Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bandung 1958 (5) Jurnalis Perempuan Emma Joesoep, Theresa Zen dan Ratu Kadewanan Parahiangan

20 Oktober 2015   13:54 Diperbarui: 20 Oktober 2015   13:54 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tak jarang wartawati mendapatkan narasumber yang sama garangnya kepada wartawan pria “Maaf saya  sekarang  tidak  ada berita apa-apa. “  Narasumber seperti ini tidak  peduli  laki-laki  atau  perempuan yang menjadi jurnalisnya.   Emma Joesoep merupakan  pelopor generasi jurnalis perempuan berikutnya di mana jurnalis sudah profesional dan tidak rangkap menjadi aktifis politik pergerakan.   Jurnalis perempuan berani menemu malam tanpa gentar seperti halnya laki-laki.    

 

Munculnya Theresa Amanupunjo atau Theresia Zen

 

Pada Juli 1958   kemunculan Theresa Amanupunjo  muncul sebagai juara kategori Wanita untuk  Hiburan dalam Lomba Bintang Radio (RRI)  Jawa Barat  dengan lagu pilihan “Biola Djiwaku” tidak terlalu mengejutkan karena sudah pernah lomba sebelumnya.  Theresa mampu memikat juri dalam pertandingan di Yayasan Kebudayaan Jalan Naripan ini hingga meraih nilai 212 dan menyisihkan  nama Sukaety Subur, juara IPPI yang berada di tempat ketiga  (Pikiran Rakjat 31 Juli 1958). 

 

Perempuan kelahiran Larantuka 6 Januari 1935 merintis karirnya  di Hotel Savoy Homman bersama Rino Gasparini and His Combo awal 1950-an. Sang adik Astrid Amanupunjo juga keluar sebagai juara dua. Ayahnya Eferandus Amanupunnjo adalah Sersan Mayor dari KNIL (tentara Nederland-Indische). Selama invasi Jepang ayahnya tertangkap dan dipenjara di Bandung. Theresa dan ibunya, Dortje Soselisa mengikuti dan pindah ke Bandung juga.  Theresa  cukup beruntung untuk mendapatkan pendidikan dengan baik.  

 

Theresa mendapatkan pendidikan yang baik di Eropa Legere Sekolah (ELS) kemudian melanjutkan pendidikan di SMP  dan sempat  bekerja sebagai di kantor administrasi workshop Beanda di Jl. Gudang Utara.   Theresa  menikah dengan Raden Mohamad Zen pada 1953, saudara dari Saddak pemilik Savoy Homman.  Theresa juga menjadi salah satu penyanyi di Konferensi Asia Afrika pada April 1955.   Genre Theresa sebagai penyanyi berbagai warna mulai jazz hingga Hawaii-an4.   Publik kemudian mengenalnya sebagai Theresa zen ibu dari penyanyi Lita Zen.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun