Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Floating Market Lembang: Wisata Keluarga yang cerdas, Tidak Efisien karena Macet

15 Januari 2017   16:40 Diperbarui: 15 Januari 2017   16:57 2896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu view floating market pada 8/1 2017. Foto: Irvan Sjafari

gerai sate kelinci (Irvan Sjafari)
gerai sate kelinci (Irvan Sjafari)
Widya sendiri memilih Bakso Malang dan Tempe Mendoan. Kami juga mencicipi  Tahu Susu Lembang yang rasanya gurih, teksturnya lembut dibanding Tahu Sumedang.  Ada Ronde Jahe Gardujati di salah satu stand. Tentu  tidak bisa  kami lewatkan.  Kami juga mencicipi pisang goreng yang disajikan dengan gula aren.  Bandung memang kreatif dalam kuliner, Ada kuliner dari luar tetapi diracik untuk lidah Indonesia.

Kami baru menukarkan voucher minuman menjelang makan siang, dua jam setelah berada di areal Floating Market. Menurut Widya ketika pertama kali berkunjung hanya ada tiga macam pilihan. Namun ketika kami datang variannya sudah lebih banyak.  Kami berdua memilih minuman Milo.

Sekalipun tidak mewakili keseluruhan, tetapi apa yang disajikan di Floating Market Lembang semacam Taman Mini Kuliner (yang ada) di Bandung. Dari segi penyajian variasi kuliner menjadi  keunggulan tempat wisata ini .  Pihak pengelola tinggal mempertahankan agar harganya bisa ekonomis dan terjangkau lebih banyak kalangan.            

Dari segi fasilitas umum toilet dan mushala cukup memadai bagi muslim dan muslimah menuaikan ibadah salat zuhur dan asar.  Begitu juga untuk tempat sampah ada di berapa sudut membuat pengunjung tidak membuang sampah sembarangan.

Gerai pisang goreng (kredit foto: Irvan sjafari)
Gerai pisang goreng (kredit foto: Irvan sjafari)
Plus dan Minus

Konsep Floating Market Lembang terobosan menarik untuk sebuah destinasi wisata bagi mereka yang baru pertama atau bagi keluarga yang memang ingin seharian.  Tetapi bagi sebuah rombongan tour yang ingin dalam sehari mengunjungi tiga atau empat wisata dalam sehari tidak efesien dan itu jadi masalah besar bagi wisata Jawa Barat: kemacetan, serta infrastruktur tentunya.

Saya berdiskusi dengan Widya, bagaimana kalau seandainya saya membawa rombongan wisatawan yang membuat trip Bandung-Lembang alam sehari bisa lebih dari tiga atau empat wisata apa yang bisa dilakukan dengan kondisi macet pada akhir pekan. Sementara wisatawan umumnya bisanya akhir pekan.

Menurut Widya hanya bisa dua atau tiga tetapi waktunya sebentar-sebentar.  Kalau pertama kali mengunjungi Floating Market Lembang dari pagi,maka setelah siang bisa menjadikan Farm House Lembang sebagai tempat kedua. Tetapi sulit untuk yang ketiga.  Supir Grab menyela menyebutkan bahwa wisatawan harus menginap di Lembang dan menyewa mobil bisa Tangkuban Parahu,  Floating market, lalu  Farm House.

Saya berpikir mungkin juga kebun stoberi sebagai selingan.  Namun umumnya wisatawan menginginkan kalau bisa dari Bandung dan bisa menyapu 2-3 kuliner plus 2-3 tempat wisata dalam sehari seperti yang pernah saya alami ikut rombongan tur Palembang.  Butuh perencanaan yang matang. Itu baru  untuk yang bikin paket  perjalanan Bandung-Lembang, 

Kami sendiri merasakan kemacetan ketika pulang melalui jalur yang sama ketika berangkat. Dua jam habis dan tiba bada asar. Namun menurut  Widya kalau melalui jalur Setiabudi bisa lebih lama untuk kembali ke Bandung. Rasanya Pemkot Bandung, Pemda Kabupaten Bandung dan Provinsi Jawa Barat bisa duduk bersama membicarakan ketidakefesienan ini.

saung dengan wayang golek.
saung dengan wayang golek.
Para pembuat kebijakan juga harus mengakomodasi wisatawan backpacker yang ingin ongkos murah tetapi bisa banyak mengunjungi tempat wisata.   Termasuk juga untuk mengikutsertakan warga lokal yang tidak hanya bisa jadi tukang ojek-yang kadang memeras kantung wisatawan yang budgetnya pas-pasan? Atau maunya Pemprov Jawa Barat atau Pemda Kabupaten Bandung, Pemot Bandung dan Pemda Kabupaten Bandung Barat hanya mau mengkomodasi wisatawan kelas menengah atas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun