Jaksa Agung Suprapto menanggapi isu yang meresahkan itu dengan menyatakan bahwa pihaknya meminta bantuan kepolisian Jepang dan Singapura. Pihak Indonesia juga disibukan dengan adanya penyelundupan barang penting dari wilayah Indonesia ke Kalimantan Inggris 6. Tidak terlalu jelas apa barang penting yang diselundupkan, tetapi laporan-laporan itu menunjukkan bahwa bukan saja penjagaan perbatasan rapuh, tetapi daerah memang membutuhkan uang,
Pada 6 Februari 1959 Komandan KMKB Kota Bandung Letnan Kolonel Amir Machmud mengeluarkan larangan bagi masyarakat Indoensia asli di Kota Bandung untuk mengikuti perayaan tahun baru Imlek dan cap Go Meh 2510. WNI asli tidak dibenarkan mendatangi rumah-rumah bangsa Tionghoa dengan cara memainkan pertunjukkan tanjidor dan barongsai6. Mungkin saja larangan itu dimaksudkan agar WNI asli tidak mengganggu, tetapi larangan itu juga bisa ditafsirkan untuk mengeleminasi keturunan Tionghoa.
Tekanan juga terjadi Tasikmalaya. Pada Maret 1959 Kantor Pengadilan Negeri kota ini mengeluarkan instruksi yang ditujukan kepada orang-orang Tionghoa yang berada di daerah Kabupaten Tasikmalaya agar mendafatrkan diri di kantor pengadilan. Mereka harus mendaftarkan kekayaannya.
Sebaliknya di negara tetangga tekanan ditujukan kepada Tionghoa yang beraliran komunis. Pada Maret 1959 Pemerintah Persekutuan Tanah Melayu mengeluarkan sebuah buku putih berjudul “Antjaman Komunis Terhadap Persekutuan Tanah Melayu”. Pemerintah Persekutuan melayu menuduh bahwa Partai Komunis Tiongkok menyokong gerakan komunis di tanah melayu. Buku itu diterbitkan setelah terjadi penangkapan terhadap 240 orang yang dicurigai sebagai komunis oleh polisi Malaya. Bukan saja menuding Tiongkok, buku putih itu menyebutkan adanya penyusupan komunis dari wilayah Indonesia dan India Selatan.
Namun di Indonesia apa yang tejadi pada warga Tionghoa yang dianggap pro Taiwan bukan satu-satunya kebijakan terhadap etnis. Suatu kebijakan lagi masih menanti pada 1959 yang akan saya bahas di tulisan lain.
Irvan Sjafari
Catatan Kaki
- Pikiran Rakjat 2 Januari 1959
- Pikiran Rakjat, 2 Oktober 1958
- Leo Suryadinata, editor, Soutuheast Asia’s Chinese Business in An Era globalization: Coping with Rise China, Institute of South East Asian Studies, Singapore, 2006, halaman 86-87
- Pikiran Rakjat, 22 Januari 1959
- Pikiran Rakjat6 Februari 1959
- Pikiran Rakjat,3 Februari 1959
Sumber:
Pikiran Rakjat, 1 Desember 1958, 19 September 1958, 20 September 1958, 24 Oktober 1958, 27 Oktober 1958, 4 November 1958, 2 Januari 1959, 21 januari 1959, 22 Januari 1959, 23 Januari 1959, 24 Januari 1959, 29 Januari 1959, 3 Februari 1959, 4 Februari 1959, 7 Februari 1959, 26 Maret 1959, 28 Maret 1959
Couple, Charles A, Indonesian Chinese in Crisis, Kuala Lumpur : Oxford Unievrsity Press, 1983