Kalau saya membayangkan, oh mungkin nanti Anies akan membuat jumlah warga DKI Jakarta yang terdidik lebih meningkat kuantitas dan kualitasnya. Mungkin nanti dia bikin program sekolah-sekolah alternatif, bagi mereka yang kehilangan waktu formal untuk mengenyam pendidikan dengan melibatkan sarjana-sarjana yang menganggur untuk menjadi pendidik, dengan konsep pemberdayaan juga, agar mereka bisa terserap dalam pasar tenaga kerja di DKI Jakarta. Â Namun partai mana yang mau mengusung?
Akhir Agustus lalu Rizal Ramli juga mengumumkan kesediaannya menjadi kandidat Gubernur Provinsi DKI Jakarta.  Apa yang ia lakukan kalau menjadi Gubernur DKI Jakarta masih harus didiskusikan, tetapi salah satu idenya menggusur tanpa tangisan memang menarik.  Intinya  gagasan mantan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya ini adalah menata sebuah areal yang digusur untuk kepentingan rakyat miskin yang jadi korban komplit dengan pemberdayaan ekonominya, mengundang pengembang (swasta) masuk , sekaligus juga untuk lahan hijau.  Butuh hitung-hitungan rumit memang, tetapi setidaknya Rizal Ramli sudah punya gagasan. Mantan aktivis mahasiswa 1978 ini juga menolak proyek Light Rail Transit (LRT) dan lebih menyukai subway.  Gagasan yang bisa didiskusikan, tetapi sekali lagi ia punya solusi.
Cuma partai mana yang mendukung menjadi tanda tanya besar. Â Yang mendukung Rizal Ramli hanya beberapa organisasi seperti Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Baraya Wargi Sunda atau gabungan dari sembilan persaudaran paguyuban masyarakat Sunda.
Partai-partai di Indonesia kemungkinan terlalu pragmatis untuk memperjuangkan program.  Yang penting calon menang dulu dan sekaligus memenangkan penggunaan APBD yang Rp70 triliun itu. Itu sebabnya tokoh seperti Wali Kota Bandung  Ridwan Kamil digadang-gadang  untuk ke Jakarta, karena setidaknya ada track record yang bisa dijual.  Setelah Kang Emil menolak dan warga Bandung umumnya menolak (saya termasuk yang bersyukur Kang Emil menolak), maka  Wali Kota Surabaya Risma  yang digadang-gadang.  Saya memilih tidak meragukan kapabilitas Risma memimpin Jakarta, tetapi  saya khawatir  kalau tujuannya hanya untuk menggusur Ahok dan mengorbankan Surabaya tanpa terlalu susah mengkampanyekan dan mendongkrak popularitas kandidat.   Â
Saya juga tidak yakin kalau PDI-Perjuangan berani mengusung kandidat sendiri, kecuali kalau mungkin Risma jadi dicalonkan, ujung-ujungnya akan dukung Ahok juga, karena pragmatisme seperti halnya politisi  Golkar di Jakarta. Setidaknya dapat pujian di kalangan netizen bahwa mereka obyektif dan sekadar pencitraan.  Tentunya muaranya atau Pemilu 2019.  Kalau PDI Perjuangan berani mengusung calon alternatif di luar Ahok bahkan kalau perlu di luar Sandiaga Uno, maka akan ada 3 calon, saya malah kagum.  Itu artinya partai itu mengajukan calon dengan platform program bukan sekadar menang-menangan.Â
Soal menang dan kalah masih banyak faktor yang menentukan sepanjang sisa 2016 dan awal 2017.
Irvan Sjafari  Â
Sumber lain:
Masyarakat Sunda Dukung Rizal Ramli Jadi Calon Gubernur DKI Jakarta
KSPI Deklarasi Dukung Rizal Ramli Jadi Calon Gubernur DKI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H