Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media Cetak Khusus Perempuan Belum Menapaki Senjakala

25 Desember 2016   16:12 Diperbarui: 25 Desember 2016   17:24 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabloid nova edisi Akhir Desember (Foto: Irvan sjafari)

Lain ceritanya dengan ibu-ibu di kota yang lebih terpencil. Padahal penggemar Nova saya kira juga banyak datang dari kota di luar Jawa. Pada rubric lain tentang film yang dinanti membuat saya heran apakah para perempuan memang menantikan film sekuel “Transformer” atau “Resident Evil”, itu kesannya untuk ibu kota sekali dan anak muda sekali.   

Namun saya mengapresiasi rubrik “Hijaber Beraksi”, karena ada segmen muslimah yang kerap diseplekan media perempuan lainnya. Padahal para hijaber itu tumbuh signifikan dengan terbentuknya komunitas-komunitas hibajer seperi di Jakarta dan  Bandung. Jangan lupa, dari segi iklan rubrik ini punya peluang. Brilian. Juga rubrik kisah inspratif merawat pasien HIV/AIDS, Berbagi Makanan sehat. Kecuali “Hijaber  Berakasi” yang terobosan baru, formula rubric lain tidak jauh beda dengan rubrik Tablod Nova tahun 1990-an.

Media Perempuan dari Perspektif Sejarah

Tanpa mengesampingkan tokoh Kartini dan Dewi Sartika, emansipasi atau pemberdayaan kaum perempuan  menurut saya justru dipelopori oleh para jurnalis.  Rohana Koedoes dengan surat kabar Soenting Melajoe di antaranya.  

Surat kabar yang terbit pada 1910-an ini berhasil memancingkan korespondensi kaum perempuan tidak saja di Ranah Minang tempat surat kabat itu berpusat, tetapi juga  di daerah lain, baik di Sumatera sendiri, Jawa, Sulawesi. Apa yang dimuat dalam surat kabar tersebut bukan saja  soal nasib perempuan, tetapi juga bagaimana membangun perekonomian perempuan agar tidak hanya bergantung pada suami. Hal itu dicontohkan sendiri oleh Rohana koedoes.

Soenting Melajoe (kredit foto: Indonesia Expat)
Soenting Melajoe (kredit foto: Indonesia Expat)
Jurnalis perempuannya masih belia ketika terjun ke lapangan. Retna Tenoen binti Datoek Soetan maharadja menjadi jurnalis ketika masih berumur 11 tahun dan menjadi murid HIS. Sumatera Barat juga punya Ratnasari, Tokoh  Permi yang ditangkap ketika ia berusia 18 tahun dan Rasuna Said juga ditangkap pada usia muda. Semua ditangkap karena delik pers dan pembicaraan yang dinilai maker atau menghasut. 

Selain Soenting Melajoe, saya menelusuri sejumlah media masa lain. Ada Poetri Mardika pada 1915. Dalam sebuah tulisannya tidak hanya menyuarakan naisb perempuan, tetapi juga lebih luas soal kemanusiaan dan kebangsaan.

..Kalaoe menoeloeng itoe soedah wadjibnja bangsa jang koeat. Kita wadjib berdaja oepaja, bersedia djaga-djaga, soepaja kita lantas bisa toeloeng pada siapa djoega jang sengsara… (Poetri Mardika, Juli, 1915).

Media perempuan pada masa pergerakan berorientasi pada ideologi Islam atau nasionalis. Saya menelusuri beberapa di antara dari sekian banyak media, yang umumnya umurnya tidak terlalu panjang. Saya mengutip pernyataan dari seorang penulis perempuan dari sebuah media yang pembacanya muslimah yang terbit pada 1920-an. Tulisan itu mengkritisi bahwa perempuan juga bisa menyampaikan kebenaran.

“..Kekoeasaan yang moelia itoe di bawah kebenaran. Biarpoen orang perempoean tetapi kalau ada di dalam kebenaran haroes si lelaki Ta’kloek kepada perempoean. Kalau ada orang lelaki menghalang-halango si perempoean mengerdjakan kebenaran, kita orang perempoan haroes memaksa lakinja mengidzinkan pekerdjaan itoe…” (Soenarti, “Nasib Perempoean Islam”, dalam Taman Moeslimah-Istri Soesila, 20 Agustus 1926)

 Contoh lainnya  untuk  yang berideologi “nasionalis”  saya kutip dari Istri edisi November-Desember 1930 memuat tulisan berinisial SNI, dari Bandung bertajuk “Pergerakan kaoem Perempoen Indonesia Toedjoean Apa jang Haroes Diambil”  memberikan ulasan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun