Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Ridwan Kamil untuk Bandung 2016 (1) Kinerja Birokrasi, Perluasan Pembangunan Taman dan Kawasan Pedesterian

16 Februari 2016   22:14 Diperbarui: 16 Februari 2016   22:24 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Revitalisasi Taman Lalu Lintas: Memodernkan taman yang berdiri sejak 1958"][/caption]

 

Angka 80,22 berarti sama dengan A menjadi anugerah bagi kota Bandung pada 12 Februari yang lalu. Dengan angka itu kota kembang itu mendapat predikat tertinggi untuk Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sakip) atau kualitas tata kelola pemerintahan yang baik. Bandung adalah satu-satunya daerah di Indonesia mendapatkan nilai itu, jauh di atas Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kota Tanjung Pinang dan Kota Sukabumi yang mendapatkan nilai BB.

Pemberian penghargaan itu merupakan bagian dari penilaian laporan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LHE AKIP) kepada 156 pemerintah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jateng, Jabar, Banten, Kalimantan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Yuddy Chrisnandi kepada Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Jalan Tamansari, Kota Bandung.

“ Hatur Nuhun untuk semua PNS pemkot Bandung yang Sudah bekerja keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. Agar reformasi ini bisa langgeng, dan tidak mengandalkan figur kepala daerah, kami kunci dengan sistem teknologi smart city. Sehingga siapapun walikota Bandung di kemudian hari, Insya Allah kinerja birokrasi Pemkot Bandung tidak akan menurun,” tutur pria yang karib dipanggil Kang Emil. Untuk lebih menyempurkan dan memberi kepuasan pada masyarakat bandung akses yang disediakan adalah apa yang disebut “Lapor ke 1708” dan mengunjungi sip.bandung.go.id untuk evaluasi performa lurah dan camat.,

Menurut saya apa yang didapat Pemerintah Kota Bandung bukti bahwa pucuk pimpinan kota ini memang bekerja sungguh-sungguh. Saya menduga ikatan emosional laki-laki kelahiran 1971 ini terhadap kotanya begitu besar, mengingat ia menghabiskan waktu pendidikannya dari Sekolah Dasar di Banjarsari, SMP 2 Bandung, SMAN 3 Bandung hingga Jurusan Arsitektur ITB. Karena latar belakangnya sebagai arsitek tata kota, maka pembenahan taman dan ruang publik, termasuk juga kebiasaan bersepeda tampak paling menonjol.

Taman dan Pedestrian
Yang paling menonjol selama dua tahun kepemimpinannya dibenahi Kang Emil adalah taman kota, pedestrian, karena romantisme historis sewaktu kecil dimulai dari kawasan ini. Sebagai orang yang bersekolah di tempat elite tentunya daerah-daerah itu tak asing lagi bagi Kang Emil. Jalur itu adalah jalur yang dilaluinya ketika masih sekolah, yaitu yang dilalui jurusan Dago-Kebon kelapa. Bukankah angkot itu pernah disupiri Kang Emil dalam program percobaan angkot day?

Menurut saya tepat juga karena kawasan inilah yang kerap juga dilalui parawistawan yang berkunjung dan orang-orang yang mencintai Kota Bandung. Itu sebabnya Alun-alun Bandung, Cikapundung, taman-taman di sekitar Belitung mendapat sentuhan pertama. Pembenahan Taman Budaya di Ujung Bereung juga tepat karena itu batas kota yang dibenahi pintu masuk ke kawasan Jatinagor, daerah para pelajar di mana Universitas Padjajaran dan juga sebagian ITB Bandung dipindahkan ke sana.

Pada pertengahan Februari yang lalu giliran Taman Lalu Lintas yang dibenahi.Menurut Kang Emil ground breaking revitalisasi Taman Lalu Lintas yang akan hadir dengan konsep dan teknologi baru. Akan dibagi 3 zona: kota, gunung dan air. Revitalisasi taman yang sudah berusia 58 tahun ini didukung oleh CSR program dari Toyota Astra Motor dan kekompakan alumni ITB angkatan 90. Taman lain yang direncanakan untuk direnovasi adalah Tegallega dan Babakan Siliwangi. Sementara untuk revitalisasi pedestrian akan lebih laus, di antaranya di kawasan Dago.

 

[caption caption="Berapa contoh konsep inovasi Kang Emil dalam coretan"]

[/caption]

Pembangunan Ruang Publik dan Infrastruktur di Komunitas

Selain membenahi taman-taman di bagian utama kota, sejak pertengahan Februari 2016 Ridwan Kamil merencanakan pembenahan infrastruktur dan ruang publik hingga ke wilayah lebih kecil. Dalam akun Facebook-nya Kang Emil mengungkapkan bahwa setiap kelurahan akan didampingi seorang arsitek yang direkrut dari Ikatan Arsitek Jawa Barat. Hal ini tentu mudah dilakukan karena ia sendiri adalah arsitek jebolan ITB tentu mempunyai jaringan yang luas.

Tugas arsitek komunitas ini akan membantu lurah dan masyarakat mengonsep perbaikan-perbaikan infrastruktur dan ruang-ruang publik di kelurahan. Kalau rencana ini berjalan saya membayangkan ruang publik di tingkat RW akan ditata seperti halnya taman-taman utama yang dibangun dan bisa dimanfaatkan maksimal oleh warganya. Bila areal memungkinkan di ruang publik itu terdapat perpustakaan atau taman bacaan model microlibrary Taman Lansia.

Rencana lain yang berkaitan dengan publik ialah pembangunan gedung Creatif Center di Jalan Laswi. Gedung ini nantinya bertujuan menjadi penyangga bisnis bagi para pengusaha kreatif di Kota Bandung untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan usahanya. Pembangunan gedung ini memang sudah kebutuhan mengingat salah satu kekuatan kota Bandung terletak pada industri kreatifnya. Tentunya bukan hanya tempat bisnis tetapi juga workshop, pelatihan, serta pameran produksi khas Kota Bandung yang berbeda dengan kota-kota lain. Sebagai catatan seperti diungkapkan Kang Emil di media sosialnya mulai Februari 2016, Berbisnis di Bandung di level UMKM tidak perlu dengan ijin. cukup pemberitahuan dan mengirim data saja.

Ridwan Kamil sendiri kepada berapa media mengungkapkan niatnya agar gedung ini menjadi tempat nongkrong 24 jam bagi para seniman. Gedung ini juga mempunyai perpustakaan dan kafe. Saya berharap harga kafe terjangkau bagi rata-rata warga Bandung dan bukan kafe komersialisasi. Pembangunan gedung ini disandingkan dengan innovation centre di kawasan Kiara Condong. Kang Emil merencanakan innovation center ini sebagai tempat segala bentuk prototype dan didukung perlatan super canggih.

Kalau pembangunan gedung-gedung ini terlaksana maka predikat Kota Bandung sebagai salah satu jaringan kota kreatif (Creative Cities Network) dalam Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization- UNESCO) menjadi lebih matang dan bukan tidak mungkin bisa mengalahkan Jakarta.

Inilah yang saya maksud sebagai prototype pembangunan dan perwujudan program sebuah pemerintahan kota. Jelas bisa dibaca dan bisa didebat. Bisa dipelajari bagi siapa saya yang ingin mencalonkan diri menjadi pemimpin daerah. Termasuk juga bagi calon-calon Gubernur DKI Jakarta yang ingin menantang Ahok, belajar dari Kang Emil: bagaimana membuat program dan serta bagaimana realisasinya.

Irvan Sjafari

Sumber pendukung

satu
dua
tiga

Sumber Foto:
Facebook/Ridwan Kamil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun