Rekan saya   satu kerjaan di  media online mempunyai pandangan menarik tentang menempatkan Yura Yunita dalam peta musik di Bandung.   Kebetulan rekan saya ini mantan personil sebuah band indie di Bandung.   Kami sering berdebat soal musik di Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun