Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1959 (6) Tekanan terhadap Warga Tionghoa Pro Taiwan

3 Mei 2016   15:26 Diperbarui: 3 Mei 2016   15:50 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jaksa Agung Suprapto menanggapi isu yang meresahkan itu dengan menyatakan bahwa pihaknya meminta bantuan kepolisian Jepang dan Singapura. Pihak Indonesia juga disibukan dengan adanya penyelundupan barang penting dari wilayah Indonesia ke Kalimantan Inggris 6. Tidak terlalu jelas apa barang penting yang diselundupkan, tetapi laporan-laporan itu menunjukkan bahwa bukan saja penjagaan perbatasan rapuh, tetapi daerah memang membutuhkan uang,

Pada 6 Februari 1959 Komandan KMKB Kota Bandung Letnan Kolonel Amir Machmud mengeluarkan larangan bagi masyarakat Indoensia asli di Kota Bandung untuk mengikuti perayaan tahun baru Imlek dan cap Go Meh 2510. WNI asli tidak dibenarkan mendatangi rumah-rumah bangsa Tionghoa dengan cara memainkan pertunjukkan tanjidor dan barongsai6. Mungkin saja larangan itu dimaksudkan agar WNI asli tidak mengganggu, tetapi larangan itu juga bisa ditafsirkan untuk mengeleminasi keturunan Tionghoa.

Tekanan juga terjadi Tasikmalaya. Pada Maret 1959 Kantor Pengadilan Negeri kota ini mengeluarkan instruksi yang ditujukan kepada orang-orang Tionghoa yang berada di daerah Kabupaten Tasikmalaya agar mendafatrkan diri di kantor pengadilan. Mereka harus mendaftarkan kekayaannya.

Sebaliknya di negara tetangga tekanan ditujukan kepada Tionghoa yang beraliran komunis. Pada Maret 1959 Pemerintah Persekutuan Tanah Melayu mengeluarkan sebuah buku putih berjudul “Antjaman Komunis Terhadap Persekutuan Tanah Melayu”. Pemerintah Persekutuan melayu menuduh bahwa Partai Komunis Tiongkok menyokong gerakan komunis di tanah melayu. Buku itu diterbitkan setelah terjadi penangkapan terhadap 240 orang yang dicurigai sebagai komunis oleh polisi Malaya. Bukan saja menuding Tiongkok, buku putih itu menyebutkan adanya penyusupan komunis dari wilayah Indonesia dan India Selatan.

Namun di Indonesia apa yang tejadi pada warga Tionghoa yang dianggap pro Taiwan bukan satu-satunya kebijakan terhadap etnis. Suatu kebijakan lagi masih menanti pada 1959 yang akan saya bahas di tulisan lain.

Irvan Sjafari

Catatan Kaki

  1. Pikiran Rakjat 2 Januari 1959
  2. Pikiran Rakjat, 2 Oktober 1958
  3. Leo Suryadinata, editor, Soutuheast Asia’s Chinese Business in An Era globalization: Coping with Rise China, Institute of South East Asian Studies, Singapore, 2006, halaman 86-87
  4. Pikiran Rakjat, 22 Januari 1959
  5. Pikiran Rakjat6 Februari 1959
  6. Pikiran Rakjat,3 Februari 1959

Sumber:

Pikiran Rakjat, 1 Desember 1958, 19 September 1958, 20 September 1958, 24 Oktober 1958, 27 Oktober 1958, 4 November 1958, 2 Januari 1959, 21 januari 1959, 22 Januari 1959, 23 Januari 1959, 24 Januari 1959, 29 Januari 1959, 3 Februari 1959, 4 Februari 1959, 7 Februari 1959, 26 Maret 1959, 28 Maret 1959

Tribun Manado 

Couple, Charles A, Indonesian Chinese in Crisis, Kuala Lumpur : Oxford Unievrsity Press, 1983

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun