Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dansa di Tepi Danau Kerinci dan Bertempur dengan Sultan Asing

10 September 2016   18:09 Diperbarui: 11 September 2016   17:52 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan melalui bukit-bukit dengan jalan buruk dan licin, serta sungai yang deras. Perjalanan yang cukup berat antara lain ketika pasukan Hasting menyeberangi Ayer Ikan dua kali yang letaknya 5-7 kilometer dari Dusun Tanjung di Ipu pada 16 Desember 1804. Di sana mereka menemukan sumber air panas yang suhunya berbeda drastis dengan air sungai yang dingin. Mereka mendapatkan sebuah dusun di sana yang telah ditinggal penduduknya dan separuhnya dibakar.

Besoknya pasukan Inggris tiba di Ayer Tubbu yang digambarkan banyak tanaman durian. Di sini rintangan sebenarnya dihadapi pasukan Inggris berupa parit-parit yang digali oleh pasukan Sultan Asing, serta ranjau–ranjau yang ditanam di jalan setapak yang becek dan berlumpur. Ranjau di sini maksudnya bilah bambu jika ditanamkan di tanah bagian lebar, tetapi makin ke atas makin runcing sampai seruncing jarum. Ujung bambu dikeraskan dengan mencelupkannya ke minyak dan diasapi di api lampu. Jika ranjau ini terinjak kaki menimbulkan luka yang perih dan akhirnya menyebabkan radang. Beberapa anggota destamen Hasting terluka karena ranjau itu.

Pasukan terus berjalan ke arah utara dan jumlah anggota pasukan yang terkena ranjau terus bertambah. Mereka menelusuri Sungai Ipu hingga daerah pertemuan Sungai Simpang dan Sungai Ipu,hingga sampai ke Dingun pada 21 Desember 1804 di mana para tukang pikul tidak sanggup menuruni bukit dengan ketinggian 130 meter dan hampir tegak lurus dan untuk menuruni terpaksa berpegang pada pohon-pohon. Hujan turun dengan lebat dan baru setengah destamen tiba di dasar menjelang malam. Pasukan kehilangan seorang pemandu dan seorang tukang pikul bangsa Melayu yang hanyut di sungai. Keesokan harinya pasukan kehilangan separuh tukang pikul melarikan diri hingga dua puluh karung beras dan garam terpaksa dibuang. Perjalanan diteruskan ke utara , seorang perwira Sepoy dan seorang anak buahnya menderita diare, demam dan lumpuh kaki. Hingga akhir Desember 1804 pasukan ini tidak pernah bertemu lawannya, kecuali medan berat, cuaca buruk dan kekurangan makanan. Awal Januari 1805 bantuan perbekalan datang.

Kontak senjata pertama baru terjadi pada 3 Januari 1805 di perbukitan menuju Kuto Tunggoh. Pasukan Hasting disambut dengan teriakan dan tembakan. Pasukan Hasting berhasil merebut benteng yang ditinggalkan pasukan Sultan Asing. Seorang Serdadu Sepoy tewas dan beberapa luka terkena ranjau. Tidak diketahui berapa pasukan Sultan Asing atau terluka. Hanya Hasting melaporkan dalam jurnalnya melihat darah berceceran. Pasukan menegjar namun dihambat jalan yang ditutupi ranjau dan hujan lebat. Sebagian anggota destamen emnderita demam, diare dan luka di kaki. Pasukan Hasting terpaksa mundur ke Rantau Kremas pada 6 Januari 1805 untuk mendapatkan perbekalan.

Pada 12 Januari 1805 Pasukan Hasting bergerak menuju Muko-muko melalui medan berat dan tiba di sebuah dusun di sana pada 21 Januari 1805 untuk mendapat perbekalan. Namun baru pada 9 Februari 1805 destamen diberangkankan lagi menuju Sungai Tenang. Penduduk di sana harus dihukum karena membantu Sultan Asing melawan Inggris. Destamen dipimpinan Letnan Hasting, 70 perwira Sepoy dan 27 serdadu Sepoy, orang hukuman dari Benggala, serta 11 prajurit Bugis.

Kontak senjata kedua terjadi pada 26 Februari 1805 di areal Danau Panjang. Pasukan Hasting harus merebut sejumlah kubu yang dibangun dari pohon-pohon kayu besar dan disusun secara mendatar di atas tiang-tiang dengan tinggi 7 kaki, tebal 6 kaki dan terdapat lubang untukmenembak. Kontak senjata terjadi. Pasukan Hasting menghadapi 300-400 orang. Karena unggul taktik militer dan persenjataan, pasukan Hasting mundur. Tidak disebutkan berapa jumlah korban di pihak Sultan Asing, tetapi seorang adipati tewas. Di pihak Inggris dua tentara Sepohi tewas dan tujuh luka-luka dalam pertempuran dan beberapa luka berat karena ranjau.

Pada 27 Februari 1805 pasukan Inggris merebut kampung Kuto Tuggoh. Penduduknya lari setelah mendapat satu tembakan mortir dan berapa letusan senapan. Kampung ini berdiri di atas bukit yang tiga sisinya tingginya tegak lurus. Untuk memasukinya pasukan Inggris hanya bsia dari isi barat di mana terdapat parit perthanan sedalam 12,6 meter dan lebar 9 meter. Hanya terdapat satu balai dan dua puluh rumah. Rumah-rumah terbuat dari papan, diberi ukiran dan dengan atap dari daun sirap atau papan. Pasukan Inggris hanya menemukan seorang bisu di kampung ini dan kemudian menghancurkan kampung itu.

Perang berakhir pada 30 Maret 1805 begitu saja, ketika pimpinan perlawanan mengajak berunding, ketika pasukan Inggris tiba di Koto Bharu. Adipati kepala mengajak berunding. Pimpinan perlawanan menyetujui usul-usul Inggris. Para kepala kampung yang melawan Inggris akhirnya menandatangani perjanjian dan bersumpah di bawah bendera Inggris. Membaca bab ini saya mendpaat kesan bahwa ekspedisi ini memakan waktu empat bulan dan hanya beberapa pertempuran, namun memberikan informasi semangat eksotisme bangsa Eropa dan betapa kreatifnya orang Jambi menghambat tentara dari kerajaan besar dengan senjata apa adanya.

Walaupun tidak sehebat perlawanan terhadap kolonialisme lainnya di nusantara, peristiwa di Jambi ini merupakan peristiwa yang nyaris terlewat. Bagi saya informasi seperti ini harus lebih banyak digali.

Irvan Sjafari

Sumber Pendukung Lainnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun