Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rudy Habibie: Kisah Cinta atau Pencarian Jati Diri Sang Visioner?

1 Juli 2016   14:40 Diperbarui: 23 Desember 2016   18:43 8029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reza Rahadian sebagai habibie dan Chelsea islan sebagai Ilona (kredit foto http://id.bookmyshow.com/blog-hiburan)

Pada 1936 lahir Bacharudin Jusuf Habibie atau Rudy. Cerita bergulir pada 1942 puluhan pesawat tempur Jepang Zero berterbangan di atas Pare-pare. Dua bocah laki-laki Rudy dan Fanny mulanya mengagumi ketangkasan para penerbang membawa pesawat terbang rendah. 

Namun kekaguman berubah ketakutan ketika pesawat Jepang melepaskan bom menghajar beberapa bangunan dan bukit tempat mereka berdua berdiri, Fanny tergelincir ke jurang, namun Rudy sempat meraihnya dan menariknya.  

Sang ayah kemudian membawa anak-anaknya mengungsi ke Gorontalo. Dalam sebuah adegan, Rudy sempat-sempatnya membawa Mecanno (pesawat mainan rakitan). Untungnya Sang Ayah menerima kembali Alwie dan keluarganya. 

Ayahnya mengajarkan Rudy bahwa burung terbang karena dorongan angin dari bawah. Adegan-adegan awal ini untuk menggiring penonton untuk memahami bagaimana seorang Rudy sudah jatuh hati pada pesawat terbang sejak kecil.    

“Kamu jangan bikin pesawat tempur, tetapi bikin pesawat yang bisa membawa Papa, Mama terbang,” demikian salah satu dialog antara ayah dan anak itu. Sayangnya Sang Ayah ketika Rudy dan tujuh saudaranya masih kecil pada waktu perang kemerdekaan. Sang Ayah meninggal ketika sujud dan Rudy sempat menggantikannya menjadi imam. Adegan simbolik yang bagus.  

Sutradara Hanung Bramantyo bertutur teknik flashback itu, dari 1945 melompat ke 1955 ketika Rudy muda diantar seorang pastor untuk mencari tempat tinggal (home stay).  

Pemilik rumah pertama menolak karena tidak kenal negara Indonesia. Tetapi pemilik rumah lainnya menerima karena Rudy dengan cerdas mampu memperbaiki mesin pemanas dengan logika ilmu teknik. Demikian petualangan Rudy meraih mimpinya dimulai sebagai mahasiswa di RWTH Aachen, Jerman Barat.

Rudy berteman dengan mahasiswa asal Indonesia yang juga berkuliah di sana seperti Liem Keng Kie (Ernest Prakasa), Ayu (Indah Permatasari) dan Peter Manumasa (Pandji Pragiwaksono).  

Tetapi tidak semua mahasiswa Indonesia di sana menyukai Rudy karena selain tergolong muda, Rudy pemegang paspor hijau kuliah dari biaya ibunya bukan pemegang paspor biru, mahasiswa dibiayai pemerintah. Pemegang paspor hijau diolok-olok sebagai Anak Mami.   

Salah seorang mahasiswa  yang tidak suka Habibie adalah Pantja (Conerlio Sunny) dan gengnya seperti Mario (GPH Paundrakarna) berlatar belakang mantan Tentara Pelajar. Kelompok ini digambarkan arogan karena mereka merasa berjasa dalam Perang Kemerdekaan.  

Pantja dan kawan-kawannya tak segan-segannya membully Habibie. Konflik antara kedua kelompok ini bergeser ketika terjadi pembentukan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Rudy menginginkan SeminarPembangunan Dirgantara Indonesia, sementara kelompok Pantja ingin  mahasiswa ikut arus politik, misalnya mendukung Front Nasional.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun