Lima ibu muda Irma Mariana, Minna Mekkarina, Lina Roslina, Titin Sutiarsih dan Dessy Mayasari dengan brand Monel juga patut diperhitungkan. Kelima perempuan ini dipertemukan karena anak mereka sekolah TK yang sama, punya hobi yang sama seperti belanja dan hunting baju. Busana mereka kenakan tampaknya diminati ibu lain dan akhirnya menginspirasi mereka untuk terjun ke bisnis hijab. Sejak 2011 hingga 2014 mereka mampu membuat sepuluh model dan dalam sbeulan setidaknya menjual 3000 potong hijab. Pemasaran menggunakan berbagai cara, antara lain dengan reseller yang sudah puluhan tersebar ke Lampung,Banjarmasin, Balikpapan, Surabaya, Bogor dan beberapa daereh lain. Produk Monelini juga menyebar ke Singapura, Malaysia, negara-nengara Arab hingga Eropa. Harga yang dibanderol masing-masing koleksi Monel mulai dari Rp 100.000 hingga 400.0007.
Roja Fitridayani menekuni bisnis hijab sejak Agustus 2012 dalam skala kecil. Kesuksesan mahasiswi Pasca Sarjana ITB ini menemukan bahan diamond georgette italiono yang diimpor langsung dari India. Ia pun kemudian menamakan hijab buatannya itu 'Hijab Diamond Italiano'. Dengan pilihan lebih dari 30 warna, hijab itu langsung laku keras dan terkenal seantero Nusantara. Sejak itu penjualannya yang 1000 potong terjual dalam satu minggu menjadi bisa terjual dalam sehari. Perempuan kelahiran 1992 ini mampu menggaji 11 pegawai dan punya konveksi sendiri, serta memasarkan produknya melalui online shop dan media sosial dengan Brand Princess8.
Kekuatan Bandung sebagai trendsetter mode karena di kota ini juga bermukim perancang busana muslimah usia muda. Salah satu di antara yang termuda ialah Raden Keniaby Fauzia Renaldi. Perempuan kelahiran 13 September 1995 ini menjadi Juara III sebuah lomba perancang busana muslim pada usia 17 tahun pada 2012 yang diadakan sebuah majalah. Rancangan milik Aby pada waktu itu diberi tajuk yang mengusung tema "Earth's Embrace". Kecerdasan Aby tampak dengan menggunakankombinasi unsur berat seperti tenun sutera ATBM Sabilulungan dan bahan kontemporer seperti chiffon, organdi serta Tarfetta. Dia juga memberikan sentuhan border, benang silam payet, hinga unsur batu dan logam.
Bisnis Sepatu: Komplementer Bisnis Fashion
Dengan latar belakang sebagai modelling Diana Paramitha memutuskan menjalankan bisnis sepatu dengan brand DnC (Diana dan Candra,nama suaminya). Diana mengenal dunia bisnis sekitar 2008. Alumnus STIE Ekuitas Bandung ini mempunyai dua toko dengan tajuk Magnetic Island (yang juga menjual produk konsinyasi dari kawan-kawannya) dan mempekerjakan 17 karyawan. Perempuan kelahiran 19 Oktober 1988 ini juga melakukan pemasaran melalui online, akun media sosial terutama Instagram. Diana juga mengaku mendapat inspirasi bisnis dari kakaknya dan suaminya. Ibu dari dua anak ini juga mendesain sepatunya sendiri.
“Dalam sebulan masa produksi kami bisa mencapai ratusan. Karena rata-rata dalam seminggu kami memproduksi sampai dengan 200 pasang, atau sehari bisa 35 pasang atau lebih. Produknya tidak saja diterima di pasar dalam negeri tetapi juga di luar negeri terutama Hongkong, Australia, Malayasia” ungkap Diana pada sebuah situs berita dan Bandung Express. Sukses menjalankan bisnis sepatu, Diana mulai merambah dunia fesyen, dengan brand DNC Apparel. Model-model bajunya edgy dan modern dan bisa digunakan oleh yang berhijab ataupun tidak berhijab. Baju untuk non hijab didesain tidak terbuka atau seksi, tertutup dan tetap stylist.
[caption caption="Diana Paramitha dan tokonya (kredit foto: Bandung Express)"]