Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kenangan Bus Patas AC Mayasari 135, Supir dan Penumpangnya Bisa Janjian

24 November 2015   21:43 Diperbarui: 12 April 2016   12:05 4941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyaris  tidak ada benturan di jalanan, karena supir bus ini jauh dari ugal-ugalan. Rupanya pihak Mayasari pada  Bus AC rute tertentu menerapkan sistem  komisi. Misalnya  target Rp 200 ribuan terpenuhi, maka komisinya 15%. Penumpang dicek hanya  yang naik dari Cilandak dengan tarif  Rp 7.000 per penumpang (seingat saya waktu itu sekitar 2009) misalnya  70 penumpang. Itu yang dihitung. Ketika turun di Rawamangun, penumpang yang naik dari sana ingin ke Tanjung Priuk  hanya bayar Rp 2000 atau Rp 3000 tergantung jauh dekat  dan itu semua masuk kantung supir dan kenek.  Begitu juga arah balik dari Priuk yang dihitung di pintu tol  Rawamangun dan turun di Cilandak, nah penumpang yang naik dari Cilandak ke Ciputat ongkosnya  tarif bus umum  semuanya untuk supir dan kenek.  Sistem  ini mengingatkan pada Taksi Bluebird.        

Satu-satunya aksi kekerasan yang pernah saya lihat di Bus 135  dilakukan  dua orang  pengamen –yang bukan “pengamen langganan” kami.  Mereka naik memaksa  dari Rawasari memukul kenek karena menahan mereka  dan gaya mengamen dengan cara mengancam:  “Saya baru keluar dari penjara!”. Pengamen-pengamen ini lolos karena  tidak ada marinir yang naik siang itu.  Saya geli sendiri di dalam hati  ketika pengamen yang sama naik  di waktu lain dan melihat ada  beberapa marinir di dalam  bus, mereka turun lagi.

Polisi lalu lintas   lumayan  di mata saya untuk rute  Bus 135  ini, standar lah.  Marinir kerap membantu ketertiban lalu lintas di kawasan Cilandak dan hasilnya  memuaskan kalau mereka hadir. Entah mengapa kalau marinir  yang jaga para biker mendadak menjadi, tidak arogan,  peramah dan sopan.  Bagaimana dengan Rawamangun?  Polisi lalu lintas cukup berperan terutama  di kawasan Cempaka Putih hingga Kelapa Gading  (perempatan Coca Cola memang ada pos di situ karena rawan waktu isu kapak merah).    

Setelah  2011  keberadaan Trans Jakarta yang semakin lengkap tampaknya membuat Bus Patas AC  135  merosot dan memang lebih praktis karena bisa berganti rute  di tempat transit.   Saya tidak terlalu mengamati era sesudah  2011 karena pindah kerja dan ketika harus meliput ke Kelapa Gading menggunakan  Trans Jakarta.  karena ongkosnya jatuhnya lebih murah.   Namun saya masih melihat bus ini masih eksis dengan tarif hampir  dua kali lipat era saya.  

 

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun