Misalnya tadi pagi sewaktu saya ke lantai dua menandatangani kontrak perpanjangan saya sebagai redaktur di sebuah grup majalah komunitas di kawasan Jakarta Utara. Tahu-tahu dia ada di ruang meeting seperti hantu suku Inca. Saya tidak bisa marah ketika Nope, anak AE seperti olie meledek. Ah, Bang Irvan mau menengok Olie!
Kabar lain di kantor, Saleh, rekan sesama redaktur hampir tidak pernah berhenti berbicara soal jurnalistik. Hari ini dia bawa beberapa buku tentang jurnalistik. Misalnya, bagaimana jurnalis memilih masuk penjara daripada membuka narasumber yang tak mau disebutkan namanya. Saleh kecewa pada laporan reporter yang melupakan hal yang paling mendasar dalam jrunalistik: yaitu rasa ingin tahu. Saleh berminat pada lingkungan hidup klop dengan aku. Dia peka terhadap hal yang aku tidak “ngeh”. Misalnya pemakaian asbes pada properti bisa menimbuilkan dampak kesehatan.
Olie mungkin sama fahamnya. Dia kan lulusan Fakultas Komunikasi universitas terkemuka di Kota Bandung. Olie itu luar biasa, capoeira iya, bilya iya, main band juga iya, jangan-jangan naik gunug juga iya! Tetapi dia pernah cerita bahwa dia ingin jalan ngegembel, alias jumping dan menumpang dari truk ke truk. Di meja kerjanya banyak gambar singa dari sebuah kartun Madagascar. Singa benar-benar simbolnya.
Jakarta-Depok, 4 Agustus 2005
Dear R.
Puteri Putih Bersih yang menundukan aku dengan auranya, dalam cinta yang menyaktikan, seperti dilempar dalam sungai bejeram yang airnya deras mengalir seperti kuatnya cintaku. Tetapi aku tak bisa menggapainya. Aku coba pada Tuhanku. Tteapi aku malah seperti dilempar ke Teluk Tomni. Aku seperti sendirian berenang mencapai Tepi Bualemo menggapaimu Pujaanku.
R tertawa terkekeh-kekeh. Katanya aku cinta semusim. R adalah dewi yang turun dari awan ketika aku butuhkan. Dia penguasa Naripan, Merdeka, Cimahi, Cihampelas, seperti angin selalu mengikutiku.
Lalu bagimana dengan Olie? Tanyanya.
Aku terdiam. Tidak. Aku tidak ingin memiliki Olie. Aku hanya suka pada flamingo putih kecil yang selalu menari di air yang tenang.
Hari yang menjemukan. Bos hanya ingin kami mengikuti kemauannya. Saleh berdebat dengan Bos soal rubrik yang harus hilang atau diganti. Misalnya buat apa ada Info Sehat tetapi ada rubrik Health and Beauty? Debat Saleh. Tetapi Bos ngotot harus ada dua rubrik itu.
Untung ada Olie. Mengobrol dengan dia mengusir kesuntukan. Kami sempat berdebat soal posmo. Seperti fenomena orang yang masuk komunitas punya ideologi. Makanya ada yang moderat, hinga ada yang esktrim. “Iya!” katanya. Di antara capoeirista ada yang ekstrim! Gw sendiri cenderung anti kemapanan!” Lalu aku bilang: tahu nggak, anti kemampanan itu turunan dari marxisme, gerakan kiri baru. Olei mengaku hanya pernah mendengar. Lalu ketika ditanya posisi apa dalam capoeira? “Gw moderat!”
Jakarta-Depok, 12 Agustus 2005
Dear R. Ulang tahun Olie (14 Agustus) . Aku hanya bisa kasih puisi yang aku tulis Juli lalu, memang spesial buat dia (14 Agustus hari minggu). Walau secara sastra nggak layak publisitas. Tetapi Olie membacanya sambil meneteskan air mata. Mungkin ia rindu masa lalu yang indah dan kini hilang. Aku juga pernah kehilangan masa lalu indah. Olie memperlihatkan foto-fotonya waktu ikut kegiatan capeoira di kampusnya. Luar biasa! Dia berdiri dengan tangan dan kaki lurus ke atas. Gerakan mudah bagi capoerista yang mahir. Olie termasuk di antara yang mahir.