Tekanan ekonomi tampaknya tidak terasa atau setidaknya belum menjadi masalah bagi sebagian warga kota untuk merubah gaya hidupnya. Tawaran paket perjalanan belum ada tanda-tanda berhenti. Rd.Iscka Djajamahardja beralamat di Jalan Banteng, Oey Yang Liong di gang Partadisastra dan Ny. R.Omar di Gang Durman, Bandung menawarkan paket Bali Trip selama 14 hari dengan biaya Rp2250 antara 13 November hingga 26 November 1958. Tempat yang dikunjungi Solo, Selecta, Pasir Putih, Sarangan. Kendaraan yang digunakan bus.
Bandung sendiri pada 1950-an termasuk tujuan wisata yang digadang-gadangkan pemerintah. Salah satu upaya pemerintah Indonesia menghidupkan sektor pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism) yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan pada 1 Juli 1947. Pembentukan badan ini sudah dimulai pada November 1946. Badan ini segera mengambil alih hotel - hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya dinamai Hotel Merdeka. SetelahKonferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama menjadi NV HORNET (Ferbianty, 2007).
Pada 1958 Hotel Merdeka sudah punya cabang di antaranya di Bandung, Sukabumi, Wonosobo (dekat dataran Dieng), Yogyakarta, Madiun dan Kediri. Dalam sebuah advertensi di Pikiran Rakjat disebut Hotel Merdeka di Bandung didukung sebuah restoran. Dalam merayakan hari jadinya direksinya yang ke dua belas (berarti yang dijadikan patokan November 1946) NV Honet mengundang perwakilan para wartawan untuk mengunjungi daerah-daerah turisme yang ada di bawah naungan NV Honet pada 27 hingga 30 November 1946.
Di luar hotel-hotel besar dan juga hotel yang berdiri sejak masa penjajahan Belanda seperti Grand Preanger dan Hotel Homann sejumlah hotel menengah juga masih eksis dan popular di kalangan wisatawan. Hotel Selecta Pasirkliki 76 misalnya beberapa kali disebut dalam media masa. Hotel ini sebetulnya pernah menjadi hotel untuk menginap para wartawan yang meliput konferensi Asia Afrika. Testimoni saksi mata merupakan gambaran bahwa hotel ini juga bergengsi waktu KAA.
Sebagai penginapan kami yang baru, ditunjuk “Hotel Selecta” di jalan Pasir Kaliki, kurang lebih 4 Km dari pusat Konferensi. Mujur kami diberi sebuah kendaraan sendiri oleh pimpinan Kempen. Rute bus dalam kota tidak melalui Pasir Kaliki, apalagi setelah jam 11 malam. Sedang pekerjaan kami setiap hari selama konferensi paling lekas selesai jam 12 atau 1 malam. Akan tetapi di samping kemalangan “diusir” orang dari Hotel Rahayu, ada juga keuntungannya. Khususnya juka ditinjau dari sudut kepentingan “jaminan”. Di hotel yang baru ini disediakan makanan. Di “Rahayu” tidak. Bagi penggemar makanan “Hotel Selecta” dapat dikatakan suatu “luikkerland“.
“Masakan apa saja dapat dipesan, boleh pilih sendiri. Ada seorang rekan kami yang sampai dapat “buikloop“, sakit perut karena tiap hari pesan sate kambing. Seorang kawan lain dapat sakit pinggang karenaterlampai banyak makan zat-zat putih telur. Namun walaupun menderita sakit itu, rekan-rekan kami terus mengerjakan bagian pekerjaannya, karena kewajiban tak dapat dirubah “Berita A-A” harus terbit dua hari sekali. (https://santijehannanda.wordpress.com/category/tentang-bandung/)
Tamu penting yang datang ke kota Bandung pada akhir 1958 ialah Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat, Jendral Maxwell Taylor atas undangan KSAD Letnanjendral AH Nasution. Awal November 1958 Taylor tiba di kota kembang mengunjungi Staf Wartier Divisi Siliwngi, SSKAD, Sekolah Kader Infantri dan tamasya ke Tangkubanparahu. Taylor tiba di Jakarta Jum’at 31 Oktober 1958 bertemu PM Djuanda dan Menlu Subandrio1.
Pertunjukkan Hiburan untuk Anak-anak dan Anak Muda
Di luar kota, Grand Hotel Lembang masih rutin menyelenggarakan pertunjukkan musik dan dansa hingga larut malam, di antaranya pada 18 dan 19 Oktober 1958. Karang Setra juga mengadakan pertunjukkan musik dan dan dan selingan reog pada waktu yang sama. Di tempat rekreasi ini juga ditawarkan sandiwara boneka dengan cerita keluarga bahagia pada minggu paginya.
Para pelajar dan mahasiswa juga tidak kalah mengadakan pertunjukkan hiburan. Pada 19 Oktober 1958 pelajar-pelajar di Bandung mengadakan pertunjukkan The Little Boys Band di Taman Lalu Lintas. Pada 9 November 1958 giliran Band BPI tampil di taman ini. Munculnya band-band remaja ini menandakan era baru di kota Bandung untuk menjadi kota musik.
Untuk kebutuhan anak-anak dan remaja di bawah naungannya, Gereja protestan di Jalan Bahureksa nomor 22 mengadakan bazaar di SMP Kristen pada 3-4 Oktober 1958 termasuk hiburan pemutaran film, aneka permainan seperti menembak,lempar bola, rumah setan levarde poppenkust. Untuk makanannya tersedia sate dan lontong, gado-gado, cendol, lemonade, serta aneka kue. Juga dipamerkan aneka kerajinan tangan, stand NV Suraco, Masion Femina, hingga demonstrasi menjahit dan memasak.
Tidak kalah dengan adik-adik pelajar sekolah menengahnya, para mahasiswa juga menunjukkan gairah membutuhkan hiburan. Misalnya saja, Ikatan Mahasiswa Bandung menyelenggarakan aktifitas hiburan dengan memutar film Doctor At the Sea yang dibintangi Dirk Borgade, Brigitte Bradot di Capitol pada 21 Oktober 1958 jam 10.00 hingga 15.30 dengan harga karcis Rp 1,50 hingga Rp2,50. IMABA berdiri pada 27 Juli 1957.
Pertunjukkan bersifat amal marak diadakan di kota Bandung. Misalnya Persatuan Wanita Cipaganti (Perwati) mengadakan pertunjukkan Sandiwara Kanak-kanak bertajuk “Kelintji Manis” di Gedung Panti Budaya pada 12 Agustus 1958. Pendapatan bersih untuk kegiatan sosial Perwati. Upit Sarimanah juga makin kokoh, pertunjukkan di Bioskop Siliwangi di Jalan Astananyar yang diselenggarakan Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran mendapat sambutan baik. Upit mengiringi wayang golek sebagai sinden. Pemimpin wayang golek itu ialah Raden Tuteng Djohari.
Sabtu malam 1 November 1958 di Yayasan Kebudayaan Jalan Naripan menyelenggarakan Konser Karawitan Indonesia yang dibuka Kepala Jawatan Kebudayaan Kemneterian PPK Judakusumah. Hadir dalam acara Lektor KKI Pangeran Surjomihardjo, Kepala daerah Oja Somantri, Rachman Sainan dari DPRD Jawa Barat, Bupati pembantu di Kantor Gubernur Male Wiranatakusumah, serta Wali Kota Bandung Prijatna Kusumah. Konser itu menurut pernyataan Yudakusumah untuk menghidupkan kesenian daerah sebagai bagian kesenian nasional. Tidak hanya seni musik, tetapi juga seni tari, seni gamelan, dan perdalangan.
Pada 9 November 1958 pukul 20.00, giliran Aula Lyceum Kristen di Jalan Dago 181 menjadi tempat pertunjukkan sandiwara bertajuk “Mawar Hutan” yang diselenggarakan oleh Sing Ming Hui. Pada 10 November 1958 Dies Natalis Universitas Sariwegading dirayakan di Hotel Homann dengan malam gembira yang menghadirkan El Dolores Combo, Orkes Gumarang dan Hamidy T. Jamil dari Perfini menghadirkan artis seperti Aminah Cendrakasih, Nun Zarinah, Tuti Suprapto hingga pertunjukkan Serampang Dua Belas.
Awal Desember 1958 Braga Permai menjadi tempat pameran coklat untuk anak-anak. Dalam apmeran itu ditampilkan 1001 macam cokelat. Acara ini diselenggarakan dalam pekan anak-anak. Di Lyceum, juga diadakan pertunjukkan sandiwara boneka dari Chekoslowakia pada 6-8 Desember 1958. Pertunjukkan budaya lain di Yayasan Kebudayaan Naripan pada 13-15 Desember 1958 berupa kesenian Sunda menghadirkan Ika Rostika yang disebut sebagai pengganti Upit sarimanah, serta juara tembang Cianjuran lainnya.
Tempat pertunjukkan lainnya ialah Restoran dan Kolam Renang Karang Setra. Pada 9 November 1958 tempat rekreasi ini mengadakan pertunjukkan kecakapan dan ketangkasan anjing, seperti menghitung angka 1 hingga 30, bertinju, menolong orang yang terikat, serta mengisap sigaret dan pipa. Seminggu kemudian Karang Setra tenpat diselenggarakannya bukan saja malam dansa gembira, tetapi juga demonstrasi dansa oleh Hidayat dan Renske Veldhump dari sekolah dansa Sonje. Pertunjukkan dansa yang digelar mulai dari waltz, tango hingga quick step. Disebutkan pengiringnya adalah Irama Merdeka dengan biduanita Rosana. Pada minggu pagi juga diadakan pertunjukkan sandiwara boneka.
Umumnya pertunjukkan hiburan berlangsung mulus. Hanya ada satu insiden yang saya temukan terjadi pada Jum’at 31 Oktober 1958 ketika terjadi keributan di Bioskop Liberty (Jalan Kiaracondong, kawasan Cicadas) Bandung. Para penonton mengamuk dan membuat bangku-bangku di bioskop itu berantakan, pecahnya beberapa lampu dan bobolnya pintu gerbang muka. Pemutaran film “Djanjiku” yang dibintangi Raden Mochtar, Titin Sumarni dan Tina Melinda yang sedianya diputar pukul 18.30 ternyata tertunda dan hingga 20.00 belum berlangsung, karena rusaknya proyektor. Keributan bisa dihentikan dengan datangnya CPM dan polisi.
Bioskop Liberty termasuk bioskop untuk rakyat kebanyakan. Di dekatnya terdapat bioskop Taman Hiburan yang masa itu dikenal dengan bioskop Gerimis Bubar karena memang tidak beratap. Hampir tak beda dengan nonton film layar tancap, tempat duduknya seadanya terbuat dari lajur-lajur bangku tembok tempat duduk penonton. Bioskop-bioskop rakyat ini biasanya memutar film-film yang sudah diputar di bioskop kelas elite dan kebanyakan film Asia.
Ketika Skuter Menjadi Tren
Demam skuter melanda Bandung pada 1958. Mengendarai Vespa atau Lambretta pada 1950-an akhir menjadi gaya hidup warga Bandung kelas atas . Touring dengan menggunakan vespa menjadi tren. Pada akhir Juni 1958 sekitar 25 anggota Vespa Club Indonesia Bandung pimpinan JE Tobing mengadakan kunjungan ke Studio Persari dan Perfini di Jakarta. Mereka menjumpai idola masa itu seperti Baron Hermanto, Nun Zarina, Prijadi.
Perjalanan dilalui rombongan vespa ini melalui purwakarta untuk keberangkatan ke Jakarta. Di studio, rombongan VCI Bandung disajikan petikan film-film Persari dan Perfini. Setelah singah di Sindang Laut, Taman Hiburan,Tanjung Priuk rombongan dan pulang melalui jalur Puncak. Touring yang cukup berani waktu itu karena gangguan gerombolan bersenjata masih kuat.
Pada September 1958 diselenggarakan Concours d’elegan Scooters untuk wanita di Stadion Siliwangi, semacam lomba kecantikan tetapi digabung keterampilan naik vespa. Tiketnya Rp5 hingga Rp20 dan disumbangkan ke PMI Cabang Bandung, Yayasan Dewi Sartika, Yayasan Kartini, Pre Juwana, BP4, Yaysan Beribu dan Panitya Pembantu Mahasiswa.
Perlombaan skuter berikutnya diadakan pada Desember 1958. Nomor yang dipertandingkan antara lain mengendarai skuter sejauh sekitar 100 km dengan rute Bandung dan sekitarnya untuk peserta pria dan wanita. Star perlombaan skuter dimulai di Jalan Di[ponegoro dan finish di Stadion Siliwangi. Dengan uang pendaftaran Rp250 para peserta mendapatkan hadiah satu vespa scooter model terbaru. Nomor kedua perlombaan kemahiran skuter khusus untuk wanita dengan uang pendaftaran Rp50 dan hadiah utama radio dan barang-barang indah. Perlombaan skuter untuk perempuan ini tampaknya merupakan pendahuluan untuk lomba Ratu Vespa berikutnya di Kota Bandung awal 1960-an.
Berbelanja dan Kuliner
Pada 28 Juli 1958 sebuah toko baru Niagara NV di Jalan Lembong 4 A diresmikan. Pemiliknya adalah Tang Eng Po. Toko ini menawarkan barang-barang kelontong, barang-barang keperluan pria dan wanita dan hasil industri dalam serta luar negeri. Pada pembukaan pelanggan yang membeli dapat korting hingga 5%. Produk trendi masa itu seperti foxton overhemd berwarna polos dengan kotak-kotak, sporthemd menjadi di antara produk yang jadi andalan.
Variasi produk yang dijual toko ini semakin beragam menjelang Desember 1958 dengan meanfaatkan momen perayaan Natal dengan menawarkan pakaian dan mainan anak-anak serta perlengkapan untuk pohon Natal. NV Niagara menjadi pesaing Toko Kota Tujuh yang berlokasi di kawasan Asia Afrika. Persaingan kedua tidak saja soal barang-barang kelontong, tetapi juga buka di akhir pekan. Toko-toko yang menarik lainnya ialah Vanity Shop yang berada dalam Braga Sky Bulding menjual bunga buatan, perhiasan imitasi, dekorasi dinding
Beberapa restoran baru berdiri, yaitu Rumah Makan Kadipolo beralamat di Jalan Pungkur 38 Bandung, Ambasador Restaurant beralamat di Jalan Dalem Kaum nomor 82. Dalam iklannya restoran ini mengklaim hidangan oleh koki yang punya pengalaman masakan Kanton dan Hongkong. Dibuka pada 14 Juli 1958 oleh pemodal nasional. Lainnya adalah Rumah Makan Kawanua beralamat di Jalan Pudak 3 Pav menawarkan masakan dalam bumbu tuturuga, pangie. Sementara Donat’s Cafetaria di jalan Asia Afrika 56 menawarkan pembelian 10 donat mendapatkan satu kupon berhadiah mobil sedan merek zondiac keluaran 1957.
Pada Agustus 1958 penjualan susu juga masih disambut baik oleh warga kota Bandung. Perusahaan susu seperti BMC, Panorama,Tjipaganti, Meyer, Westbroek, NV Tjimahi, Tjidjangoel, Tjidadap, De Katja, serta Djatibaru dalam keadaan baik hingga baik sekali. Lebih dari sepuluh perusahaan lainnya pendapatan cukup. Salah satu di antara perusahaan susu rumahan pada 1958 ini kelak menjadi perusahaan Susu Ultra2.
Irvan Sjafari
1. Dalam https://history.state.gov/historicaldocuments/frus1958-60v17/d161 diakses pada 1 Februari 2016 disebutkan perjalanan Jenderal Maxwell Taylor (1901-1987) adalah bagian dari perjalanan besar di Asia. Dalam telegram disebutkan pers Indonesia memberikan konstribusi positif atas kedatangan Taylor. Kedatangan Taylor bersamaan dengan ketegangan yang terjadi di Laut Cina Selatan dan Peristiwa PRRI/permesta. Dalam pertemuan juga disebutkan pembicaraan mengenai bantuan militer, namun harus meyakinkan Belanda dan Australia tidak terkait dengan Irian Barat. Paul F. Gardner dalam bukunya Shared Hopes, Separated Fears: Fifty Years of US-Indonesian Relation 1997, hal 160 menggarisbawahi pertemuan antara Nasution dengan Taylor untuk memulai relasi antara dua serdadu.
2. Pada awal berdirinya, perusahaan ini merupakan sebuah industri rumah tangga sederhana yang dimulai pada tahun 1958 di Bandung, Jawa Barat. Selanjutnya industri sederhana yang dirintis oleh seorang pengusaha Tionghoa bernama Ahmad Prawirawidjaja ini berkembang menjadi perseroan terbatas sejak tahun 1971. Dikutip dari http://profil.merdeka.com/indonesia/u/ultrajaya-milk/ diakses pada 1 Februari 2016.
Sumber:
Pikiran Rakjat 1 Juli 1958, 11 Juli 1958, 15 Juli 1958, 16 Agustus 1958, 11 Oktober 1958, 16 Oktober 1958, 17 Oktober 1958, 1 November 1958, 3 November 1958, 15 November 1958, 2 Desember 1958
Creutzberg, Pieter; Laanen, J.T.M. van Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia hal.39 – 40. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Ferbianty, Dieny, Sejarah Pariwisata Indonesia, Tugas Mata Kuliah Teori, Sistem dan Dimensi Pariwisata, Program Magister Studi Alur Wisata, Institut Teknologi Bandung, 2007
https://santijehannanda.wordpress.com/category/tentang-bandung/
http://artikeltugaskuliah.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-pariwisata-indonesiaorde-lama.html diakses pada 1 Februari 2016.
https://sepanjangjk.wordpress.com/2011/07/31/bioskop-misbar-taman-hiburan-cicadas-bandung/ diakses pada 2 Februari 2016.
Sumber Foto:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H