Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asian Games IV 1962: Ketika Indonesia Menjadi Macan Asia

3 Agustus 2016   13:25 Diperbarui: 3 Agustus 2016   13:39 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendrick Brocks (Hendra Gunawan ketika mendapat medali ems/Kredit foto Irvan Sjafari/Repro Duta Masyarakat/Ipphos)

Dengan  ucapan   bismillah Presiden Soekarno membuka dengan resmi Asian Games keIV tepat pada  16.00, Jum’at 24 Agustus 1962 di Stadion Utama Senayan.  Pembukaan itu diiringi dengan naiknya bendera Asian Games dan lepasnya ratusan burung terbang berombongan ke angkasa.  Pada hari itu diperkirakan lebih  dari 100.000 pasang mata menyaksikan pembukaan pesta olahraga negara-negara Asia itu tersebut.

Presiden Soekarno memasuki stadion sekitar pukul 15.00 dengan mengenakan pakaian kuning gading dari tennis wool.  Presiden didampingi  Menteri Olahraga Maladi, Ketua Organizing Committee Paku Alam dan Menteri Pertama Djuanda Kartawidjaja.   Mereka mendapat kehormatan untuk menerima parade peserta. Gemuruh  25 genderang yang ditabuhkan taruna Akademi Militer Nasional berseragam  cokelat mendahului parade begitu gegap gempita. 

Acara pembukaan juga dimeriahkan dengan parade senam dari sekitar 1200 anak-anak Sekolah Rakyat.  Mereka memainkan kipas-kipas dengan warna-warni dibalikan merah-putihm putih-biru-kuning dan lain-lain warna,  Pada saat akhir pertunjukkan anak-anak itu meneriakkan: “Hidup Bung Karno!”  Sekitar 488 murid lanjutan atas juga mempertunjukkan senam.  Kemeriahan pembukaan juga ditunjukkan oleh 480 orang membawakan Tari sedauti dari Aceh dan 1100 wanita dari Pulau Bali  membawakan Tari Pendet.

Asian Games ke IV berlangsung sejak 24 Agustus 1962 hingga 4 September 1962 diikuti 1460 atlet dari 17  negara.   Yang unik di antara 17 negara  peserta selain Malaya (nama Malaysia dahulu) diikuti kontingen dari wilayah yang kemudian kelak bergabung dalam Malaysia, yaitu Kalimantan Utara dan Sarawak.  Asian  Games IV diwarnai dengan nuansa politik yang kental ketika Indonesia menolak  memberikan visa pada atlet dari Israel dan Taiwan. 

RRC sendiri tidak ikut serta, sehingga pada Asian Games ke IV ini  negara Asia yang kuat yang menjadi pesaing  Indonesia sebetulnya hanya Jepang.  Pada waktu itu terdapat  Vietnam Selatan sebagai peserta. Asian Games ke IV mempertandingkan 15 cabang olahraga memperebutkan 120 emas, 122 perak dan 130 perunggu.  Bulutangkis untuk  pertama kali dipertandingkan.

Hasil Tragis Sepakbola, Bulutangkis dan Balap Sepeda Gemilang

Cabang olahraga  yang paling menyita perhatian rakyat Indonesia ialah sepakbola. Pada laga perdana Kesebelasan Indonesia berhadapan dengan Kesebelasan Vietnam Selatan.  Dalam pertandingan ini Indonesia berhasil mengalahkan Vietnam Selatan 1-0. Gol kemenangan Indonesia dicetak oleh Selong sepuluh menit  menjelang pertandingan bubar.  Sayangnya tim sepakbola Indonesia tersisih di grup setelah kalah dramatis lawan Malaya 3-2.    

Bulutangkis  menjadi tambang emas Indonesia.  Pada cabang ini emas Indonesia antara lain  pada nomor tunggal putri ketika Minarni mengalahkan rekannya Corry Kawilarang  11-4, 11-7.  Emas kedua bulutangkis  dipersembahkan pasangan ganda Putri Minarni/Retno mengalahkan Herawati/Corry 9-15,15-12, 15-6. Emas ketiga pada nomor tunggal putra atas nama  Tan Yoe Hok mengalahkan The Ke Wan dari Malaya (nama Malaysia waktu itu belum ada) 15-9 dan 15-3.    Indonesia Raya mengemundang sampai dua kali berturut-turut pada Sabtu malam 1 September 1958. 

Indonesia menyapu bersih hamper semua medali emas yang dipertandingkan. Nomor yang didapat lainnya ialah beregu putra dan beregu putri. Nomor yang lepas hanya nomor ganda putra yang direbut Malaysia. Pasangan tuan rumah Joe Hok dan Liem Tjeng Kiang dikalahkan pasangan Malaya Tan Yee Khan dan Ng Bon Bee.

Esok harinya di arena balap sepeda Hendrik Brocks meraih medali emas untuk nomor  Individual Open Race 180 km. Minggu siang cerah  2 September 1962 jembatan Semanggi  penuh dengan sorak sorai penonton, ketika  lelaki bertubuh 172 cm mengayuh sepeda balapnya memasuki garis finish  sambal mengacungkan tinjunya.  Hendrik Brocks,baru berusia  21 tahun ketika meraih emas  nomor Individual Open Race sejauh sekitar 190 kilometer  dengan catatan waktu 5 jam 58 menit 57,3 detik di Asian  Games Jakarta.

Dari arena balap sepeda sejarah mencatat Indonesia meraih tiga emas,ketiganya melibatkan nama  Hendrik Brock.  Pria kelahiran  Sukabumi 27 Maret 1941 ini meraih emas tidak saja pada  nomor Individual,  tetapi memberikan konstribusi bagi Indonesia medapatkan emas nomor  Team Road Race dan Team Trial bersama rekan-rekannya Hamsin Rusli, Wahyu Wahdini dan Aming Priatna.  

Tiga nama yang terakhir  menunjukkan bakatnya pada arena Tour de Java  Pertama pada 1958 dan Kedua pada 1959.   Sejarah kemudian mencatat Hendrik Brocks  merubah namanya menjadi  Hendra Gunawan karena waktu itu Bung Karno menginginkan nama-nama berbau bahasa asing diganti ke Bahasa Indonesia.

Asian Games IV  bukan satu-satunya  ajang internasional yang diikuti Hendra Gunawan, pada 1960  dia mengikuti  Olimpiade  Roma walau tidak meraih Tim Indonesia termasuk tim terbaik untuk negera Asia, meraih rangking 26 pada nomor 100 Km Tim Trial.  Pada tahun berikutnya Hendra berprestasi pada ajang Ganefo pada 1963 meraih 1 emas.  Hendra sempat menjadi pelatih  nasional pada 1980-an

“Wah senang gembira atas usaha kita. Saya ingat baru sebulan pulang dari Olimpiade Roma (Oktober 1960), saya dipanggil masuk pelatnas lagi, targetnya Asian Games.  Waktu itu kita dianggap terbaik di Asia,” ujar Hendra dalam sebuah wawancara dengan ketika masih menjadi wartawan WartaTV Grupuntuk Majalah Interview Plus  pada Oktober dan November 2015 lalu.  

Menurut Hendra persiapan untuk  Asian  Games itu berat, atlet balap sepeda Indonesia berlatih seminggu 6 kali.  Setiap hari latihan pagi dan sore. Sekitar tiga kali seminggu latihan 200 km di luar kota. “Pelatih  kami orang Jerman  Timur namanya Nitsche, disiplin.  Kalau apel pagi jam 6 dia nggak mau tahu kami mau pakai celana pendek, celana kolor, celana panjang pokoknya harus kumpul,” ungkapnya. 

Setelah selesai apel,makan pagi,jam 7 sudah mulai latihan.   Siangnya istirahat, pelatihnya tidak  mau tahu anak asuhnya tidur siang atau tidak.  Pada  jam 15.00 harus sudah kumpul dan latihan lagi.  Menurut Hendra pelatihnya berkata: Saya mempertaruhkan nama negara saya, kalau kalian kalah, saya malu dan negara saya malu.  Tetapi kalau kalian menang, saya menang dan negara saya bangga.

Kemenangan  Dramatis Lanny Gumulya

Sesaat setelah gema Indonesia Raya senyap, gadis remaja usia 18 tahun itu baru menitikan air matanya.  Namanya Lanny Gumulya, gadis manis yang tak percaya bahwa ia baru saja mendapatkan medali emas  di nomor loncat indah putri 3 meter di kolam renang Senayan.  Airmatanya tak terbendung lagi ketika ia turun dari bangku kejuaraan.  

Kemenangan Lanny ini diluar dugaan karena dua atlet Jepang Sakuko Kadokura dan Sakoko Tomoe , lebih diunggulkan dan difavoritkan sebagai juara.  Pada loncatan pertama Lanny hanya meraih angka 8.40, sementara Sakoko meriah 9,12, dan Kayoko 8,32.  Pada loncatan kedua Sakoko  meraih 10.03 dan Lanny 9.44. 

Situasi berbalik pada loncatan ketiga penonton di stadion renang Senayan  bersorak, ketika Lanny dengan wajah tenang  disambut air dan meraih nilai 12,54, sementara Sakoko 10.26.  Seterusnya Lanny unggul hinga loncatan ke delapan dan meraih  nilai total 111, 12  unggul di atas Sakoko 107.45 dan Kayoko 96,50. 

Anak Banyumas Bernama Sarengat  

Sprinter Mohammad Sarengat menyumbangkan dua medali emas dalam cabang lari 100 meter dan lari gawang 110 meter serta perunggu di nomor 200 meter. Selain menjadi pelari tercepat di Asia, dia memecahkan rekor Asia untuk lari gawang 110 meter dengan waktu 14,4 detik dan lari 100 meter dengan 10,5 detik, mematahkan rekor sprinter Pakistan, Abdul Khalik, dengan 10,6 detik pada Asian Games II di Manila, Filipina.

Sarengat lahir di Banyumas, 28 Oktober 1940. Dia menyelesaikan sekolah dasar dan menengah pertama di Pekalongan, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di Jakarta. Sejak SD hingga SMA, dia menjadi kiper kesebelasan sepakbola di sekolahnya. Karena jenuh kerap menghuni bangku cadangan di klub Indonesia Muda Surabaya, dia iseng terjun ke atletik. Ternyata di cabang ini bakatnya. Kegigihannya berlatih, apalagi ketika ikut pelatnas untuk Olimpiade 1960, membuatnya tidak lulus SMA pada 1959. Dia baru lulus SMA pada 1961.

Prestasi Indonesia di Asian Games IV 1962  cukup membanggakan. Indonesia menjadi runner up atau juara umum ke-2 setelah Jepang dengan total 77 medali yang terdiri dari 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Posisi ini mengalahkan India, Filipina, dan Korea Selatan yang masing-masing mendapatkan total medali 55, 27, dan 15.

 Irvan Sjafari

NB:  Artikel ini ditulis ulang (rewrite) dari tulisan saya di Majalah Interview Plus edisi Desember 2015  di kalangan terbatas.

Sumber:

Suluh Indonesia, Duta Masyarakat, Aneka,1962

Historia.co.id(http://historia.id/obituari/sarengat-yang-melesat)

Wawancara dengan Bambang Kuntadi, pengurus PB Sangkuriang, 30 Oktober 2015 untuk Interview Plus dan WartaTV

Wawancara dengan Hendik Brocks (Hendra Gunawan)  30 Oktober 2015 untuk Interview Plus dan WartaTV

Wawancara dengan Aming Priatna, mantan atlet Balap Sepeda Indonesia 2 November 2015 untuk Interviwe Plus dan WartaTV

Handayani, Primastuti dan Laksmi, Brigitta Isworo, M.F Siregar: Matahari Olahraga Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku kompas, 2008

Referensi  sebangun

http://www.kompasiana.com/jurnalgemini/bandung-1958-8-sekitar-pekan-olahraga-mahasiswa-ke-iv-dan-kejuaraan-sepeda-tour-de-java-pertama_563de52864afbd9c0997ab12

http://www.kompasiana.com/hendisetiawan/kapan-balap-sepeda-indonesia-akan-mengulangi-prestasi-hendrik-brocks-dkk_54f5dd17a3331163538b478c

https://www.goodnewsfromindonesia.org/wp-content/uploads/2015/09/medal-table.jpg

Sumber Foto:

Hendrik Brocks (kredit foto Irvan Sjafari/Repro Duta Masyarakat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun